Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta menggelar Festival Pangan 2019 di pelataran Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, Rabu-Jumat (14-16/8/2019).
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
Tren urban farming alias pertanian perkotaan sudah merambah Jakarta. Target dari Wali Kota Jakarta Selatan pada 2020 saja di setiap RW di 65 kelurahan harus ada gang hijau. Saat ini baru terealisasi 150 gang hijau binaan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan.
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta menggelar Festival Pangan 2019 di pelataran Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, Rabu-Jumat (14-16/8/2019). Pameran tersebut menampilkan produk pangan dan olahan unggulan DKI Jakarta.
Sebanyak 60 stan pangan dan makanan-minuman olahan memamerkan produk dagangannya, Rabu (14/8/2019).
Mulai dari sayuran hidroponik, buah-buahan, kopi, jamu, hingga kerak telor dan kue kembang goyang khas Betawi ditampilkan. Para pengunjung dan karyawan kantor di sekitar Pasaraya Blok M memadati area pameran itu. Mereka terlihat antusias mengunjungi stan yang mengelilingi area pelataran tersebut.
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan Wachyuni, Rabu (14/8/2019), mengatakan, masyarakat, khususnya di Jakarta Selatan, diharapkan dapat memanfaatkan lahan yang sempit di sekitarnya untuk kegiatan pertanian perkotaan.
Di Jaksel, sudah ada 150 gang hijau yang dibina Sudin KPKP. Di gang perkampungan itu ditanam berbagai macam sayuran dan tanaman obat. Ada masyarakat yang menerapkan metode hidroponik, menanam di media pot, hingga memanfaatkan lahan kosong di sekitarnya.
Dengan kegiatan pertanian perkotaan itu, masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sayuran. Selama ini, Jakarta masih bergantung pada provinsi lain, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, untuk memenuhi kebutuhan sayur-mayur.
”Konsumsi sayuran masyarakat Jakarta dinilai masih rendah. Makanya, dengan menanam sayur sendiri, konsumsi sayuran diharapkan meningkat. Selain itu, juga untuk membangun ketahanan pangan masyarakat perkotaan,” ujar Wachyuni.
”Konsumsi sayuran masyarakat Jakarta dinilai masih rendah. Makanya, dengan menanam sayur sendiri, konsumsi sayuran diharapkan meningkat. Selain itu, juga untuk membangun ketahanan pangan masyarakat perkotaan,” ujar Wachyuni.
Sudin KPKP Jakarta Selatan juga memberikan pelatihan pertanian perkotaan kepada warganya. Pelatihan dilakukan secara berkala dengan mengundang narasumber praktisi pertanian perkotaan.
Target dari Wali Kota Jakarta Selatan pada 2020, di setiap RW di 65 kelurahan harus ada gang hijau. Wali Kota Jakarta Selatan berharap kampung-kampung bisa menjadi kampung hijau dan sehat. Di Jakarta Selatan, paling banyak warga membuat kebun di atap (roof garden) dan kebun vertikal (vertical garden) untuk menyiasati lahan yang terbatas.
”Kami juga memberikan bantuan pelatihan, rak vertikal, bibit, hingga pupuk untuk warga masyarakat yang mau dibina dalam program pertanian perkotaan,” kata Wachyuni.
Tamara Satria (42), pelaku usaha sayuran hidroponik di Jaksel, mengatakan, permintaan akan sayuran semakin banyak mengingat tren hidup sehat terus berkembang.
Awalnya, keluarga Tamara hanya iseng memanfaatkan lahan milik mereka yang tidak terpakai di daerah Antasari. Mereka memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam sayur-mayur, seperti aneka selada, bayam, kale, dan sawi-sawian. Mereka menanam sayuran dengan metode campuran, yaitu di media pot dan hidroponik.
Sejak 2016 hingga sekarang, usaha sayuran hidroponik milik keluarga Tamara terus berkembang. Dari awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kini omzet penjualan sayuran dan media tanam hidroponik sudah mencapai Rp 5 juta per bulan. Produk pertanian hidroponik tersebut diberi nama Hidroponic Alley.
”Sekarang, kami juga memenuhi permintaan untuk beberapa restoran yang menyajikan menu makanan sehat. Selain itu, kami juga kerap mengisi materi pelatihan dan menjual media atau instalasi hidroponik kepada warga,” kata Tamara.
”Sekarang, kami juga memenuhi permintaan untuk beberapa restoran yang menyajikan menu makanan sehat. Selain itu, kami juga kerap mengisi materi pelatihan dan menjual media atau instalasi hidroponik kepada warga,” kata Tamara.
Selain produk pertanian, produk makanan olahan, seperti olahan mangrove, juga dijual di Festival Pangan 2019 ini. Ayu Triani (38), anggota Pelatihan Kewirausahaan Terpadu (PKT) Koja, Rawa Badak Utara, Jakarta Utara, membawa berbagai olahan mangrove, seperti cheese stick, pangsit, dan kerupuk dari daun mangrove. Produk-produk yang dijual adalah hasil panen dari Komunitas Mangrove Penjaringan.
”Saya sudah kurang lebih setahun bergabung dengan PKT Rawa Badak Utara. Kami diajari para peneliti dari Institut Pertanian Bogor untuk mengolah produk olahan mangrove,” kata Ayu.