Pengelola perbelanjaan, retail, dan pertokoan khawatir, perluasan ganjil-genap akan menurunkan pengunjung. Namun, sejauh ini mereka masih menunggu evaluasi pemberlakuan kebijakan itu.
Oleh
irene sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelola perbelanjaan, retail, dan pertokoan khawatir, perluasan ganjil-genap akan menurunkan pengunjung. Namun, sejauh ini mereka masih menunggu evaluasi pemberlakuan kebijakan itu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, kekhawatiran ini didasari pada pelaksanaan ganjil-genap yang sudah berjalan. Pada pemberlakuan secara total selama penyelenggaraan Asian Games lalu, jumlah pengunjung pusat-pusat belanja yang dilalui rute ganjil-genap turun hingga 40 persen yang berlangsung selama sekitar 6 bulan.
”Setelah waktu ganjil-genap hanya diberlakukan pagi sore di hari kerja, ada kenaikan pengunjung lagi, tapi tidak pernah kembali seperti dulu. Tetap ada penurunan pengunjung sekitar 20 persen,” ujarnya di Jakarta, Minggu (11/8/2019).
Setelah waktu ganjil-genap hanya diberlakukan pagi sore di hari kerja, ada kenaikan pengunjung lagi, tapi tidak pernah kembali seperti dulu. Tetap ada penurunan pengunjung sekitar 20 persen.
Menurut Ellen, sebelum perluasan ini, APPBI DKI Jakarta sudah mengirimkan surat ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang meminta kebijakan ganjil-genap tidak diberlakukan kembali penuh waktu seperti saat Asian Games. Namun, perluasan ini tak pernah diduga sebelumnya.
Kebijakan ini, kata Ellen, tentunya menambah tekanan bagi retail-retail terutama di sektor barang konsumsi yang dikenakan, seperti pakaian, perhiasan, tas, dan sepatu. Sebab, selama beberapa waktu terakhir, sektor tersebut sudah lesu.
Saat ini, pengelola pusat belanja yang tergabung di APPBI tengah melakukan evaluasi jumlah pusat belanja yang kemungkinan terkena dampak kebijakan tersebut. ”Mana yang masih punya akses lewat jalan tikus atau mana yang masih ada akses transportasi publik yang bagus. Saat MRT beroperasi, dampaknya cukup membantu pusat-pusat belanja di kawasan Thamrin,” ujar Ellen.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, kekhawatiran penurunan jumlah pengunjung akibat perluasan kebijakan ganjil-genap juga diserukan pengusaha retail dan toko-toko di kawasan yang terkena.
”Misalnya, restoran, pakaian, dan toko bangunan karena mereka takut pengunjung turun,” katanya.
Saat ini, HIPPI DKI Jakarta pun masih menunggu pemberlakuan untuk melakukan evaluasi dampak perluasan ganjil genap di sektor usaha. Diharapkan, setelah uji coba, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap membuka kesempatan untuk revisi kebijakan apabila dinilai merugikan.
Adapun di bidang logistik, kurir ataupun produksi belum ada keluhan. Untuk kurir dan logistik diperkirakan tak banyak terganggu karena sepeda motor tak terkena kebijakan ganjil-genap. Adapun logistik tak banyak terpengaruh karena menggunakan jalan tol.
Pengusaha produksi dan logistik juga sudah bisa menyiasati dengan penggunaan kendaraan pengangkut dengan nomor polisi yang berlaku maupun mengatur distribusi dan stok selama dua hari.
Menurut Sarman, kebijakan ganjil-genap ini justru lebih memberikan kepastian daripada kemacetan parah. ”Kalau macet, kan, habis di jalan, lalu waktunya juga tak bisa diprediksi. Kalau ganjil-genap justru teratur sehingga bisa disiasati,” katanya.
Menurut Sarman, kebijakan ganjil-genap ini justru lebih memberikan kepastian daripada kemacetan parah. ”Kalau macet kan habis di jalan, lalu waktunya juga tak bisa diprediksi. Kalau ganjil-genap justru teratur sehingga bisa disiasati,” katanya.
Di sisi lain, kata Sarman, berkurangnya kemacetan di ruas-ruas yang berlaku juga bisa mendatangkan tambahan pengunjung. Sebab, secara psikologis, pengunjung lebih berpotensi datang kendati jarak jauh selama lalu lintas lancar daripada jarak dekat, tetapi macet.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, sosialisasi akan dilakukan pada 7-11 Agustus melalui media, baik elektronik, TV, cetak, radio, dan media sosial. Setelah itu, pada 9-11 Agustus dilakukan sosialisasi dengan menyebar flyer. Beberapa titik sosialisasi itu antara lain di Mal Citos, Atrium, Arion, dan Citra Mal. ”Jadi barat, selatan, timur, utara, tercover semua,” katanya.
Hal tersebut bertujuan agar masyarakat pengguna kendaraan pribadi memperoleh informasi dengan baik. Adapun pada 12 Agustus baru dilakukan sosialisasi di jalan, baik dengan preventif maupun preemtif.