Penghormatan Terakhir kepada Peletak Jurnalisme ”Kompas"
Karyawan Kompas Gramedia memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu perintis harian Kompas, Polycarpus Swantoro, di lobi Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019) pagi.
Oleh
Stefanus Ato
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Karyawan Kompas Gramedia memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu perintis harian Kompas, Polycarpus Swantoro, di lobi Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019) pagi. Penghormatan itu merupakan bentuk ucapan terima kasih dari semua karyawan Kompas Gramedia atas jasa dan dedikasi Swantoro selama mengabdi.
Karyawan Kompas Gramedia memadati tempat Pak Swantoro disemayamkan sejak pukul 07.00. Semua yang hadir mengenakan pakaian batik untuk mengenang almarhum yang semasa hidupnya gemar memakai batik.
Acara penghormatan tersebut dihadiri Wakil Pemimpin Umum Kompas Lilik Oetama, Rikard Bagun, dan Budiman Tanuredjo. Acara kemudian dilanjutkan dengan misa pelepasan jenazah sebelum dibawa ke Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.
Ibadah itu dipimpin Uskup Mgr Blasius Pujaraharja dari Keuskupan Ketapang, didampingi Romo Sindhunata dari Yogyakarta dan Romo Lasbert Livinus Sinaga dari Paroki Slipi.
Lilik Oetama dalam sambutannya mengatakan, sosok Swantoro tidak bisa dilepaskan dari Kompas Gramedia. Dia bersama PK Ojong dan Jakob Oetama sejak awal bahu-membahu membesarkan Kompas.
Karena itu, jenazah Swantoro sengaja disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia untuk memberikan kesempatan kepada semua karyawan memberikan penghormatan terakhir. Ini juga bertujuan agar generasi muda, khususnya karyawan, bisa melihat kembali nilai-nilai yang dipelihara dan dijaga hingga saat ini.
”Bagi perusahaan, jenazah Pak Swantoro disemayamkan di Kompas Gramedia sebagai penghormatan atas jasa-jasanya. Selamat jalan Pak Swantoro, jasamu akan kami kenang, idealisme akan tetap kami jaga,” kata Lilik.
Mgr Blasius Pujaraharja, yang pernah bersama Swantoro mengenyam pendidikan di seminari menengah, mengatakan, Pak Swantoro dikenal sebagai pesepak bola andal. Dia gigih saat bermain bola dan kuat secara fisik sehingga siapa pun yang menghadang akan diterjangnya demi mencapai tujuan akhir. Keandalan itu merupakan wujud nyata dari karakternya yang dikenal tegas dan kuat secara prinsip.
Romo Sindhunata menambahkan, ada dua peran besar yang diwariskan Swan kepada semua karyawan Kompas, yaitu pertama memberikan contoh bahwa wartawan harus membaca. ”Buku adalah pegangan utama karena dengan membaca buku bisa memperdalam dan memperluas wawasan. Wartawan tidak boleh tanpa buku,” kata Sindhunata.
Pak Swan juga telah berjasa membuat jurnalisme Kompas sebagai jurnalisme sejarah. Ini tidak lepas dari latar belakang Swantoro yang meminati sejarah. Perspektif sejarah Swantoro melengkapi jurnalisme humanisme yang diusung PK Ojong dan Jakob Oetama.
”Swantoro telah menjadi sejarawan bagi Kompas,” katanya.