Chelsea memaksa Liverpool bersusah payah meraih trofi Piala Super Eropa di Istanbul. Meskipun kalah, laga itu menumbuhkan harapan di kubu ”The Blues”.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
ISTANBUL, KAMIS – Chelsea, salah satu klub tersukses di Inggris satu dekade terakhir, ”divonis” akan terjatuh ke jurang krisis musim ini. Perginya dua pondasi kesuksesan klub itu, Eden Hazard dan David Luiz, plus embargo transfer pemain memicu kekhawatiran itu.
Kekhawatiran itu muncul di depan mata saat ”The Blues” digilas Manchester United 0-4 pada pekan perdana Liga Inggris, Minggu lalu. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, tidak ada yang menjagokan mereka meraih trofi musim ini. Padahal, koleksi trofi menjadi tradisi klub itu sejak dibeli taipan Rusia, Roman Abramovich, 2003 silam.
Berkat kekalahan telak itu, Chelsea terbenam di peringkat ke-19 Liga Inggris. Selain itu, upaya mereka meraih trofi di awal musim dikandaskan juara Liga Champions Eropa, Liverpool, lewat adu penalti pada perebutan Piala Super Eropa, Kamis (15/8/2019) dini hari WIB di Istanbul, Turki. Itu menjadi kekalahan kedua Chelsea dalam tiga hari terakhir.
”Frank Lampard (manajer baru Chelsea) memiliki pekerjaan tersulit di dunia setelah kehilangan pemain terbaiknya, Hazard. Tulang punggung Chelsea itu pergi tanpa pengganti,” ungkap Chris Sutton, mantan striker Chelsea, yang cemas akan nasib bekas klubnya itu dalam siaran di Radio 5 BBC.
Situasi sulit itu bisa menjerumuskan banyak orang. Namun, tidak dengan Lampard. Dalam badai kesulitan ini, manajer muda itu justru memperlihatkan banyak sisi positif di The Blues yang selama ini kurang terlihat. Sebagai contoh, meski kalah di Istanbul, Chelsea mampu memberikan perlawanan sengit atas Liverpool, tim terbaik di Eropa saat ini.
Chelsea mampu mengungguli Liverpool, secara permainan maupun gol, pada babak pertama. Tidak seperti saat menghadapi MU, Chelsea tampil lebih agresif dan menekan. Tim itu tampil seperti Liverpool di awal kedatangan manajer Juergen Klopp pada 2015. Para pemainnya, tidak terkecuali N’Golo Kante yang belum bugar sepenuhnya, tampil energik mengejar bola.
Kerja keras dan kekompakkan mereka membuat Liverpool kesulitan mengembangkan permainan khasnya, yaitu transisi serangan cepat. Tanpa Hazard, Chelsea tampil lebih dinamis dan sulit diprediksi. Serangan muncul dari berbagai lini, baik striker, gelandang, maupun bek sayap. Mereka bisa unggul telak jika gol-gol Christian Pulisic dan pemain muda, Mason Mount, tidak dianulir karena offside.
Tim terbaik
Tak heran, seusai laga itu, Lampard berani berkata, Chelsea adalah tim terbaik di laga itu dalam hal performa. Mereka mampu membuat cemas dan menyaingi Liverpool, salah satu favorit juara Liga Inggris, terlepas dari berbagai keterbatasannya. ”Saya hanya bisa berbangga pada tim ini dan performanya. Hari ini, kami bermain di level yang lain dan hanya tidak beruntung kalah (adu penalti),” ujarnya.
Jika mampu tampil konsisten seperti itu, Lampard yakin timnya bisa bersaing di papan atas Liga Inggris maupun babak gugur Liga Champions. Mantan kapten Chelsea itu menargetkan hasil positif di tiga laga berikutnya, yaitu lawan Leicester City, Norwich City, dan Sheffield United, di Liga Inggris.
”Musim ini bakal berakhir bagus bagi Chelsea jika kami terus tampil seperti malam ini,” ujarnya dikutip Standard.co.uk.
Pada laga itu, Lampard memperlihatkan keteguhannya dengan menurunkan sejumlah pemain muda seperti Mount dan Tammy Abraham di babak kedua. Padahal, mereka sempat dikritik eks manajer Chelsea, Jose Mourinho, yang kini menjadi komentator di Sky Sports. Keduanya tampil bagus dan nyaris mencetak gol, meski kegagalan Abraham di adu penalti menggagalkan ambisi Lampard meraih trofi Piala Super Eropa pertamanya.
Tak heran, meskipun gagal juara, The Guardian menilai, banyak alasan bagi fans Chelsea untuk tetap optimistis dan antusias menyambut musim baru ini. Lampard menyuguhkan sepak bola ofensif, energi tinggi, dinamis, dan menghibur lewat kebijakannya yang berpihak pada para pemain muda. ”Dalam waktu singkat, ia mengangkat kepercayaan diri tim muda ini bahwa mereka bisa menyaingi Liverpool,” tulis Andy Hunter, jurnalis The Guardian.
Di kubu Liverpool, trofi Piala Super Eropa menandai efektivitas transfer pemain. Tanpa banyak gembar-gembor di bursa transfer, pemain baru yang mereka datangkan langsung berdampak besar ke tim. Kiper Adrian, yang diboyong gratis dari West Ham United, menjadi pahlawan Liverpool di Istanbul. Ia menepis bola tendangan penalti Abraham dan membuat empat penyelamatan lainnya di waktu normal.
Padahal, ia baru sembilan hari berada di Liverpool. Bek Liverpool Virgil van Dijk pun yakin, berkat kehadirannya, timnya tidak perlu meratapi masalah cederanya kiper utama, Alisson Becker.
“Dia tampil luar biasa meskipun nyaris tidak ada persiapan (tampil sebagai kiper inti). Saya bahkan tidak tahu kapan terakhir kali ia bermain untuk West Ham. Namun, di ruang ganti, ia berteriak (semangat) paling keras, bahkan melebihi saya,” ujar Klopp. (AFP)