Kongres Hasilkan 23 Sikap Politik PDI-P
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengeluarkan 23 sikap politik sebagai hasil Kongres V yang berlangsung pada 8-10 Agustus 2019 di Denpasar, Bali. Sikap tersebut didominasi oleh upaya membumikan Pancasila.
DENPASAR, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengeluarkan 23 sikap politik sebagai hasil Kongres V yang berlangsung pada 8-10 Agustus 2019 di Denpasar, Bali. Sikap tersebut didominasi oleh upaya membumikan Pancasila. Selain itu, partai juga memberikan perhatian pada urusan kesehatan salah satunya HIV/AIDS.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto di Denpasar, Bali, Sabtu (10/8/2019), menjelaskan, sejumlah sikap politik itu didasarkan pada fenomena disintegrasi yang muncul secara sistematis pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Perpecahan yang hampir mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa itu merupakan hal serius yang tidak bisa diabaikan.
”Partai berkesadaran penuh bahwa persatuan dan kesatuan adalah syarat mutlak bagi suatu bangsa,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Hasto, PDI-P berkomitmen menghadapi ancaman konflik dan disintegrasi bangsa yang dipicu gerakan radikalisme, terorisme, dan penyeragaman tafsir. PDI-P juga melawan ancaman disintegrasi bangsa yang muncul akibat klaim kebenaran tunggal serta pemaksaan kehendak oleh kelompok masyarakat yang bertentangan dengan ideologi Pancasila atau hendak mengganti Pancasila.
Pemerintah didorong segera melakukan langkah konstitusional secara terencana, terukur, dan sistematis untuk menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu juga untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di atas pondasi Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
”Pancasila juga harus diwujudkan dalam sistem ekonomi untuk mencapai tujuan berdikari atau kemandirian ekonomi. Keberpihakan terhadap wong cilik perlu diwujudkan untuk menopang sistem ekonomi kerakyatan guna mengoreksi praktik ekonomi neoliberal,” tutur Hasto.
Hasto menambahkan, nilai-nilai Pancasila harus ada dalam gerakan kebudayaan di seluruh pelosok Nusantara. Demi mewujudkan cita-cita masyarakat yang berkepribadian dalam budaya.
Di samping itu, PDI-P juga memberikan perhatian khusus pada kesehatan masyarakat, salah satunya terkait virus HIV/AIDS. Sejumlah diskusi sebelumnya telah diselenggarakan partai untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam mencegah dan menangani virus mematikan tersebut.
Baca juga: Jejak Penanganan AIDS di Indonesia
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pun membuat kajian dan memvisualisasikannya dalam bentuk pamflet yang disebarkan ke masyarakat melalui para pengurus di tingkat daerah dan cabang. Kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit yang belum ada obatnya itu perlu terus ditingkatkan.
Sebagai partai pemenang Pemilu 2019, PDI-P menempatkan diri sebagai poros kekuatan politik nasional yaitu sebagai pengusung utama pemerintah. PDI-P juga memastikan agar kebijakan politik presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin tetap berpijak pada Pancasila, UUD 1945, dan Trisakti.
Berikut 23 sikap politik PDI-P:
1. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia bersifat final dan mengikat.
2. Pancasila sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Pancasila sebagai pedoman dalam merumuskan rencana pembangunan, keputusan kebijakan pembangunan, implementasi kebijakan pembangunan dan dalam pengawasan atas dijalankannya kebijakan pembangunan.
4. Pancasila harus dapat diwujudkan dalam bentuk tercapainya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang dicapai melalui kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terencana, terarah, dan terukur.
5. Pancasila diimplementasikan dalam kebijakan pembangunan, sebagai upaya membumikan Pancasila untuk mencapai Indonesia yang ber-Trisakti, yaitu berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
6. Negara wajib memantapkan politik hukum nasional untuk membumikan nilai-nilai Pancasila dengan menjadikan norma dasar Pancasila sebagai parameter pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
7. Demi menjamin kesinambungan pembangunan nasional perlu dilakukan amandemen terbatas UUD NRI 1945 untuk menetapkan kembali MPR sebagai lembaga tertinggi negara dengan kewenangan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyelenggaraan pemerintahan.
8. Negara wajib membentuk sistem pertahanan nasional yang kuat dalam menghadapi ancaman infiltrasi paham, ideologi, kekuatan global sehingga keamanan nasional, ketenangan Rakyat dan keutuhan negara dapat terukur dan terwujud, serta membangun sistem keamanan nasional yang mampu mengatur kerjasama semua kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman keamanan nasional yang bersifat luar biasa seperti serangan terorisme, kerusuhan, dan bencana alam.
9. Negara wajib mendukung pemberantasan tindakan kriminal yang menjadikan anak dan perempuan sebagai objek eksploitasi di dunia kerja, dan objek transaksi dalam masalah kejahatan perdagangan manusia (human trafficking), baik di dalam negeri maupun lintas negara.
10. Negara wajib menegakkan hukum dengan menjatuhkan hukuman maksimal kepada para pelaku korupsi, sehingga menimbulkan efek jera bukan hanya bagi pelaku korupsi tetapi juga potensi-potensi calon-calon koruptor yang ada di semua jajaran dan semua tingkatan penyelenggara negara.
Baca juga: KPK Tangkap Nyoman Dharmantra, Anggota Fraksi PDI-P
Negara wajib menegakkan hukum dengan menjatuhkan hukuman maksimal kepada para pelaku korupsi, sehingga menimbulkan efek jera bukan hanya bagi pelaku korupsi tetapi juga potensi-potensi calon-calon koruptor.
11. Negara wajib menyusun rencana pembangunan nasional dengan semangat Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB) bagi terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan landasan ideologi Pancasila dan landasan konstitutional UUD NRI 1945, serta melakukan koreksi terhadap kebijakan dan ketentuan peraturan-perundangan yang tidak sesuai, dan perlu menyusun konsepsi Sistem Ekonomi Gotong-Royong yang sesuai dengan ideologi Pancasila dan cita-cita kemerdekaan (kedaulatan).
12. Negara wajib terus mengembangkan perekonomian nasional yang mewujudkan kedaulatan ekonomi dan menghindari terjadinya berbagai ketimpangan struktural yang menjadi sumber ketidakadilan sosial-ekonomi dengan mengembangkan program untuk meningkatkan penguasaan dan pemilikan aset ekonomi, dan akses modal serta pasar kepada pelaku ekonomi kerakyatan.
Baca juga: Indonesia Tergerogoti dari Dalam
13. Negara wajib mengelola keuangan negara untuk pemenuhan hak-hak dasar rakyat, dengan meningkatkan alokasi anggaran untuk belanja publik lebih besar daripada belanja aparatur.
14. Negara wajib memberikan jaminan sosial bagi seluruh warga negara, sesuai perintah UU SJSN dan UU BPJS, serta perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
15. Negara wajib menjamin kelestarian lingkungan dengan memastikan pembangunan yang tidak melampaui daya dukung dan daya tampung serta baku mutu lingkungan hidup, serta memenuhi komitmennya terhadap mitigasi perubahan iklim dengan mencegah degradasi hutan, restorasi lahan gambut dan pengembangan energi baru dan terbarukan.
16. Negara wajib menjadi pelopor gerakan Revolusi Mental dan menjadikannya sebagai ”Gerakan Hidup Baru” melalui perubahan cara berfikir, cara kerja, dan cara berperilaku yang memperkuat kedaulatan, meningkatkan kemandirian dan meneguhkan kepribadian dalam kebudayaan nasional, serta menjadi pelopor dan pendorong perubahan pikiran, sikap, dan perilaku masyarakat agar berorientasi pada kemajuan dan pengayaan keanekaragaman budaya dalam bingkai persatuan nasional.
17. Negara wajib mendorong revisi Undang-undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan keilmuan dan karakter yang dilandaskan kepada nilai-nilai Pancasila.
18. Negara wajib memfasilitasi perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan (centre of excellence) di setiap wilayah dengan mengembangkan potensi lokal dan kekhasan budaya, inovasi sains dan teknologi untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakat.
19. Negara wajib menjaga persatuan nasional yang dibangun atas dasar keanekaragaman ekspresi kebudayaaan nasional dan diperkaya oleh interaksi inklusif antarbudaya yang ada di Indonesia, serta mengintensifkan interaksi dan gotong-royong antarkelompok budaya di masyarakat agar menghadirkan pengalaman konkret atas keanekaragaman budaya dalam bingkai persatuan nasional.
20. Melakukan penguatan advokasi, preventif, promotif dan langkah aksi nyata untuk menekan gizi buruk dan gizi kurang pada balita serta menekan status gizi pendek (stunting), proporsi berat badan lebih balita maupun obesitas pada masyarakat dewasa, serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi secara lengkap dengan melibatkan tokoh masyarakat (termasuk agama) dan institusi pendidikan.
21. Melakukan pencegahan, penanganan dan penegakan hukum secara tegas terhadap pelaku peredaran narkotika tanpa pandang bulu, pencegahan terhadap HIV-AIDS, penanganan dan perlindungan terhadap Orang Dengan HIV-AIDS serta melakukan pemerataan sosialisasi terapi ARV (terapi bagi ODHA).
22. Negara wajib mengembangkan sistem pemilu dan kepartaian yang sejalan dengan terwujudnya sistem pemerintahan presidensial yang efektif. Oleh karena itu upaya menciptakan sistem pemilu dan kepartaian yang sederhana melalui pengaturan secara demokratik, efisien, dan efektif mutlak diperlukan.
23. Negara wajib memberikan perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektual termasuk keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya, serta mendorong hasil penelitian dan inovasi oleh warga negara Indonesia untuk mendapatkan Hak Paten dengan prosedur yang mudah, cepat dan murah.