Apa yang bisa dilakukan mahasiswa untuk membantu masyarakat desa? Ternyata banyak. Coba kita simak pengalaman mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Islam Negeri Jakarta yang terjun ke desa-desa ketika mengikuti Kuliah Kerja Nyata.
Oleh
Ester Lince Napitupulu dan Elok Dyah Messwati
·5 menit baca
Apa yang bisa dilakukan mahasiswa untuk membantu masyarakat desa? Ternyata banyak. Coba kita simak pengalaman mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Islam Negeri Jakarta yang terjun ke desa-desa ketika mengikuti Kuliah Kerja Nyata.
Sudah hampir sebulan 30 mahasiswa UGM tinggal di Desa Nampurejo di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Mereka adalah bagian kecil dari 6.000-an mahasiswa UGM yang tahun ini mengikuti Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di 200-an titik di seluruh Indonesia. Di bawah bimbingan dosen lapangan Sudaryanto, mahasiswa KKN di Nampurejo belajar mengembangkan argowisata di tiga desa, yakni Nampurejo, Kentengrejo, dan Jatimalang.
Desa yang dekat dari New Yogyakarta International Airport di Kabupaten Kulon Progo itu punya deretan pohon mahoni dan Pantai Jatimalang yang keren untuk swafoto. Coba deh kalian sekali-sekali ke sana.
Di tiga desa itu juga banyak pohon buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman langka di sana. Nah, mahasiswa KKN UGM sudah dua tahun membantu mengembangkan kebun argowisata. ”Tahun lalu, mahasiswa sudah membuatkan desain taman yang nyaman. Nah, tahun ini mahasiswa mengidentifikasi tanaman dan nanti melabeli tiap tanaman dengan namanya,” kata Sudaryanto.
Kelompok mahasiswa KKN lain di Nampurejo mempunyai kegiatan lain pula. Ada yang fokus melakukan pemotretan udara untuk memetakan kondisi sungai, ada yang ikut nyemplung ke sawah untuk membantu panen, ada yang mengajari cara membuat nugget. Kerajinan bambu hingga masuk ke kegiatan karang taruna.
Tidak hanya menjalankan program, mahasiswa KKN juga harus siap ”menghadap” masyarakat. Senin (29/7/2019), sejumlah mahasiswa KKN unit Nampurejo, misalnya, diundang ke Pantai Jatimalang untuk membahas isu desa tanggap bencana. ”Desa ini, kan, dekat pantai. Ada isu soal tsunami di sini. Mereka bertanya juga kepada kami,” ujar M Ponta, mahasiswa semester 7 Jurusan Biologi Fakultas Biologi yang mengabdi di Desa Jatimalang.
Di Lampung, mahasiswa KKN UGM ada juga yang diminta ikut kegiatan penghapusan tato dan kegiatan lain yang barangkali baru sekali seumur hidup mereka alami.
KKN UIN
Bukan hanya UGM, UIN Jakarta juga masih memiliki program pengabdian masyarakat. Minggu (28/7/2019), Kompas Muda melihat-lihat salah satu lokasi KKN mahasiswa UIN di Desa Buaran Bambu, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. Desa itu hanya berjarak sekitar 22 kilometer dari sisi barat daya Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Tetapi, rasanya jauuuuuh banget.
Perjalanan ke desa itu melalui jalan yang tidak terlalu lebar. Setelah menyusur Jalan Raya Pakuhaji dan kanan di sebuah gang, sampailah kami di deretan toko kosong yang menjadi ”markas” 17 mahasiswa KKN UIN. Ada tiga toko yang kosong. Dua kios untuk tempat rapat dan makan bersama. Satu kios menjadi tempat tinggal tujuh mahasiswa KKN. Sepuluh mahasiswa lainnya tinggal di rumah si pemilik kios. Mereka semua tidur beralaskan tikar atau karpet. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melaksanakan program KKN.
Hari itu, sejumlah warga dan anak muda berkumpul di halaman rumah pemilik kios yang dijadikan ”markas” para mahasiswa KKN. Semula akan ada penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS. Karena petugas penyuluh berhalangan hadir, acara diganti dengan perkenalan mahasiswa KKN dan bincang-bincang seru dengan anak muda Desa Buaran Bambu. Perkenalan dengan warga memang masih diperlukan. Maklum, saat itu mahasiswa KKN baru lima hari tinggal di desa itu.
”Kalau sudah saling kenal begini, enak jadinya. Kita bisa ngopi-ngopi bareng juga, ya, Aa..,” kata Ihsan, mahasiswa KKN, kepada para pemuda Desa Buaran Bambu.
Ketua Kelompok KKN UIN Muhammad Syukur Nur Yasin mengatakan, ke-17 mahasiswa KKN dari 12 fakultas menurut rencana menggelar beberapa program, antara lain motivasi untuk siswa dan pemuda Desa Buaran Bambu, pemutaran film dokumenter Fun Science, ikut kerja bakti setiap Jumat, dan mengajari anak-anak mengaji seusai shalat Ashar dan Maghrib.
Pengalaman berharga
Kegiatan KKN sebenarnya bukan semata urusan menyelesaikan program. Dari kegiatan itu, banyak pengalaman manis dan pelajaran penting yang diperoleh mahasiswa. Ketua Kelompok KKN UIN Muhammad Syukur Nur Yasin, misalnya, mengaku, gara-gara KKN, keterampilannya memperkenalkan diri semakin terasah. Bagaimana tidak, hari-harinya kini diisi dengan acara perkenalan dengan warga.
Pengalaman berharga juga diperoleh mahasiswa KKN UGM. M Ponta, mahasiswa semester 7 Jurusan Biologi Fakultas Biologi, yang mengabdi di Desa Jatimalang, mengisahkan, berada di tengah masyarakat memberi mahasiswa kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah. Ia dan teman-teman KKN di lokasi itu, lanjut Ponta, kerap mendengar keluhan warga soal pembuangan limbah tambak udang yang membuat kali menjadi dangkal.
Ponta yang mendalami biologi berkolaborasi dengan mahasiswa dari bidang pertanian untuk mencari jawaban atas keluhan warga. Mereka menawarkan program untuk memanfaatkan limbah udang menjadi pupuk organik cair.
”Program KKN, lanjut Ponta, memaksa kami mahasiswa untuk saling mengenal dan berkolaborasi lintas ilmu. Sebelumnya di kampus enggak kenal karena fakultasnya, kan, beda-beda,” ujarnya.
Habibah Auni, mahasiswa semester 7 Teknik Fisika, mengaku menikmati suasana desa yang asri di lokasi ia KKN. Habibah yang senang menulis membantu para aparat desa untuk bisa membuat situs desa. Sebenarnya tahun lalu mahasiswa KKN UGM sudah membuatkan situs internet, tetapi hasilnya tidak dioptimalkan.
”Bahkan, yang mengelola lupa password-nya. Jadi, kami buatkan yang baru sambil disiapkan contoh konten menarik yang nanti bisa mereka buat seputar informasi desa,” cerita Habibah.
Koordinator Mahasiswa Unit Nampurejo Amri Buhari mengaku sangat senang ikut KKN. ”Banyak pengetahuan di bangku kuliah, pas dipraktekkin ternyata mesti disesuaikan,” ujarnya.