ROMA, SENIN — Kekecewaan kembali dirasakan skuad Real Madrid di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Senin (12/8/2019) dini hari WIB. Mereka hanya bisa tertunduk lesu meratapi kekalahan yang semakin menjadi kebiasaan. Mantan penguasa Benua Eropa ini belum selesai merumuskan formula kemenangan yang baru.
Laga kontra AS Roma di Stadion Olimpico itu merupakan laga persahabatan terakhir yang dijalani Real sebelum Liga Spanyol musim 2019-2020 bergulir, akhir pekan ini. Hasilnya cukup membuat khawatir karena melalui laga yang ditentukan melalui adu penalti itu, Real kalah dengan skor 2-2 (5-4).
Ini merupakan kekalahan keempat Real dalam tujuh laga pramusim. Catatan yang paling meresahkan adalah mereka sudah kebobolan sebanyak 18 gol dalam tujuh laga tersebut dan hanya mengemas 13 gol. Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane ternyata masih punya masalah besar di lini belakang yang sangat rapuh.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana bisa Zidane mendapati masalah seperti itu? Jika kembali ke tahun 2016 hingga 2018, pelatih asal Perancis inilah sosok yang berperan penting di balik raihan tiga gelar juara Liga Champions secara beruntun. Cukup mengejutkan apabila Real saat ini menjadi tidak berdaya di hadapan tim-tim yang dulu mudah mereka taklukkan.
Atletico Madrid, misalnya, bisa melibas Real tanpa ampun, 7-3, dalam ajang turnamen pramusim International Champions Cup (ICC) di Amerika Serikat, akhir Juli. Padahal, Real selalu dapat menyingkirkan rivalnya di Madrid ini pada empat musim Liga Champions berturut-turut sejak musim 2013-2014. Dua pertemuan di antaranya terjadi pada laga final. Di hadapan Real, Atletico kemudian mendapat status ”El Pupas” alias pecundang.
Babak pertama
Roma juga merupakan tim yang tidak mampu mengalahkan Real selama fase penyisihan grup Liga Champion musim 2018-2019. Saat itu, Real mampu mengalahkan Roma di Stadion Olimpico, 2-0. Sembilan bulan kemudian, Real tetap mencetak dua gol, tetapi juga kebobolan dua gol.
Keempat gol tersebut terjadi pada babak pertama. Dua gol Real dicetak oleh dua pemain Brasil, Marcelo dan Casemiro. Sementara itu, Roma mencetak gol lewat Diego Perotti dan Edin Dzeko. ”Serigala Roma” bisa memenangi babak adu penalti ketika tembakan Marcelo sebagai penendang terakhir Real mengenai mistar gawang.
”Hal terpenting malam ini adalah kegigihan para pemain ketika menghadapi tim sebesar Real Madrid,” ujar Pelatih AS Roma Paulo Fonseca seperti dikutip Football-Italia. Dengan mengalahkan Real, Fonseca berusaha menunjukkan bahwa Roma berpeluang besar untuk bangkit pada musim ini. Berbeda dengan Real, Roma tidak pernah kalah dalam empat laga pramusim, tiga laga di antaranya berakhir dengan kemenangan.
Tekanan meningkat
Sebaliknya, Real terpaksa menghadapi tekanan yang begitu besar menjelang bergulirnya musim baru. Musim 2018-2019 merupakan bencana bagi Real yang tidak meraih gelar apa pun.
Tidak adanya sosok Cristiano Ronaldo ataupun Zidane pada awal musim lalu sangat berpengaruh. Mereka kehilangan produktivitas gol dan tim ditangani tiga pelatih berbeda dalam satu musim, yakni Julen Lopetegui, Santiago Solari, dan akhirnya kembali ke tangan Zidane.
Ketika kembali ke Madrid, Maret lalu, Zidane pun bertekad akan melakukan perubahan besar. Sebuah revolusi untuk mengembalikan harga diri ”Los Blancos”.
”Skuad membutuhkan perubahan setelah memenangi banyak trofi. Kami harus berubah dan itulah yang terpenting,” ujar Zidane seperti dikutip The Guardian.
Namun, kerusakan sudah terlalu parah. Zidane hanya mampu memenangi delapan laga dari 18 laga Real di semua kompetisi, termasuk laga persahabatan kontra Roma kemarin. Sebanyak delapan laga lainnya berakhir dengan kekalahan. Ekspektasi manajemen ataupun fans agar Zidane mampu menghidupkan kembali Real akhirnya belum terpenuhi.
Real memahami situasi ini sehingga—seperti dilansir AS—Zidane sedikit dijauhkan dari media. Jika tidak ada kewajiban untuk tampil dalam sesi konferensi pers, seperti pada laga pramusim sebelumnya melawan Tottenham Hotspur, Fenerbahce, Salzburg, dan Roma, Zidane memilih diam sebelum laga berlangsung.
Zidane diberi kesempatan untuk hening dan fokus membenahi timnya. Dengan tambahan pemain baru, seperti Eden Hazard, Luka Jovic, dan Eder Militao, ia berupaya membangun struktur baru.
Perubahan paling menonjol yang terlihat selama laga pramusim adalah perubahan cara bertahan dari empat bek menjadi tiga bek. Marcelo dan Dani Carvajal ditarik lebih maju untuk membantu serangan. Eksperimen itu ternyata tidak berhasil karena gawang mereka tetap kebobolan.
”Kami memang tidak punya lima bek. Pada laga lain, skema (tiga bek) ini berhasil. Kami akan terus melakukan perubahan karena ada banyak pemain yang mampu bermain di berbagai posisi,” ujar Zidane seperti dikutip Marca.
Sejak kembalinya Zidane ke Madrid hingga saat ini, perubahan besar memang belum terlihat. Skuad masih didominasi muka-muka lama, temasuk penyerang Gareth Bale yang gagal hengkang ke Liga China.
Zidane hanya punya waktu lima hari lagi untuk memenuhi janjinya terkait perubahan itu sebelum menjalani laga perdana Liga Spanyol musim 2019-2020 melawan Celta Vigo pada akhir pekan ini.