Beragamnya produk investasi membuat simpang siurnya informasi mengenai manfaat dan resiko investasi menjadi tantangan. Apalagi, tingkat literasi keuangan masyarakat masih rendah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pertumbuhan industri teknologi finansial di Indonesia terus melejit, bahkan melebihi rata-rata pertumbuhan di Asia Pasifik. Pertumbuhan diiringi meningkatnya rasa ingin tahu masyarakat terhadap teknologi finansial. Sayangnya, hal itu belum cukup diimbangi sumber informasi yang mudah dicerna dan positif.
Industri teknologi finansial (tekfin) adalah perusahaan teknologi yang fokus jasa keuangan. Tekfin juga menjadi platform digital untuk mengoptimalkan lembaga keuangan dengan layanan, antara lain, pembayaran, pinjam meminjam, manajemen investasi, dan asuransi.
Senior Account Strategist Google Nico Mulyawan di Jakarta, Jumat (9/8/2019), mengatakan, pertumbuhan vertikal tekfin di Indonesia juga ditemukan lebih tinggi di bandingkan rata-rata pertumbuhan di Asia Pasifik. Hal itu dihitung dari jumlah aplikasi yang beredar, jumlah unduhan, pengguna, dan perusahaan yang mendapat izin.
Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) juga mengungkapkan hal serupa. Pada akhir 2018, total investasi sektor ini meningkat 93 persen per tahun. Laporan perusahaan jasa konsultan, Deloitte, pada periode yang sama menyebutkan, investasi tekfin di negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2018 melebihi 5,7 miliar dollar AS (Rp 79,8 triliun) atau naik 30 persen dari tahun 2017.
Nico melanjutkan, berdasarkan riset Google pada semester I-2019, kemauan masyarakat Indonesia mempelajari industri tekfin juga meningkat. Kesimpulan itu didapat dari data mesin pencari Google yang meningkat 200 persen sejak 2017.
“Saat ini, banyak orang yang mau tahu, tapi masih banyak jarak antara permintaan dan ketersediaan informasinya. Mungkin ada, tetapi kadang penjelasannya sulit dicerna. Misal soal tekfin reksa dana, kalau baca sekali saja mungkin sulit ditangkap,” ujar Nico dalam acara Chief Marketing Officer Gathering Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) di Jakarta, Jumat.
Temuan serupa juga diamati manajemen produk tekfin investasi, KoinWorks. Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan mengatakan, kemauan masyarakat memanfaatkan produk tekfin sudah tinggi, namun penggunaan produk investasi, khususnya, belum mudah dipelajari.
“Perjalanan untuk menarik masuk masyarakat ke tekfin lebih panjang karena tidak semudah transaksi untuk beli barang,” katanya.
Literasi keuangan
Selain karena beragamnya produk investasi, simpang siurnya informasi mengenai manfaat dan resiko investasi menjadi tantangan. Apalagi, tingkat literasi keuangan masyarakat masih rendah.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, literasi atau pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk-produk jasa keuangan baru mencapai 29,7 persen.
Sementara itu, industri tekfin terus tumbuh. Keanggotaan Aftech saja meningkat dari hanya enam orang anggota di 2016 menjadi 280 anggota saat ini, dengan 250 anggotanya perusahaan perintis.
Ketua Umum Aftech Niki Santo Luhur mengakui, industri tekfin memang harus bekerja lebih keras untuk menyebar manfaat dan meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat. Pasalnya, hari ini banyak berkembang pandangan negatif terkait keamanan data dan penipuan layanan.
Untuk itu, tujuan dari keberadaan tekfin akan bisa lebih dipahami dengan terus membagikan cerita positif.
“Kita memang perlu lebih banyak kasih fakta-fakta di lapangan, bukan lagi teori. Kita harus menyebarkan bahwa tekfin telah banyak membantu pelaku usaha kecil atau meningkatkan inklusi keuangan. Kesadaran ini yang perlu kita bangun dengan pemerintah dan industri lain,” tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Sebagai upaya untuk membagikan lebih banyak cerita positif dan informasi yang lebih komprehensif mengenai industri tekfin, Aftech menyelenggarakan Indonesia FinTech Summit & Expo (IFSE) 2019. Acara berbentuk konferensi dan pameran itu bekerja sama dengan OJK dan Bank Indonesia.
IFSE akan diadakan pada 23-24 September 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). Acara itu direncanakan diisi oleh beragam pembicara, mulai Presiden Joko Widodo, perwakilan kementerian dan lembaga terkait, serta berbagai pelaku industri tekfin.
“Penyelenggaraan ini menjadi salah satu bentuk pelaksanaan dari salah satu pilar kami, yaitu membangun komunitas. Kami berharap bisa mengedukasi masyarakat serta terus mendorong riset dan kebijakan dari pemerintah untuk kebaikan bersama,” pungkasnya.