MRT Jakarta Belajar Kereta ke Seoul Metro
PT MRT Jakarta akan bekerja sama dengan Seoul Metro dalam hal pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan kereta moda raya terpadu (MRT).
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta akan bekerja sama dengan Seoul Metro dalam hal pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan kereta moda raya terpadu atau MRT.
Seoul Metro, perusahaan pengelola kereta api perkotaan dari Korea Selatan, dinilai piawai dalam hal pengembangan teknologi, terutama untuk pemeliharaan dan perawatan fasilitas kereta api.
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama itu dilakukan Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dan Chief Executive Officer Seoul Metro Taeho Kim di Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Kerja sama akan dilakukan dalam beberapa bidang, meliputi pengeksplorasian dalam pengembangan pengoperasian dan pengelolaan pusat kendali operasi (OCC), pengembangan kemampuan perawatan rolling stock dan depo, pengembangan pengetahuan atas kemampuan SAMBA (Smart Automatic Mechanical Big Data Analysis System) dan smart station, pengelolaan automatic fare collection (AFC), serta berbagai kegiatan knowledge sharing lainnya.
William mengatakan, Seoul Metro adalah salah satu operator metro tertua di dunia yang mengoperasikan kereta bawah tanah sejak tahun 1974. Perusahaan itu juga mengoperasikan jaringan kereta api bawah tanah terbanyak dengan panjang rute 340 kilometer. Perusahaan itu dinilai menerapkan sistem operasi dengan tingkat kecanggihan teknologi yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik pula.
PT MRT Jakarta akan belajar dari Seoul Metro bagaimana menerapkan sistem teknologi digital terutama untuk pemeliharaan agar pelayanan MRT tetap baik. Walaupun jaringan MRT baru 16 kilometer dan tidak sepanjang jaringan Seoul Metro, MRT Jakarta merasa perlu menguasai teknologi digital untuk mempertahankan pelayanan kepada pelanggan. Selama ini, performa MRT Jakarta berhasil mencapai ketepatan waktu 100 persen dan dapat diandalkan.
”Ini era teknologi. Kami ingin secepat mungkin menguasai atau paham teknologi maju yang ada di dunia. Sistem MRT ini, kan, sangat maju, yaitu automatic train operation dengan 100 persen keandalan dan on time performance-nya juga 100 persen. Ini harus dipertahankan. Kalau sistem ini tidak dipertahankan, cepat atau lambat, akan menurun kualitasnya. Makanya kami mulai bagaimana caranya memanfaatkan teknologi digital,” tutur William.
Pihak Seoul Metro mempresentasikan tiga teknologi digital, yaitu manajemen stasiun yang menggunakan analisis big data (SAMBA). MRT Jakarta sedang menjajaki penggunaan big data dan mengembangkan digital platform di Jakarta. Sekarang ini dinilai adalah momentum yang tepat untuk belajar kepada Seoul Metro.
Teknologi kedua yang diusung Seoul Metro adalah connected smart station yang bisa memastikan bilamana terjadi kerusakan pada sistem di stasiun, misalnya lift atau eskalator yang rusak.
Adapun teknologi ketiga yang dipresentasikan adalah memastikan perawatan dan pemeliharaan prasarana kereta dengan sensor yang ditempel di atas atau bawah kereta.
Saat ini, PT MRT Jakarta masih menggunakan sistem perawatan dan pengecekan manual dengan tenaga manusia. Setiap malam, ada petugas yang mengecek rel ataupun sistem panel listrik agar dapat berfungsi dengan baik.
”Ini baru pengenalan. Kami masih mempelajari dan lihat bagaimana pengoperasiannya. Kami akan mulai kerja sama ini dengan saling bertukar insinyur. Insinyur kami akan belajar ke sana, sedangkan insinyur dari Seoul Metro akan melihat sistem yang ada di sini,” papar William.
Ia menambahkan, kerja sama terkait teknologi digital ini juga akan diterapkan untuk mengantisipasi kejadian seperti gempa bumi dan mati listrik yang terjadi pada awal Agustus lalu. Dengan bantuan teknologi digital, diharapkan sistem mitigasi bencana saat terjadi gempa dan lain-lain dapat lebih siap.
Selain itu, juga untuk mengembangkan proses digitalisasi sistem ticketing dengan QR Code. Menurut rencana, sistem ticketing dengan QR Code akan diluncurkan dalam 1-2 bulan ke depan.
”Ekosistem digitalnya yang harus kita bangun. Ini tim MRT Jakarta sedang bekerja. Kalau kami kembangkan sendiri, kan, lama karena ada trial dan error. Makanya, kami belajar dari mereka (Seoul Metro),” ucap William.
Seoul Metro dikenal sebagai peraih penghargaan Operational and Technological Excellence dari Union Internationale des Transports Publics (UITP) atau asosiasi internasional untuk transportasi publik karena mengembangkan sistem pengamatan pola dan prediksi kegagalan fasilitas kereta api (SAMBA).
”Park and ride”
Selain itu, PT MRT juga bekerja sama dengan pengembang PT Intiland untuk menyediakan fasilitas park and ride di kawasan perkantoran South Quarter di Jalan RA Kartini, Jakarta Selatan. Kawasan perkantoran ini dekat dengan Stasiun MRT Fatmawati.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Intiland Permadi Indra Yoga menuturkan, setiap hari diprediksi sekitar 10.000 orang beraktivitas di perkantoran South Quarter. Tahun depan, diprediksi angka tersebut akan meningkat menjadi 20.000 orang. Sebab, Intiland juga sedang membangun apartemen baru di kawasan itu.
Fasilitas park and ride yang dibangun itu seluas 3.500 meter persegi dan berkapasitas 75 mobil dan 30 sepeda motor. Tarif yang diterapkan adalah tarif flat Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 2.000 untuk sepeda motor sepanjang hari.
”Semoga fasilitas park and ride ini dapat meningkatkan mobilitas warga Jakarta,” kata Indra.
Sementara itu, William Sabandar menambahkan, diperkirakan penumpang yang berasal dari Stasiun MRT Lebak Bulus dan Stasiun Fatmawati sebesar 25 persen dari rata-rata 93.000 penumpang per hari.
Fasilitas park and ride diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum massal. Apalagi, di fasilitas park and ride itu juga sudah terintegrasi dengan halte bus pengumpan Transjakarta.
”Peluang dari fasilitas park and ride ini sangat besar,” kata William.