Merekrut Rektor dari Luar
Saya melihat iklan penawaran untuk menjadi rektor Universitas Indonesia periode 2019-2024. Mencari calon rektor dari luar kampus tampaknya sudah menjadi model yang umum di Indonesia.
Bukan hanya sebagai alumnus UI, melainkan juga sebagai WNI, saya mempertanyakan model tersebut: seolah-olah UI telah kehabisan calon rektor kredibel yang berasal dari kampusnya sendiri.
Pertimbangan saya adalah rektor merupakan jabatan struktural bagi dosen-dosen yang telah mengabdi puluhan tahun
di kampus UI. Layaklah mereka bersaing secara internal, bukan dengan dosen dari luar yang tidak pernah mengabdi di UI.
Apakah memilih rektor dari luar UI menjamin UI akan masuk ”The 100 World Ranking Universities”? Belum tentu, bukan?
Seandainya pun ”ya”, saya pikir orang dalam pun ada yang mampu, selain alasan karier tadi! Yang lebih penting, berhematlah menggunakan uang rakyat! Usul ini pun saya tujukan kepada perguruan tinggi negeri lain karena PTN bukan lembaga bisnis secara formal.
Saya termasuk warga yang amat berharap UI atau PTN lain, bahkan PTS, masuk ”The 200 World Ranking Universities” seperti disarankan mantan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik.
Malik, yang baru saja purnatugas untuk kembali ke negaranya, menulis hal itu dalam artikel di Kompas (21/6/2019): ”Surat Perpisahan untuk Indonesia”.
Suyadi Prawirosentono
Selakopi, Pasir Mulya,Bogor
Menjaring Angin
Itulah pendapat saya berkaitan dengan segala upaya hukum dan diplomasi untuk menjerat para taipan perampok BLBI yang konon sepertiga orang kaya di Singapura.
Menurut saya, Singapura adalah surga tempat berlindung para perampok uang rakyat Indonesia karena belum ada perjanjian ekstradisi antara Singapura dan Indonesia. Maka, mereka pun bisa hidup tenang berleha-leha.
Di antaranya ada pembobol salah satu bank BUMN, juga ada salah satu pemilik bank swasta sekaligus perampok BLBI yang dengan bangga dan percaya diri melepaskan kewarganegaraan Indonesia-nya. Siapa menyusul?
FS Hartono
Purwosari, Sinduadi,
Sleman