Perang Dagang dan Ancaman Resesi Bebani Pasar Saham
Pasar saham Asia melemah, sedangkan harga komoditas emas naik pada perdagangan awal pekan ini, Senin (12/8/2019). Investor terus didera kekhawatiran perang dagang Amerika Serikat-China yang menguat dapat membawa kondisi resesi bagi perekonomian AS.
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
SYDNEY, SENIN — Pasar saham Asia melemah, sedangkan harga komoditas emas naik pada perdagangan awal pekan ini, Senin (12/8/2019). Investor terus didera kekhawatiran perang dagang Amerika Serikat-China yang menguat dapat membawa kondisi resesi bagi perekonomian AS.
Pada awal perdagangan, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,17 persen. Saham Australia turun sekitar 0,1 persen, sedangkan bursa saham Korea Selatan menanjak 0,12 persen setelah pada awal perdagangan tertekan ke teritori negatif. Pasar saham di Jepang dan Singapura libur awal pekan ini.
Pergerakan bursa Asia terkena sentimen pelemahan bursa Wall Street menutup pekan lalu. Saham AS berakhir lebih rendah pada Jumat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Beijing, tetapi AS tidak akan membuat kesepakatan untuk saat ini. Komentar itu membantu mendorong aksi jual dan mengantar Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,34 persen, S&P 500 kehilangan 0,66 persen, dan Nasdaq Composite turun 1 persen.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro kemudian mengatakan bahwa AS masih berencana untuk mengadakan lagi perundingan perdagangan dengan tim negosiator China. Ketidakpastian dan kurangnya kemajuan pada proses negosiasi telah membuat pasar keuangan menjadi gelisah selama beberapa bulan terakhir. Para investor menarik keluar dana dari aset berisiko di tengah pelambatan pertumbuhan global dan tertekannya keuntungan perusahaan-perusahaan.
Kekhawatiran tentang dampak merusak dari perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu ditegaskan oleh peringatan dari Goldman Sachs tentang meningkatnya risiko resesi AS. Lembaga itu juga memperkirakan tidak adanya kesepakatan perdagangan sebelum pemilihan presiden AS pada 2020.
Di tempat lain, sentimen juga masih negatif. Berdasarkan data pekan lalu, ekonomi Inggris secara tak terduga menyusut untuk pertama kalinya sejak 2012 pada triwulan II-2019; sementara produksi industri Jerman mengalami penurunan tahunan terbesar dalam sembilan tahun. Semua itu menimbulkan kekhawatiran resesi global ketika perang tarif China-AS yang semakin meningkat berdampak pada perdagangan dan investasi.
”Korelasi lintas aset dan aliran uang terus memberi tahu kita bahwa ada ketakutan di pasar dan ketidakpastian di investor,” kata Greg McKenna, ahli strategi di McKenna Macro.
Pelarian ke aset safe haven pun membantu mengangkat harga emas di atas 1.500 dollar AS per troy ons, pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak April 2013. Setelah sempat turun karena aksi ambil untung pada Jumat, logam mulia itu bergerak lebih tinggi harganya pada Senin ini; naik 0,18 persen menjadi 1.499,52 dollar AS per troy ons.
Di pasar mata uang, pound sterling berada di bawah tekanan pada hari Jumat setelah data suram pada ekonomi Inggris. Dollar AS turun 0,25 persen terhadap yen dan yen berada di level 105,40 per dollar AS. Sementara euro naik lebih tinggi ke level 1,1203 per dollar AS. Indeks dollar AS nyaris tidak berubah di level 97,513.
Sementara itu, harga minyak merosot setelah naik tajam pada Jumat akibat penurunan persediaan minyak di Eropa dan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Minyak mentah AS turun 0,53 persen menjadi 54,21 dollar AS per barel dan minyak patokan global Brent mentah turun 0,51 persen menjadi 58,23 dollar AS per barel. (REUTERS)