Rencana Filipina mengajukan protes terkait isu Laut China Selatan menegaskan kembali bahwa isu itu menjadi tantangan nyata bagi negara Asia Tenggara. Filipina hendak mengajukan protes diplomatik kepada Pemerintah China atas kehadiran dua kapal riset mereka di perairan zona ekonomi eksklusif Filipina.
Sebagaimana diberitakan harian ini pada Sabtu (10/8/2019), protes tersebut akan menjadi protes ketiga yang diajukan Manila terhadap Beijing selama beberapa pekan terakhir. Presiden Filipina Rodrigo Duterte rencananya juga bakal mengangkat isu sengketa di Laut China Selatan dalam kunjungan kenegaraan ke China dalam waktu dekat.
Selain Filipina, tiga negara Asia Tenggara yang terlibat dalam sengketa wilayah dengan China di perairan Laut China Selatan adalah Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Vietnam beberapa waktu lalu juga menuduh kapal China melanggar zona ekonomi eksklusif mereka, sementara Beijing dilaporkan menyebut kapal masih berada di wilayah China.
Untuk mencegah agar perbedaan klaim wilayah tidak sampai berujung pada konflik yang tak terkendali, anggota ASEAN dan China saat ini berupaya menyusun Pedoman Tata Berperilaku (Code of Conduct). Pembahasan drafnya masih dilakukan. Hasil akhir negosiasi draf Pedoman Tata Berperilaku ditunggu berbagai pihak karena dianggap sebagai komponen penting untuk menjamin isu Laut China Selatan tak bereskalasi menjadi konflik dengan kekerasan.
Isu Laut China Selatan bukan hal mudah bagi negara Asia Tenggara. Beberapa tahun lalu, terkait dengan upaya Manila yang membawa sengketa di Laut China Selatan ke Mahkamah Arbitrase Internasional, putusan dihasilkan oleh lembaga tersebut yang isinya menolak klaim Beijing atas Laut China Selatan. Namun, sejak awal, Beijing menolak yurisdiksi Mahkamah Arbitrase Internasional dalam kasus tersebut sehingga putusan mahkamah itu tidak ditindaklanjuti.
Dalam situasi tersebut, China membangun fasilitas di pulau buatan yang masuk dalam wilayah sengketa di Laut China Selatan. Pembangunan meliputi antara lain fasilitas landasan pesawat.
Rencana Manila untuk mengajukan protes kepada Beijing dan tuduhan Vietnam bahwa ada kapal China yang melanggar wilayah negara itu memperlihatkan bahwa isu Laut China Selatan adalah tantangan nyata serta serius bagi Asia Tenggara. Mengingat China yang terus menanjak sebagai kekuatan besar di kawasan dan dunia, kemampuan ASEAN bersama anggotanya untuk mengelola isu Laut China Selatan akan cukup menentukan masa depan wilayah itu.
Di sisi lain, kontestasi China dengan Amerika Serikat yang juga terjadi di wilayah Laut China Selatan menuntut negara Asia Tenggara untuk lebih berhati-hati. Ketegasan dan kekompakan di antara negara-negara Asia Tenggara kian terasa urgensinya di tengah kompleksitas yang melingkupi isu Laut China Selatan.