NEW DELHI, JUMAT -- Otoritas India kemarin (9/8/2019) sedikit mengendurkan jam malam bagi warga Kashmir dengan memberikan kesempatan pada warga untuk melaksanakan shalat Jumat di masjid-masjid terdekat di kota Srinagar.
Namun Masjid Jama yang berusia 600 tahun dan selama ini merupakan pusat pergerakan aksi-aksi anti-India di Jammu dan Kashmir, kemarin tetap ditutup. Setiap pekannya biasanya ribuan warga Kashmir melaksanakan ibadah di masjid ini.
Masih menjadi pertanyaan apakah warga Kashmir yang mayoritas Muslim itu akan diberi kesempatan merayakan Hara Raya Idul Adha pada Senin waktu setempat. Perdana Menteri India Narendra Modi kemarin menegaskan, pemerintah akan "berupaya dengan tulus" untuk menjamin warga Kashmir tidak mengalami kesulitan dalam merayakan Idul Adha.
Jumat kemarin merupakan hari kelima warga Kashmir mengalami jam malam yang ketat dan pemutusan hubungan semua saluran telekomunikasi maupun internet. Puluhan ribu tentara dikerahkan sejak Senin lalu untuk melakukan penggrebekan dan penahanan terhadap ratusan warga Kashmir yang dicurigai menjadi aktivis.
India melakukan langkah preemtif mencegah aksi protes setelah usulan PM Modi untuk mencabut status khusus Jammu Kashmir disetujui majelis tinggi pada Senin dan majelis rendah pada Selasa (6/8). Selain mencabut status khusus Kashmir, pemerintah juga menurunkan peringkat Jammu Kashmir dari negara bagian menjadi wilayah biasa.
Ketika tentara mengepung Kashmir sejak Senin lalu, media setempat menyatakan ada sedikitnya 560 orang warga setempat yang ditahan. Di antara mereka adalah para pebisnis, aktivis dan para profesor perguruan tinggi. Mereka kemudian ditahan di sejumlah kamp yang tersebar di berbagai wilayah di Kashmir.
Pakistan yang juga mengklaim wilayah Kashmir, langsung membalas langkah India dengan mengusir Dubes India di Pakistan, menurunkan derajat relasi diplomatik kedua negara, menghentikan secara total perjalanan kereta api dari Pakistan ke India yang disebut dengan nama Friendship Express. Pakistan juga menghentikan kerja sama perdagangan dengan India dan saat ini menyusun langkah-langkah untuk menggugat kebijakan India ke Mahkamah Internasional.
Menlu Pakistan Shah Mahmood Qureshi yang sedang berkunjung ke Beijing kemarin meminta agar China yang disebutnya sebagai "teman terpercaya Pakistan" bisa ikut membantu menekan India.
China yang juga mengontrol sebagian wilayah Kashmir menyatakan, langkah unilateral India tidak dapat dibenarkan. India kemudian merespons bahwa China telah mencampuri urusan dalam negeri India.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengkhawatirkan penahanan dan penerapan jam malam di Kashmir dapat memperburuk situasi HAM di wilayah itu. Ia mendesak India dan Pakistan untuk menahan diri. (AP/AFP/REUTERS)