BI: Kondisi Global Pengaruhi Defisit Neraca Dagang
Oleh
hendriyo widi/karina isna irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Neraca dagang Indonesia pada Juli 2019 defisit sebesar 0,06 miliar dollar AS, sedangkan sepanjang Januari-Juli 2019, neraca dagang defisit sebesar 1,9 miliar dolar AS. Bank Indonesia menyebutkan, defisit terjadi karena pengaruh ketidakpastian ekonomi global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, perkembangan neraca perdagangan pada Juli 2019 tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Selain itu, harga komoditas global juga belum naik di tengah permintaan domestik yang masih solid.
Defisit neraca datang terutama dipengaruhi penurunan surplus neraca dagang nonmigas. "Penurunan surplus neraca dagang nonmigas disebabkan ekspor nonmigas yang belum kuat di tengah impor nonmigas yang meningkat," kata Onny dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Kamis (15/8/2019).
Penurunan surplus neraca dagang nonmigas disebabkan ekspor nonmigas yang belum kuat di tengah impor nonmigas yang meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang nonmigas Indonesia pada Juli 2019 surplus 78,9 juta dollar AS. Pada Juni 2019, surplus neraca dagang nonmigas senilai 1,16 miliar dollar AS.
Sementara itu, defisit neraca dagang migas membaik karena kinerja ekspor migas meningkat. Defisit neraca dagang migas pada Juli 2019 tercatat sebesar 0,14 miliar dolar AS, membaik dibandingkan Juni 2019 yang defisit sebesar 0,97 miliar dolar AS.
Perbaikan neraca dagang migas itu ditopang peningkatan ekspor migas dari 0,75 miliar dolar AS menjadi 1,61 miliar dolar AS. Peningkatan ekspor migas terjadi pada seluruh komponen baik hasil minyak, minyak mentah, dan gas.
Nilai impor migas pada Juli 2019 tercatat sebesar 1,75 miliar dolar AS. Nilai tersebut tidak banyak berbeda dibandingkan nilai impor pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,71 miliar dolar AS. Peningkatan impor migas terjadi pada komponen minyak mentah, sedangkan komponen hasil minyak dan gas menurun.
"Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca dagang," kata Onny.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kinerja neraca dagang Indonesia sepanjang Januari-Juli 2019 dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang, dinamika perang dagang AS-China, dan pelemahan harga komoditas global. Di dalam negeri, hilirisasi komoditas ekspor juga belum berjalan maksimal.
”Kita tidak bisa terus melihat faktor eksternal, tetapi dari internal juga butuh pembenahan,” kata dia.
Menurut Suhariyanto, dampak perang dagang AS-China mesti diwaspadai. Defisit perdagangan Indonesia-China semakin dalam dari 10,33 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2018 menjadi 11,05 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2019. Impor asal China per Juli 2019 mencapai 1,5 miliar dollar AS.
Jenis barang-barang asal China yang banyak diimpor Indonesia, antara lain telepon genggam, laptop atau komputer pribadi, penyejuk ruangan, bawang putih, dan kepiting beku. Selain China, impor barang tertinggi juga berasal dari Jepang sebesar 251,4 juta dollar AS dan Italia 231,3 juta dollar AS.
”Secara tahunan, Juli 2019 dibandingkan Juli 2018, nilai impor barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal menurun,” kata Suhariyanto.