Mata Menangkap Kata Pantomim
Pemeran film layar lebar dan sinetron televisi yang populer di era 1980-1990, Septian Dwi Cahyo (51), muncul kembali di dunia seni pertunjukan. Kali ini Septian menampilkan seni pantomim yang juga memang dilakoni sejak awal dia berkiprah di dunia seni peran.
Seni pantomim Septian hadir kembali dalam tema “Juang – Ketika Kaki Tangan Berbicara” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Penampilannya tiga hari berturut-turut, 2-4 Agutus 2019.
“Mari masuk. Kata-kata akan terdengar lewat mata,” begitu bunyi dari pelantang suara yang mengantarkan Septian memasuki panggung pentasnya, Sabtu (3/8/2019).
Pantomim dari bahasa latin pantomimus, mengisyaratkan pertunjukan seni gerak yang teatrikal. Gerak mimik dan tubuh dengan mulut terdiam itu mampu menyajikan kisah.
Itulah sebab, mengapa di awal pentas Septian mengantar dengan kata-kata akan terdengar lewat mata. Mata menangkap kata dari isyarat gerak tubuh pantomim.
Septian masuk dari samping kiri deretan kursi penonton paling depan. Ia tidak langsung menaiki panggung.
Penonton yang ada di dekatnya terkesiap, ketika Septian dengan gerak patah-patah mengajaknya bersalaman. Penonton itu pun menyambutnya. Sewajarnya oreang bersalaman tidak akan terlalu lama. Tetapi, Septian tidak segera melepas tangannya yang menyalami penonton itu.
Gelak tawa penonton lainnya berderai. Septian tak juga melepas salaman tangannya. Malahan dari gerak selanjutnya, Septian memeragakan seolah tangannya tidak bisa terlepas dari tangan penonton.
Septian memeragakan tangannya seperti lengket terkena lem di tangan penonton yang disalaminya. Penonton yang disalaminya makin tergelak tertawa, begitu pula penonton lainnya.
Inilah gaya Septian menyapa pemirsanya. Kemudian tidak ketinggalan Septian menyalami dua penonton lain di deretan terdepan bagian tengah dan bagian kanan. Tentu mereka was-was kalau saja dipermainkan seperti penonton yang pertama tadi. Tetapi, itu tidak terjadi.
40 tahun berkarya
Pementasan pantomim di bawah produksi SDC Studio ini dalam rangka memperingati 40 tahun Septian Dwi Cahyo berkarya. Septian yang terlahir di tahun 1968, memulai karier sebagai pemeran pantomim dengan pentasnya di tahun 1970.
Pentas pantomimnya kala itu bersama Teater Adinda, Jakarta. Septian kemudian memperoleh beasiswa Marcel Marceau L’ecole de France, Perancis, untuk makin mengenal seni pantomim berkelas dunia.
Pantomim erat dengan seni pertunjukan teater. Septian juga menceburkan diri ke dunia teater.
Pada 1973 ia menyabet penghargaan Pemain Cilik Terbaik pada Festival Teater Anak Jakarta. Tidak hanya seni peran, Septian ternyata juga menekuni seni tari.
Terbukti pada 1974 ia meraih juara II Tari Jawa di tingkat DKI Jakarta. Untuk aneka kompetisi seni pantomim di Jakarta, Septian ketika itu memang tak terkalahkan.
Salah satunya, di tahun 1980 ia juara I Festival Pantomim DKI Jakarta. Seni gerak tari patah-patah atau break dance di era 1980-an juga dirambah Septian.
Pada 1986, Septian menyabet juara I Lomba Break Dance DKI Jakarta. Ini masa-masa awal prestasi Septian di bidang seni peran pantomim, teater, dan tari.
Tidak ketinggalan dunia peran film juga digeluti Septian. Deretan judul film awal di antaranya Di Sini Cinta Pertama Kali Bersmi (1980), Juara Cilik (1980), Lima Sahabat (1981), dan seterusnya.
Di tahun 1983, Septian masuk nominator The Best Actor dari film Lima Sahabat. Septian makin giat memainkan seni peran di dunia film layar lebarnya. Masih banyak lagi film yang dimainkan berikutnya.
Ketika dunia pertelevisian marak dengan sinetron, Septian menjadi salah satu pemeran paling digemari. Judul sinetronnya yang paling banyak diminati publik antara lain Aku Cinta Indonesia (ACI) dan Rumah Masa Depan masih di era 1980-an.
Di tahun 2016, ia mendirikan Perkumpulan Seniman Pantomim Indonesia. Penghargaan diterima Septian dari berbagai negara untuk bidang kreativitasnya, di antarannya Gold Prize General Public World Creativity Festival 2016 di Daejeon, Korea.
Juang
Pementasan pantomim dengan tema Juang kali ini dikaitkan dengan tema peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk pementasan tiga hari berturut disertakan para penampil pembuka meliputi Asita Kaladewa, Banon Gautama, serta di hari ketiga, Doddy Micro dan Ende Riza.
Di pementasan kedua, Banon Gautama memeragakan pantomim tentang tips berkencan. Gerak pantomimnya diiringi suara yang memaparkan tips berkencan dengan jenaka.
Setelah Banon, pentas dilanjutkan Septian. Ia memulai dengan babak awal tentang kehidupan masa kanak-kanak hingga masa remaja.
Sambutan penonton riuh, ketika Septian mengisahkan mengisahkan masa remajanya dengan gerak patah-patah atau break dance. Babak berikutnya mengisahkan tema perjuangan meraih kemerdekaan bangsa.
Uniknya, Septian memeragakan pula pejuang yang perangainya berkarakter keperempuan-perempuanan. Ini kocak, dan membuat penonton selalu tergelak tawa.
“Saya berharap, agar pentas malam ini bisa mengingatkan kita pada perjuangan para pendahulu kita, serta menjadi bagian sejarah perjalanan pertunjukan seni pantomim di Indonesia,” ujar Septian.
Septian hadir dan kembali mengingatkan keberagaman seni peran kita. Ia mengajak menajamkan mata untuk melihat dan mendengar kata yang tak terkatakan.