Nelayan dan warga korban tumpahan minyak di Karawang, Jawa Barat, mulai kehabisan uang. Untuk menyambung hidup, mereka pun meminjam uang kepada kerabatnya. Sebagian lagi berencana berutang, tetapi khawatir hanya akan menumpuk beban kewajiban pembayaran di kemudian hari.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Nelayan dan warga korban tumpahan minyak di Karawang, Jawa Barat, mulai kehabisan uang. Untuk menyambung hidup, mereka pun meminjam uang kepada kerabatnya. Sebagian lagi berencana berutang, tetapi masih khawatir hanya akan menumpuk beban kewajiban pembayaran di kemudian hari.
Musibah tumpahan minyak akibat kebocoran pada anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) berdampak panjang. Sejumlah nelayan dan warga di pantai utara Karawang kehilangan mata pencarian. Padahal, mayoritas warga menggantungkan hidupnya pada hasil laut perairan tersebut.
Komarudin (31), nelayan Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Karawang, sudah lebih dari tiga minggu tidak mencari ikan. Sebelumnya, dalam sehari, ia mampu memperoleh Rp 300.000 dari melaut. Akibatnya, dia terpaksa berutang kepada juragannya, bos pengepul, sebesar Rp 1 juta pada akhir Juli lalu.
”Dengan utang itu, total saya punya utang Rp 8 juta. Sebelum kejadian ini, saya sudah terjerat utang Rp 7 juta di bank. Saya terpaksa pinjam uang karena kebutuhan hidup keluarga banyak,” ujarnya, Jumat.
Atmaja (45), nelayan lainnya, mengeluhkan hal yang sama. Sebelumnya, laut memberi napas untuk keluarganya bertahan hidup. Namun, saat ini, pemasukannya turun drastis. Dari sebelumnya ia bisa mendapat Rp 300.000 per hari menjadi hanya Rp 100.000 per hari dari upah membersihkan tumpahan minyak. Ia pun meminjam uang sebesar Rp 500.000 kepada saudaranya.
Komarudin dan Atmaja merasakan dampak laut yang tercemar tumpahan minyak sehingga tak bisa melaut. Saat ini, mereka menjadi tenaga lokal dadakan untuk membersihkan ceceran tumpahan minyak di sepanjang bibir pantai di wilayahnya.
Saat ini, mereka menjadi tenaga lokal dadakan untuk membersihkan ceceran tumpahan minyak di sepanjang bibir pantai di wilayahnya.
Mereka mengenakan pakaian khusus penanganan limbah, sarung tangan, sepatu bot karet, dan masker. Berbekal serok dan kantong plastik, mereka sibuk menggali pasir yang tercemar limbah.
Mereka mulai bekerja pukul 08.00 hingga pukul 15.00. Pertamina memberikan upah kepada mereka Rp 100.000 per hari serta nasi bungkus dan air mineral.
Bagi mereka, upah tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dan menyisihkan bayar utang. ”Kami seharusnya mendapatkan upah yang sama dengan pemasukan kami seperti biasanya,” ujar Atmaja.
Dalam waktu dekat, sebagian nelayan berencana untuk mengambil utang jika uang kompensasi tidak diberikan segera. Namun, mereka khawatir hanya akan membebani dengan utang semakin besar.
Wasrun (39), nelayan Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, misalnya, ingin berutang di bank untuk menyambung hidup. Namun, ia mengurungkan niatnya karena masih ada pinjaman Rp 2 juta yang belum lunas.
Wasrun pun berharap nominal upah pembersihan limbah meningkat. Sebab, lanjutnya, dirinya bisa mengantongi Rp 700.000 dari hasil melaut. ”Pendapatan turun drastis. Tidak ada uang lagi, tabungan juga terpakai,” ucapnya.
Berharap turun
Ke depan, Komarudin berharap Pertamina memberikan uang kompensasi yang layak kepada nelayan terdampak. Ia menyarankan pihak Pertamina memberikan uang kompensasi minimal Rp 3 juta selama tidak melaut.
”Apalagi, beberapa bulan ke depan ikan-ikan tidak mudah ditemukan. Kami pun harus berlayar jauh,” katanya.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, warga terlibat dalam pembersihan minyak ini atas keinginan sendiri. Mereka adalah warga setempat yang sehari-hari hidup dan tinggal di kawasan itu. Saat bekerja, warga dilengkapi perlengkapan dengan standar keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak.
”Nelayan yang umumnya sedang tidak melaut sangat antusias membantu penanganan di pantai. Kami menyambut niat baik mereka dan menyiapkan perlengkapan yang sesuai standar. Mereka juga dicek kesehatannya oleh tim medis yang kami siapkan,” tutur Ifki dalam keterangan tertulis.