Generasi emas yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia, perlu terus dibekali dengan ilmu pengetahuan dan semangat toleransi. Hal itu perlu konsisten dilakukan demi martabat Indonesia di mata dunia, juga agar kebangsaan terpelihara.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Generasi emas yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia, perlu terus dibekali dengan ilmu pengetahuan dan semangat toleransi. Hal itu perlu konsisten dilakukan demi martabat Indonesia di mata dunia, juga agar kebangsaan terpelihara.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan hal itu pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-74 Kemerdekaan RI, di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (17/8/2019). Anak-anak tak boleh dibiarkan menjadi penonton akan keberhasilan bangsa lain.
Menurut Ganjar, generasi emas harus benar-benar tercipta pada 2040. ”Segala daya upaya, tenaga, dan pikiran harus kita kerahkan untuk masa depan cemerlang anak-anak kita. Anak-anak harus menjadi arus besar perubahan yang meluncur ke seluruh penjuru dunia,” katanya.
Ganjar menambahkan, mentalitas anak muda tidak boleh melempem saat berhadapan dengan bangsa lain. Semua itu dapat terwujud apabila para anak muda memiliki satu senjata, yakni kebersamaan. Dalam hal ini, persatuan Indonesia menjadi hal penting dan mesti terus diutamakan.
”Kita diciptakan atas satu jalinan sebagai sapu lidi, yang jika lepas ikatannya, ambyar kebangsaan kita, ambyar negara kita, dan ambyar Indonesia Raya. Sejarah telah mengikat kuat kita. Pancasila telah mendasari kita, sebagai bangsa dan negara yang besar,” kata Ganjar.
Kita diciptakan atas satu jalinan sebagai sapu lidi, yang jika lepas ikatannya, ambyar kebangsaan kita, ambyar negara kita, dan ambyar Indonesia Raya. Sejarah telah mengikat kuat kita. Pancasila telah mendasari kita, seabgai bangsa dan negara yang besar
Ideologi bangsa
Sejak dilahirkan, Indonesia mendapat berbagai persoalan berat, seperti seringnya bencana alam, korupsi, konflik sosial, serta gerakan separatisme dan radikalisme. Juga, tantangan modernisasi yang terus bergerak. Karena itu, kata Ganjar, jangan lagi ada niatan mengganti ideologi bangsa.
”Jangan ada lagi ungkapan ’Ah kamu Batak, kamu Papua, kamu Bugis, kamu Sunda, kamu Madura, kamu Jawa’. Perbincangan harus melompat jauh ke depan. Tekad kebersamaan, senasib sepenanggungan, harus terus diemban untuk menghadapi zaman,” ujar Ganjar.
Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Rycko Amelza Dahniel, menuturkan, pihaknya terus berupaya mencegah adanya perpecahan bangsa, terutama di Jateng. Adapun potensi perpecahan dapat ditimbulkan dari upaya untuk mengganti ideologi bangsa, yakni Pancasila.
”Terhadap kelompok yang ingin menggunakan ideologi lain, antisipasi jelas kami lakukan. Penanganannya baik dengan cara yang lunak maupun keras. Di antaranya dengan memberikan peringatan, penjelasan, dan pencerahan, hingga diterapkannya penegakan hukum,” ujar Rycko.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, menuturkan, peringatan 74 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI menjadi momentum untuk terus tidak lelah dalam membangun kota. Optimisme dan kebersamaan perlu dilanjutkan dalam meneruskan pembangunan.
”Ke depan, masih banyak target pembangunan yang harus dicapai melalui semangat perjuangan dan pengorbanan, dengan meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan atau pribadi. Kita perlu bahu-membahu dan gotong royong dalam mencapai tujuan bersama,” katanya.