Badan Pembinaan Ideologi Pancasila akan memberikan penghargaan "Ikon Pancasila" kepada 74 orang yang berhasil mengaktualisasikan Pancasila. Mereka antara lain sutradara Livi Zheng, atlet Lalu Muhammad Zohri, dan siswa SMA penemu obat kanker Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila akan memberikan penghargaan ”Ikon Pancasila” terhadap 74 orang yang berhasil mengaktualisasikan Pancasila. Mereka antara lain sutradara Livi Zheng, atlet Lalu Muhammad Zohri, dan siswa SMA penemu obat kanker Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri.
Para ”Ikon Pancasila” itu diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Sutradara asal Blitar, Livi Zheng (30), tenar setelah filmnya, Brush With Danger, mampu menembus Hollywood pada 2014. Film ini juga masuk dalam nominasi Oscar pada 2015. Tak berhenti di situ, dia mempromosikan budaya Indonesia melalui film garapannya, Bali: Beats of Paradise, yang akan tayang di bioskop di Tanah Air pada Agustus ini. Sebelumnya, film ini sudah ditayangkan di sejumlah negara dan mendapat apresiasi banyak pihak.
Sementara nama Lalu Muhammad Zohri (19) menjadi perbincangan setelah berhasil meraih medali emas nomor 100 meter pada Kejuaraan Dunia Junior 2018 di Finlandia. Tak hanya itu, dia juga berhasil meraih medali perak nomor 100 meter pada Kejuaran Asia Atletik 2019 di Qatar. Pria asal Nusa Tenggara Barat ini juga bisa menginspirasi remaja di daerahnya untuk menjadi atlet lari.
Adapun Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri, siswa SMAN 2 Palangkaraya, berhasil mengharumkan Indonesia setelah berhasil menemukan obat kanker berbahan baku alami berupa batang pohon tunggal.
Mereka bagian dari 74 orang yang bakal menerima penghargaan Ikon Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Nama lain penerima penghargaan, seperti Guru Besar Psikolog Universitas Indonesia Prof Dr Saparinah Sadli, pendiri Komisi Nasional Perempuan yang pada awal reformasi turut aktif memperjuangkan hak korban pemerkosaan massal pada Mei 1998. Kemudian pakar oseanografi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Intan Suci Nurhati (39), yang mendalami sejarah terumbu karang di Indonesia.
Penghargaan akan diserahkan di Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, 19 Agustus 2019, bersamaan dengan acara Kongres Kebangsaan yang akan digelar BPIP.
Pemilihan figur ”Ikon Pancasila” melalui proses seleksi oleh BPIP dengan melihat sumbangsih para figur dalam mengaktualisasikan Pancasila, mengharumkan bangsa, serta pengabdiannya kepada masyarakat. Sementara jumlahnya yang 74 disesuaikan dengan usia Indonesia pada 17 Agustus 2019.
Mereka yang terpilih menjadi Ikon Pancasila berasal dari empat latar belakang, yaitu sains, olahraga, seni budaya, dan sosial.
”Penanaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa hanya disampaikan melalui ceramah. Perlu ada sosok berprestasi yang bisa menjadi inspirasi untuk mengamalkan nilai-nilai ideologi tersebut,” ujar Pelaksana Tugas Kepala BPIP Hariyono di Kantor BPIP, Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Dia melanjutkan, sebenarnya bangsa ini tidak kekurangan teladan yang mampu memberikan contoh bagaimana pengamalan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka jarang terekspos ke publik.
”Oleh karena itu, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI, BPIP akan memberikan apresiasi kepada 74 individu berprestasi yang kami nilai telah mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” kata Hariyono.
”Nantinya, mereka tidak hanya mendapat apresiasi, tetapi juga akan kami libatkan untuk terus menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila,” tambahnya.
Pada 22-23 Mei lalu, Litbang Kompas melakukan jajak pendapat terhadap 649 responden di 17 kota besar di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut, sembilan dari sepuluh responden menyatakan Pancasila sebagai ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia.
Meski demikian, cukup banyak responden yang ragu nilai Pancasila sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, dari hasil jajak pendapat ini pula, sebanyak 23,9 persen responden sangat khawatir dengan fenomena kehadiran kelompok tertentu yang hendak menentang Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, sedangkan responden yang khawatir dengan fenomena ini 54,4 persen. Proporsi responden yang menyatakan tidak khawatir hanya 19,4 persen.
Berangkat dari hal itu, upaya untuk membumikan Pancasila dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus terus dilakukan. Ikon Pancasila diharapkan hanya salah satunya. Selain penghargaan tersebut, perlu ada langkah-langkah lain untuk semakin mengukuhkan Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya pada kehidupan masyarakat.