China mulai mengerahkan kekuatan militer di perbatasan Hong Kong yang tengah bergejolak akibat demonstrasi pro-demokrasi. China diimbau agar tidak gegabah.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
HONG KONG, SENIN — China mulai mengerahkan kekuatan militer di perbatasan Hong Kong yang tengah bergejolak akibat demonstrasi pro-demokrasi. China diimbau agar tidak gegabah.
Media massa China, seperti diungkapkan Global Times dan People’s Daily, merilis video yang menunjukkan belasan kendaraan militer berkumpul di Kota Shenzhen dan video latihan petugas kepolisian pada 12 Agustus 2019. Perilisan video itu bertepatan saat pengunjuk rasa untuk pertama kali berhasil melumpuhkan Bandara Internasional Hong Kong.
”Tujuan utama (dari video) adalah untuk mengintimidasi pengunjuk rasa dengan memberi kesan militer China akan memasuki wilayah dan mengembalikan stabilitas menggunakan kekuatan,” ujar Andrew Chubb, peneliti kebijakan luar negeri dan politik China di Lancaster University, Rabu (14/8/2019).
Strategi serupa pernah dilakukan China baru-baru ini. Surat kabar militer The PLA Daily merilis foto Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan latihan militer pada 2 Juli 2019 dan video latihan pembubaran protes pada 1 Agustus 2019.
Keberadaan militer China diafirmasi oleh Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menerima laporan intelijen bahwa China mengerahkan pasukan militer ke perbatasan. ”Semua orang harus tenang dan aman,” ujarnya, melalui Twitter.
Dalam video yang beredar di media sosial, sejumlah pengunjuk rasa membawa bendera AS sebagai simbol kemerdekaan. Namun, AS belum secara langsung menyikapi krisis politik yang terjadi antara Hong Kong dan China.
Trump berpendapat, situasi Hong Kong rumit. AS telah meminta agar dua kapal Angkatan Laut AS dapat berkunjung ke Hong Kong dalam waktu dekat, tetapi ditolak China.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menambahkan, kedua pihak perlu berdialog secara konstruktif untuk menyelesaikan permasalahan. Kekerasan yang terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di bandara sungguh mengkhawatirkan.
Hong Kong pernah menjadi bagian dari koloni Inggris. Hong Kong kemudian diserahkan ke China pada 1997. Dalam perjanjian penyerahan, Hong Kong memiliki sistem pemerintahan sendiri selama 50 tahun.
Hong Kong pernah menjadi bagian dari koloni Inggris. Hong Kong kemudian diserahkan ke China pada 1997.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet melalui pernyataan tertulis turut mengimbau agar Otoritas Hong Kong menahan diri dan menyelidiki kasus kekerasan yang terjadi selama aksi unjuk rasa.
Seperti diketahui, warga Hong Kong melakukan aksi unjuk rasa selama 10 minggu terakhir. Mereka menuntut, antara lain, pencabutan rancangan undang-undang ekstradisi, pembebasan pengunjuk rasa yang ditahan polisi, dan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam agar mengundurkan diri.
Kembali beroperasi
Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Bandara Internasional Hong Kong, salah satu bandara tersibuk di dunia, sejak pekan lalu. Mereka berupaya menarik simpati internasional dalam usahanya untuk mewujudkan dan menjaga Hong Kong yang demokratis dari cengkraman China serta menarik perhatian Pemerintah Hong Kong terhadap tuntutan mereka.
Aksi protes melumpuhkan bandara selama dua hari berturut-turut, yakni 12-13 Agustus 2019. Kerusuhan antara pengunjuk rasa dan kepolisian sempat terjadi yang menyebabkan sejumlah orang luka-luka.
Pada Rabu (14/8/2019), atmosfer pergolakan di Hong Kong sedikit mereda. Bandara Internasional Hong Kong kembali beroperasi. Darah, sampah, dan spanduk bekas unjuk rasa dibersihkan petugas kebersihan serta pengunjuk rasa.
”Semua orang ketakutan, tetapi kami lebih takut tidak akan memiliki kebebasan lagi dan itulah mengapa kami melanjutkan aksi protes. Kami merasa ide kami antipeluru,” ujar Ann (21), salah satu pengunjuk rasa, sembari melepaskan poster antipemerintah.
Perusahaan data penerbangan Forward Keys mencatat, situasi yang tidak kondusif membuat pemesanan tiket ke Hong Kong turun 4,7 persen selama 16 Juni-9 Agustus 2019 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018. (AFP/REUTERS)