Kulitnya legam. Berbadan tegap, mengenakan kruk atau penyangga kaki, berusia sekitar setengah abad. Dia bernama Agus, salah satu peserta upacara HUT Ke-74 RI di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Sabtu (17/8/2019), Jakarta.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
Kulitnya legam. Berbadan tegap, mengenakan kruk atau penyangga kaki, berusia sekitar setengah abad. Dia bernama Agus, salah satu peserta upacara HUT Ke-74 RI di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Sabtu (17/8/2019), Jakarta.
”Kena di Aceh, Mas,” katanya, ketika Kompas bertanya ihwal kaki kanannya.
Agus yang waktu itu terdaftar sebagai prajurit TNI di Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 sedang ditugaskan di Aceh pada 2002.
Malang tak bisa ditunda, mujur tak bisa diraih. Agus berpapasan dengan petempur Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kaki kanannya diberondong peluru. Kini ia harus menggunakan kaki palsu. ”Pemberian pemerintah,” katanya.
Dia juga menunjukkan bekas luka di mulutnya. Gigi depan ayah dua anak itu tak beraturan setelah tangkai bedil GAM mendarat di situ.
Setiap upacara 17 Agustus, Agus terkenang akan Aceh. Sewaktu bertugas di sana, perayaan upacara kemerdekaan diawali kontak senjata dengan GAM. ”Dari pukul 21.00 sampi 11.00,” katanya.
Tak heran, katanya, sejumlah sejawatnya mengalami stres. Ada yang ujug-ujug menembakkan senjata ke arah langit pada tengah malam. ”Sejengkal saja salah jalan, berarti maut,” katanya.
Agus bertahan di militer hingga 2014. Namun, ia kemudian memutuskan pensiun dini dengan pangkat kopral kepala.
Setelah pensiun, ia bergabung dengan Gerindra yang dipimpin mantan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Prabowo Subianto. ”Saya ikut Bapak saja,” katanya, tanpa merinci jabatan strukturalnya di partai.
”Anggapan salah kalau yang bisa mengabdi untuk bangsa itu hanya militer. Sipil dan militer sama-sama bisa mengabdi untuk bangsa,” katanya.
Ia menekankan, momentum kemerdekaan seharusnya menjadi pengingat tentang jasa pendahulu. Tanpa pejuang-pejuang, tak mungkin Indonesia bisa merdeka seperti sekarang. ”Makanya harus cinta sama Indonesia. jangan cinta di omongan aja,” katanya.
Agus bertahan di militer hingga 2014. Namun, ia kemudian memutuskan pensiun dini dengan pangkat kopral kepala.
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria menyatakan, partainya terbuka terhadap siapa pun. Perjuangan tidak mengenal batas umur atau keterbatasan anggota tubuh.
Sayup-sayup terdengar amanat Prabowo yang memerintahkan keluarga besar Gerindra untuk berbahagia. Tidak boleh berkecil hati karena garis kebijakan partai sudah berada di jalan yang benar.
Sayang, kebahagiaan itu tak lengkap karena puluhan rakyat hanya bisa menonton dari balik pagar. Mereka yang tidak terdaftar dalam catatan panitia tidak diperkenankan mengikuti upacara.
Sebagian dari rakyat itu bertanya ihwal orang lain, yang menurut mereka juga berbaju biasa, tetapi bisa masuk ke halaman kantor. ”Mereka itu staf,” kata penjaga, menghibur rakyat.
Rakyat yang rerata ibu-ibu paruh baya itu diminta bersabar hingga upacara usai.