Beberapa tahun terakhir mulai bermunculan gerakan kolaborasi dalam dunia pertunjukan seni. Dengan pertemuan, dialog, dan kerja bersama, pertunjukan seni menjadi lebih kreatif.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa tahun terakhir mulai bermunculan gerakan kolaborasi dalam dunia pertunjukan seni. Dengan pertemuan, dialog, dan kerja bersama, pertunjukan seni menjadi lebih kreatif.
Salah satu program seni kolaborasi yang berjalan empat tahun terakhir ini adalah Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia yang digagas sineas Garin Nugroho dan diselenggarakan Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Garin Workshop. Program itu menghadirkan serangkaian kegiatan, mulai dari roadshow Bincang Kreatif Seni Pertunjukan, seleksi Art Project Development Proposal, Pitching Forum, lokakarya, hingga pendampingan produksi seni pertunjukan.
Seleksi proposal seni pertunjukan atau Proposal Art Project Development amat diminati. Program ini membuka kesempatan bagi para seniman muda untuk mengirimkan ide dan konsep kreatif dalam bentuk proposal. Menurut Garin, setiap tahun panitia rata-rata menerima 300 proposal dari seluruh Indonesia dengan tema yang sangat beragam.
”Program ini menjadi semacam peta bagi komunitas muda seni pertunjukan di Indonesia. Tidak hanya dalam proses mencipta, tetapi juga dalam membangun jejaring, mengatur manajemen organisasi, proses kreatif, serta perluasan referensi,” ucapnya, akhir pekan lalu.
Kompetisi Proposal Art Project Development dibuka sejak 6 Agustus-6 Oktober 2019 dan proposal yang dibuat dapat diunggah melalui website www.indonesiakaya.com/ruangkreatif. Selanjutnya, tim yang proposalnya terpilih berkesempatan mengirimkan pimpinan produksi mereka untuk belajar materi penulisan ide, wawasan teknis, cara membuat dan mengomunikasikan proposal serta mengelola produksi seni pertunjukan.
Setelah proposal lolos, peserta akan menjalani proses seleksi karya atau Pitching Forum di hadapan tim juri. Kelompok seni yang berhasil lolos dalam Pitching Forum kemudian akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan karyanya di panggung Galeri Indonesia Kaya tiap akhir pekan pada Maret 2020.
Bulan ini, bagian awal dari Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia, yaitu roadshow Bincang Kreatif Seni Pertunjukan digelar di empat kota, meliputi Medan, Manado, Cirebon, dan Banjarmasin. Sejumlah seniman senior terlibat dalam acara ini, seperti Iswadi Pratama dari Teater Satu Lampung dan Ratna Riantiarno dari Teater Koma.
”Setiap pekerja seni sangat mengerti bahwa kreativitas adalah syarat wajib yang harus dimiliki untuk menghasilkan karya seni. Namun, untuk menampilkan hasil karya itu ke atas panggung tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan manajemen produksi yang tepat dalam proses kreatif. Program ruang kreatif ini diharapkan jadi forum berbagi, belajar, dan inspiratif bagi para komunitas seni dan seniman muda kreatif di Indonesia untuk mengembangkan keterampilan manajemen produksi serta melatih kemampuan berkomunikasi,” tutur Iswadi.
Untuk menampilkan hasil karya itu ke atas panggung tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan manajemen produksi yang tepat dalam proses kreatif.
Aksi budaya berjejaring
Sejak dua tahun terakhir, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan juga mengembangkan Indonesiana, platform aksi kebudayaan dengan konsep gotong royong alias kolaborasi. Gagasan pembentukan Indonesiana berawal dari fenomena munculnya festival-festival budaya di daerah dengan mutu bervariasi, tetapi kurang terhubung.
”Masing-masing daerah menggelar kegiatan, tetapi pertukaran ide dan gagasan di antara mereka kurang. Platform ini berfungsi memastikan adanya jalur komunikasi budaya, mulai dari keahlian, kreativitas, kuratorial, dan sebagainya sehingga semua pihak yang merasa kurang bisa mengambil manfaat dan yang berlebih bisa ikut menyumbang,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid.
Dengan konsep Indonesiana, kegiatan-kegiatan budaya yang semula hanya menjadi tanggung jawab satu institusi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), mulai dari hulu hingga hilir, akhirnya bisa didukung lebih banyak institusi. Tentu saja, hal ini menuntut persiapan penganggaran yang matang dari jauh-jauh hari berdasarkan tanggung jawab masing-masing institusi.