Peremajaan Manchester United bersama manajer Ole Gunnar Solskjaer menunjukkan awal positif di musim baru Liga Inggris. Tanpa banyak basa-basi, MU memukul Chelsea 4-0 dan menghadirkan debut buruk bagi manajer muda, Frank Lampard.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN Manchester United, klub tersukses di Liga Inggris, semakin terlihat seperti ”pembunuh berwajah bayi.”, julukan manajernya, Ole Gunnar Solskjaer, saat masih bermain. Meskipun diisi barisan pemain muda seperti Daniel James dan Marcus Rashford, ”Setan Merah” sangat mematikan saat melumat rivalnya, Chelsea, 4-0, Minggu (11/8/2019) malam WIB.
Frank Lampard, manajer baru Chelsea, juga menurunkan pemain muda seperti Kevin Bakumo-Abraham (21) dan Mason Mount (20) sebagai pemain mula pada laga di Old Trafford itu. Mereka belum pernah mencicipi atmosfer Liga Inggris sebelumnya. Embargo transfer pemain memaksa Lampard memilih pemain muda itu.
Tetapi, tuan rumah lebih fenomenal. Solskjaer memainkan tenaga segar, seperti gelandang bertahan Scott McTominay (22) dan bek sayap baru, Aaron Wan-Bissaka (21) sejak menit pertama. Padahal, ”Setan Merah” tidak diembargo FIFA. Mereka juga memiliki banyak opsi pemain senior seperti Nemanja Matic dan kapten Ashley Young di bangku cadangan.
Tercatat, hanya satu pemain MU berusia lebih dari 28 tahun pada laga itu, yakni kiper David De Gea. Sisanya adalah pasukan muda seperti McTominay, Wan-Bissaka, Andreas Pereira (23), dan Rashford (21).
Usia rata-rata pemain MU pada laga pembuka itu adalah 24 tahun 227 hari, termuda dari 20 tim lainnya pada pekan pertama Liga Inggris 2019-2010. Adapun skuad inti The Blues berusia 25,6 tahun. Meskipun berusia muda, MU tampil kejam dan mematikan pada laga itu. Mereka tidak banyak basa-basi, menguasai bola seperti Chelsea yang sempat memonopoli jalannya laga di babak pertama.
Setan Merah tidak panik saat ditekan The Blues, sebaliknya efektif memukul balik melalui kecepatan, pergerakan dinamis, dan eksekusi mematikan. Dari lima serangan ke gawang lawan, empat di antaranya menjadi gol.
Gol kedua MU menit ke-65, misalnya, menjadi bukti ketajaman Anthony Martial. Penyerang sayap yang sempat terbuang pada era manajer Jose Mourinho itu mencuri gol di tengah kepungan bek jangkung The Blues.
Hasil laga itu menjadi kemenangan terbesar MU atas Chelsea sejak 1965, pada era manajer Matt Busby. Mereka hanya kalah produktif dari rival sekota, Manchester City, yang kini memuncaki klasemen dengan keunggulan lima gol.
Kemenangan besar MU itu tak lepas dari peranan dua pemain kunci yang tidak menyumbang gol, yaitu gelandang Paul Pogba dan bek Harry Maguire. Pogba, yang sempat diisukan tidak betah di MU, terlihat sangat menikmati laga. Ia rajin melapis pertahanan dan mendesain serangan mematikan MU. Dua gol MU, termasuk yang dicetak Rashford, tercipta berkat umpan brilian Pogba.
Skema serangan balik mematikan MU itu tidak akan berjalan tanpa pertahanan solid yang tercipta dengan kehadiran Maguire, bek termahal dunia saat ini. ”Dia (Maguire) fantastis, seperti batu karang. Sosok seperti ini sangat penting di tim. Ia tidak hanya mampu membaca permainan lawan, juga membangun kepercayaan diri di lini belakang,” ujar Mourinho di Sky Sports.
Namun, Solskjaer enggan terbawa euforia kemenangan. Menurutnya, timnya saat ini masih dalam fase membangun. ”Kami masih jauh dari kata selesai. Kami terus berupaya meningkatkan diri sebagai tim dan menemukan gaya yang tepat. Kami masih butuh waktu, namun saat itu akan segera datang,” ujar Solskjaer pada BBC.
Masalah serius
Diakui Mourinho, MU belum bisa disebut favorit juara Liga Inggris. Mantan timnya itu masih menyimpan masalah, yaitu minimnya pelapis di lini tengah. Mereka kehilangan Ander Herrera dan Marouane Fellaini tanpa pengganti sepadan.
Di kubu Chelsea, kekalahan itu menyingkap masalah serius di sektor pertahanan setelah hengkangnya David Luiz ke Arsenal. Di lini depan, mereka tidak lagi punya pendobrak pertahanan lawan karena Eden Hazard pindah ke Real Madrid. Sanksi FIFA mempersulit Chelsea menambal kedua lubang itu.
Reputasi Lampard pun tercoreng. Ia menjadi manajer kedua dengan debut terburuk di Chelsea setelah Danny Blanchflower pada 1978. Ketika itu, The Blues diremukkan Middlesbrough 2-7. “Kekalahan ini adalah ujian kesadaran untuk kami. Tidak ada tim yang ingin dikalahkan 0-4. Namun, kami harus bisa menerimanya. Kami membuat empat kesalahan,” tutur Lampard. (AFP/REUTERS)