Kondisi kawasan stasiun yang semrawut membuat penumpang kereta komuter tak nyaman. Penataan kawasan dibutuhkan untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi umum.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi kawasan stasiun yang semrawut membuat penumpang kereta komuter tak nyaman. Penataan kawasan dibutuhkan untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi umum. Apalagi, ke depan, moda transportasi berbasis rel akan menjadi tulang punggung transportasi massal di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Ketua Masyarakat Perkeretaapian (Maska) Hermanto Dwiatmoko dalam diskusi kelompok terarah bertajuk ”Revitalisasi Commuterline Jabodetabek”, di Jakarta, Senin (12/8/2019), menilai, masalah utama kawasan stasiun di Ibu Kota saat ini adalah peralihan antar-moda transportasi. Sejumlah stasiun masih belum memudahkan penumpang beralih ke moda transportasi publik lain.
Masyarakat akhirnya memilih ojek daring karena lebih memberikan kepastian perjalanan. Dampaknya, bagi stasiun yang tidak memiliki ruang parkir, kemacetan dan kesemrawutan yang didapat.
”Perlu pengaturan trayek angkutan di stasiun-stasiun kereta agar memudahkan penumpang beralih moda. Sebab, kalau tidak, orang akan beralih naik ojek daring terus dan bikin macet. Kalau ada selter, sih, tidak apa-apa, tetapi yang terjadi sekarang, banyak juga stasiun yang tak punya (selter),” ujar Hermanto.
Hadir pula dalam diskusi itu Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Edi Nursalam dan Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Wiwik Widayanti.
Menurut Edi, integrasi antar-moda di sejumlah stasiun tidak mudah diwujudkan karena masih kuatnya ego sektoral. Selain penumpukan ojek daring, dia menilai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga belum menyiapkan fasilitas integrasi antar-moda itu secara optimal.
Dia mencontohkan kondisi sejumlah stasiun yang semrawut, seperti Stasiun Sudirman, Stasiun Duri, Stasiun Juanda, Stasiun Gondangdia, Stasiun Cikini, dan Stasiun Palmerah.
”Begitu orang turun di stasiun, angkutan umumnya tidak siap, fasilitas pejalan kaki tidak ada. Orang tiba-tiba turun langsung di aspal. Ini, kan, keterlaluan banget. Kalau seperti itu terus, angkutan umum tidak akan laku,” kata Edi.
Padahal, lanjut Edi, kereta komuter merupakan tulang punggung transportasi massal di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Sebab, angkutan tersebut mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar dengan waktu tempuh yang relatif singkat dan murah.
Pesimistis
Melihat kondisi seperti sekarang ini, Edi pesimistis target 40 persen warga Jakarta akan menggunakan transportasi umum pada 2019 dapat tercapai. Apalagi target 60 persen di 2029 seperti tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ).
Hingga kini, untuk diketahui, jumlah warga Jakarta yang menggunakan transportasi umum masih sekitar 24 persen.
”Jadi, untuk mengejar target itu, akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat,” katanya.
Wiwik menekankan, kesemrawutan di kawasan stasiun menjadi masalah utama yang mendesak diselesaikan. Kondisi sejumlah stasiun yang latar depannya kawasan kumuh atau pasar juga memperparah.
”Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk bisa menata rapi bagian depan stasiun-stasiun kereta komuter,” ujar Wiwik.
Masalah lain yang mendesak diselesaikan adalah penataan peron di stasiun-stasiun transit. Areal peron di sejumlah stasiun masih belum layak karena terlalu sempit. Akibatnya, penumpang yang turun dari kereta komuter harus berdesak-desakan saat keluar stasiun.
”Contoh nyata di Stasiun Tanah Abang. Dari wilayah Rangkas Bitung, Bogor, Angke, penumpang turun di sana dengan peron sempit dan luar biasa mengkhawatirkan,” ujarnya.
Integrasi pembayaran
Untuk memudahkan pengguna transportasi umum, Wiwik menyampaikan, PT KCI akan segera mengintegrasi pembayaran kartu multitrip untuk dapat juga digunakan di moda transportasi lain. Dengan demikian, proses integrasi antar-moda cepat terwujud.
”Kami masih menunggu izinnya dari Bank Indonesia. Mudah-mudahan tahun ini bisa terselenggara,” kata Wiwik.
Upaya lain untuk meningkatkan minat masyarakat naik kereta komuter adalah terus memperpanjang rangkaian kereta komuter dan mempercepat pembangunan 11 konsep hunian terintegrasi transportasi massal atau transit oriented development (TOD).