Mengejutkan. Politisi muda yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024 ternyata akan jauh lebih sedikit dibandingkan periode 2014-2019.
Berdasarkan kajian Litbang Kompas, jumlah calon legislator berusia 40 tahun ke bawah yang lolos ke DPR 2019-2024 hanya 72 orang dari 575 anggota DPR atau 12,5 persen. Angka itu turun dibandingkan dengan angka pada periode 2014-2019 yang mencapai 92 orang dari total 560 anggota DPR atau 16,4 persen (Kompas, 12/8/2019).
Saat dunia ramai membicarakan pentingnya peran generasi muda untuk menghadapi dunia yang berubah cepat akibat revolusi digital, DPR yang merepresentasikan suara rakyat justru semakin minim diisi politisi muda.
Proporsi penduduk usia muda di Indonesia pun signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, kelompok usia 15-39 tahun mencapai 40 persen dari 265 juta total penduduk Indonesia.
Kesenjangan generasi jangan sampai membuat DPR yang bertugas menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat menjadi kehilangan magnet. DPR menjadi dianggap tidak relevan di mata anak muda.
Kehadiran figur muda di parlemen ataupun regenerasi di tubuh partai politik boleh jadi belum menjadi perhatian bangsa ini. Padahal, mencermati belahan dunia lain, terlihat mencolok peningkatan peran orang muda dalam politik, baik di Amerika Serikat maupun Eropa. Dalam pemilu sela terakhir di Amerika Serikat, Business Insider menulis, ada sekitar 700 warga milenial yang mencalonkan diri untuk merebut kursi legislatif. Jumlahnya disebut meningkat hingga 300 persen.
Kisah tentang Alexandria Ocasio-Cortez, perempuan muda berusia 29 tahun yang terpilih sebagai anggota House of Representatives AS dari Demokrat pada November 2018, salah satu yang fenomenal. Selain menjadi perempuan termuda sepanjang sejarah AS yang menjabat sebagai anggota Kongres, Ocasio-Cortez berani melawan tradisi lama. Kampanyenya tidak mengandalkan sumbangan besar korporasi, tetapi mengandalkan sumbangan kecil perseorangan.
Semangat Ocasio-Cortez bisa menjadi inspirasi bagi politisi muda di Indonesia untuk tidak menyerah. Biaya politik yang mahal dalam pemilu sering disebut sebagai kendala bagi politisi muda untuk bersaing dengan politisi senior yang memiliki kekuatan logistik berlimpah.
Meski demikian, kita tentu berharap kepada pemimpin partai politik untuk juga memberikan afirmasi. Menempatkan caleg politisi muda di nomor urut atas pada kertas suara bisa menjadi salah satu bentuknya.
Mengafirmasi politisi muda bukan berarti memarginalkan politisi senior. ”Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya,” ucap Bung Karno.
Namun, Bung Karno pun mengatakan, ”Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Karena itu, politisi muda harus terus bergerak membawa angin perubahan, baik dari dalam parlemen maupun yang berada di luar parlemen.