BPTJ dan KPTB Tata Ulang Tempat Usaha di Terminal Baranangsiang
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek atau BPTJ dan Komunitas Pengelola Terminal Baranangsiang atau KPTB mulai mempersiapkan kios dan lapak sementara. Ini agar anggota KPTB tetap bisa berusaha di Baranangsiang seiiring pembangunan terminal tersebut.
Oleh
Ratih P Sudarsono
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek atau BPTJ dan Komunitas Pengelola Terminal Baranangsiang atau KPTB mulai mempersiapkan kios dan lapak sementara. Ini agar anggota KPTB tetap bisa berusaha di Baranangsiang seiiring pembangunan terminal tersebut.
Para anggota KPTB di awal pekan ini juga bersiap bertemu kembali dengan BPTJ dan pihak swasta yang bertanggung jawab membangun Terminal Baranangsiang. Pertemuan dijadwalkan pertengahan minggu ini. Mereka ingin ada kepastian atas nasib mereka di terminal baru hasil revitalisasi nanti.
”Semua aktivitas di terminal, termasuk pendukungnya, harus tetap berlangsung walaupun pembangunan terminal berlangsung,” kata Direktur Prasarana BPTJ Edi Nursalam, Sabtu (10/8/2019) lalu.
Edi dengan beberapa petugas BPTJ dan sejumlah pengurus KPTB, sepanjang siang itu, melakukan pengukuran dan pendataan lokasi penampungan loket penjualan tiket perusahan otobus (PO), kios, dan lapak pedagang, yang kini tersebar di lingkungan terminal.
Semuanya nantinya akan ditempatkan di bangunan utama lama terminal, yang berlantai dua. Setiap pelaku usaha pendukung fungsi terminal itu akan diberi tempat maksimal 2 x 2 meter atau 4 meter persegi.
Edi terlihat menyerahkan sepenuhnya pengaturan dan penetapan loket, kios, dan lapak itu kepada para pengurus KPTB. Ia hanya memastikan, lokasi sementara itu cukup untuk semua pelaku usaha pendukung terminal anggota KPTB.
Terjadi juga dialog antara pengurus dan anggota KPTB, di mana loket, kios, dan lapan ditempatkan agar semua pihak saling bersinergi. Apansyah, pengurus KPTB, mencatat dan membuat sketsa dasar dari usulan penempatan tiga jenis usaha itu.
”Ini juga masih wacana, ya. Belum pasti begini, harus dirundingkan lagi. Ini baru sketsa kasar,” kata Apansyah.
Menurut Didik Ponidi dari bagian Humas KPTB, data KPTB mencatat ada 8 loket PO, 97 unit kios, dan 61 lapak pedagang. ”Nanti, penempatannya, semuanya diatur KPTB agar tidak ada kecemburuan. Semuanya harus mendapat tempat dan tidak ada biaya untuk hal ini,” katanya.
Menurut Didik Ponidi dari bagian Humas KPTB, data KPTB mencatat ada 8 loket PO, 97 unit kios, dan 61 lapak pedagang. ”Nanti, penempatannya, semuanya diatur KPTB agar tidak ada kecemburuan. Semuanya harus mendapat tempat dan tidak ada biaya untuk hal ini,” katanya.
Didik menambahkan, secara internal pengurus dan anggota KPTB akan mengadakan rapat untuk membahas persiapan penataan sementara tempat usaha mereka itu. Rapat internal akan dilakukan setelah ada pertemuan paparan mengenai desain Terminal Baranangsiang yang akan dibangun.
”Ini, kan, kita tengah cari solusi yang menguntungkan semua pihak. Selama ini, kami memang belum pernah melihat desain terminal yang akan dibangun. Kami harapkan rapat pemaparan desain terminal ini segera dilaksanakan karena terminal ini sudah tidak layak untuk pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Edi Nursalam menjelaskan, dirinya juga baru melihat desain terminal secara umum, tetapi belum detailnya. Oleh karena itu, BPTJ menjadwalkan minggu depan, Kamis atau Jumat, mengundang PT PGI untuk memaparkan desain terminal yang akan dibangun perusahan itu untuk BPTJ.
”Semua pemangku kepentingan akan diundang. Kita semua sama-sama melihatnya. Pengembang, kan, sudah punya desain. Kita suruh mereka paparkan. Kita periksa. Mana desain kamu, di mana lokasi bus, di mana ruang tunggu, di mana kios, di mana mushala, berapa jumlah kios. Semua usaha pendukung terminal harus dapat tempat di terminal baru itu,” katanya.
Menurut Edi, pembangunan Terminal Baranangsiang ini sudah ada perjanjian kerja sama dengan swasta. Pengembang akan membangunkan terminal untuk BPTJ dan mereka mendapat fasilitas bangunan komersialnya. Terminal akan dibangun dua lantai dengan luas total bangunannya mencapai 19.000 meter persegi di luar ruang terbuka hijau.
Bangunan baru terminal itu berlokasi di selatan areal terminal atau sebelah kanan (sampai ke belakang terminal) dari bangunan terminal lama. Karena itu, tempat usaha di sana harus dibersihkan dan untuk kelancaran operasional terminal lama dan pembangunan terminal baru.
Semua tempat usaha itu ditata ulang dan ditempatkan sementara di dalam bangunan terminal lama dan ”trotoar” di dalam terminal.
”Target BPTJ per 1 September ini, pembangunan fisik sudah bisa dimulai. Karena itu, kami jadwalkan paling telat Minggu depan, Kamis atau Jumat, rapat pemaparan desai terminal dengan dihadiri semua pemangku kepentingan,” katanya.