Pengunjuk rasa di Hong Kong kembali mempersiapkan pengerahan massa besar-besaran pada Minggu (18/8/2019) ini. Ajakan unjuk rasa hari ini sudah disebarkan dalam serangkaian demonstrasi sejak beberapa hari lalu di berbagai kawasan.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Unjuk rasa akan terus berlangsung di Hong Kong di tengah sikap aparat keamanan yang makin keras menghadapi para demonstran.
HONG KONG, KOMPAS — Pengunjuk rasa di Hong Kong kembali mempersiapkan pengerahan massa besar-besaran pada Minggu (18/8/2019) ini. Ajakan unjuk rasa hari ini sudah disebarkan dalam serangkaian demonstrasi sejak beberapa hari lalu di berbagai kawasan.
Kemarin, ribuan guru berunjuk rasa sejak pagi di tengah cuaca buruk sebagai bentuk solidaritas terhadap aksi-aksi sebelumnya. Mereka berge-
rak ke kediaman resmi Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan meneriakkan slogan-slogan protes. Aksi damai mereka telah diizinkan polisi.
Unjuk rasa hari ini akan dipusatkan di Taman Victoria dan Causeway Bay. Kawasan itu kerap didatangi pekerja migran Indonesia dan dekat dengan Konsulat Jenderal RI di Hong Kong. KJRI Hong Kong telah mengimbau WNI untuk menjauhi lokasi unjuk rasa.
Imbauan itu dikeluarkan, antara lain, karena polisi tidak segan membubarkan aksi massa yang kerap berlangsung hingga malam. Hal itu, misalnya, terjadi di kawasan Mongkok, Sabtu malam. Massa yang berparade sejak Sabtu sore nyaris bentrok dengan polisi.
Dari pengamatan Kompas, terlihat polisi berperisai dan berpentungan panjang berbaris di jalan-jalan Mongkok selepas pukul 18.00 waktu Hong Kong. Sambil berjalan, mereka memukul-mukulkan pentungan ke perisai. Sebagian polisi membentuk kelompok kecil dan membubarkan massa.
Di Mongkok kerap terdengar tembakan polisi ke udara setelah aneka benda dilemparkan ke arah polisi. Namun, kericuhan tak lama, bahkan pengunjuk rasa langsung bubar.
Unjuk rasa sepanjang Sabtu digelar di beberapa lokasi. Massa, antara lain, berkumpul di kawasan Whampoa, Tsim Sha Tsui, dan Mongkok. ”Ini rumah saya sejak lahir. Saya tidak mau semua hal baik di sini hilang karena pemerintah tidak mengerti keinginan warga,” ujar Wang, seorang ibu yang membawa dua anak balitanya berunjuk rasa di Whampoa.
Ini rumah saya sejak lahir. Saya tidak mau semua hal baik di sini hilang karena pemerintah tidak mengerti keinginan warga.
”Kami hanya menyuarakan kekhawatiran kami. Tidak ada maksud menentang pemerintah atau memicu kekacauan. Anda bisa lihat sendiri, tidak ada tanaman patah di tengah orang seramai ini,” kata Choi, pengunjuk rasa lainnya.
Mereka menolak memberikan nama lengkap bahkan menutup muka dengan masker, agar tidak diidentifikasi Pemerintah Hong Kong atau China. ”Sejak ikut beberapa minggu lalu, saya sering melihat orang-orang memotret wajah pengunjuk rasa yang tidak memakai masker. Orang-orang yang mencurigakan,” kata Lee, pengunjuk rasa di Kow Loon.
Unjuk rasa di Hong Kong telah berlangsung 10 minggu dipicu penolakan terhadap RUU Ekstradisi, yang memungkinkan warga Hong Kong diekstradisi ke China. RUU itu telah dibekukan, tetapi unjuk rasa dilanjutkan dengan tuntutan meluas pada desakan reformasi demokrasi.
Awal pekan lalu, ribuan pengunjuk rasa menduduki Bandar Udara Internasional Chek Lap Kok dan memblokade semua penerbangan sampai Selasa (13/8/2019) malam. CEO Cathay Pacific Rupert Hogg pun mengundurkan diri atas tekanan Beijing terkait keterlibatan dua pilot Cathay Pacific dalam unjuk rasa. Cathay juga telah memecat kedua pilot tersebut.
Sampai hari ini, polisi Hong Kong menahan lebih dari 750 orang, banyak di antaranya disertai penggerebekan, penggeledahan, dan penyitaan seperti telepon selelur dan komputer. (AP/AFP/REUTERS/MYR)