Banyak pengembang mengeluhkan lesunya penjualan rumah dan apartemen dalam beberapa tahun ini. Para pengembang itu masih menggunakan sistem pemasaran konvensional sehingga tidak ada terobosan untuk mendongkrak penjualan rumah.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banyak pengembang mengeluhkan lesunya penjualan rumah dan apartemen dalam beberapa tahun terakhir. Para pengembang itu masih menggunakan sistem pemasaran konvensional sehingga tidak ada terobosan untuk mendongkrak penjualan rumah. Padahal, pemasaran melalui sistem digital dapat membantu menaikkan penjualan rumah.
Pemasaran sistem digital itu dipraktikkan oleh manajemen Forest Development dalam mengembangkan dan menjual rumah di perumahan Forest Hill, Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Pemasaran secara digital harus didahului perubahan strategi pengembangan produk dan penetapan target pasar yang jelas agar pemasaran menjadi efektif.
”Kami adalah pengembang yang masih baru di dunia properti Indonesia. Jika harus bersaing dengan para pengembang besar yang memiliki daftar konsumen yang panjang, kami pasti akan kalah. Oleh karena itu, kami menggunakan sistem digital untuk melakukan pemasaran yang efektif. Hasilnya, satu klaster kami sudah terjual seluruhnya dan satu klaster lainnya terjual 98 persen. kami juga sedang menjual 1 klaster lagi yang terdiri atas 900 rumah,” kata Steve Suryadinata, Direktur Pelaksana Forest Development, Senin (19/8/2019), di Jakarta.
Forest Development menetapkan target pasarnya adalah generasi milenial, dengan produk berupa rumah murah dalam kisaran harga Rp 285 juta sampai Rp 475 juta per unit. Untuk membidik calon pembeli yang tepat, Forest Development membangun tim yang memantau para pengguna internet yang berselancar di dunia maya dan mencari informasi mengenai rumah murah di luar Jakarta.
Para pengguna internet tersebut akan segera didekati melalui surat elektronik atau media sosial untuk ditawari rumah yang dijual oleh Forest Development. Forest Development juga beriklan secara spesifik ke orang-orang yang memang mencari rumah murah.
Sistem itu dinilai lebih efektif dibandingkan pemasaran secara konvensional dengan membagikan brosur di mal. Biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih kecil dan hasilnya efektif.
Para pengguna internet tersebut akan segera didekati melalui surat elektronik atau media sosial untuk ditawari rumah yang dijual oleh Forest Development.
”Dulu, kami membagi 1.000 brosur di mal dan hasilnya tidak ada yang beli. Dengan sistem digital, dari 10 orang yang kami tawari, ada 1 orang yang mau beli. Sistem kami efektif karena orang yang mencari informasi rumah murah biasanya memang mau beli rumah murah. Kami tidak akan menawari jika orang tersebut hanya mencari rumah, bukan rumah murah. Jadi, harus spesifik,” tutur Steve.
Pengembangan produk
Sebelum melakukan pemasaran digital, Forest Development melakukan pengembangan produk, dari product-centric menjadi customer-centric. Pengembang yang semula membangun rumah berdasarkan kesukaan mereka berubah menjadi berorientasi ke kesukaan pelanggan.
”Kami melakukan survei secara digital terhadap berbagai desain rumah dan jumlah waktu yang digunakan orang untuk melihatnya. Jika suatu desain lebih sering dan lebih lama dilihat orang, maka itu desain yang akan kami kembangkan. Intinya, kami menyesuaikan diri dengan keinginan generasi milenial sebagai target pasar kami,” kata Herry Santoso, Direktur Pemasaran Forest Development.
Desain rumah disempurnakan oleh arsitek dari Dubai, Australia, dan Swedia. Salah satu contoh sentuhan arsitek Dubai adalah plafon yang tinggi dan sistem aliran udara untuk membuat suhu di dalam rumah lebih dingin 3 derajat celsius dibandingkan dengan udara di luar.
Generasi milenial menjadi target pasar karena jumlah mereka yang sangat banyak dan mereka memerlukan rumah. Generasi yang lebih tua tidak menjadi target pasar karena biasanya hanya membeli rumah untuk investasi, bukan ditinggali, sehingga bakal membuat perumahan menjadi sepi.
Meskipun sebagian besar generasi milenial yang menjadi calon pembeli bekerja di Jakarta, Forest Development tetap dapat menggaet pembeli karena perumahan itu sangat dekat dengan Stasiun Parung Panjang yang dilewati kereta rel listrik menuju ke Tanah Abang. Keberadaan jalan Tol Serpong-Balaraja yang sedang dibangun juga menjadi salah satu andalan untuk menjual rumah.