Muktamar PKB 2019, Melebarkan Sayap Lebah
PKB melanjutkan tren positif kenaikan suara pada Pemilu 2019. Pemilu 2024, selain mengandalkan ketokohan Muhaimin Iskandar yang kemungkinan akan terpilih kembali sebagai ketua umum saat muktamar 2019, para ”lebah” juga bakal terus melebarkan sayap agar semakin dipercaya publik.
Pemilu 2019 berakhir gembira bagi Partai Kebangkitan Bangsa. Suara partai terus menanjak. Jagoan partai pada pemilu presiden juga berhasil terpilih. Kerja keras mereka terbayarkan. Lebah dari berbagai penjuru Nusantara pun merayakan capaian-capaian tersebut di ”Pulau Dewata” sekaligus merancang strategi untuk terus melebarkan sayap lebah pada Pemilu 2024.
Lebah adalah sebutan baru Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk para kadernya. Lebah sekaligus simbol baru PKB. Di logo baru PKB yang dikenalkan saat peringatan Hari Lahir Ke-21 PKB, akhir Juli lalu, gambar lebah diposisikan di atas logo PKB sebelumnya, bola dunia dengan sembilan bintang di sekelilingnya.
Simbol lebah itu pula yang menyambut sekitar 3.500 peserta Muktamar PKB 2019, di Nusa Dua, Bali, 20-21 Agustus 2019. Lebah terpampang di gapura yang menjadi pintu masuk ke areal muktamar.
”Lebah tidak pernah hinggap kecuali di tempat-tempat yang baik. Tidak makan kecuali makanan-makanan yang baik, minimal bunga. Tidak mengeluarkan kecuali yang dikeluarkan yang baik-baik,” tutur Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar saat menjelaskan pemilihan lebah sebagai logo baru PKB pada peringatan Hari Lahir Ke-21 PKB, akhir Juli lalu.
”Akan tetapi, lebah juga sangat berbahaya. Sedikit diganggu, lebah bisa menyengat,” kata pria yang kerap disapa Cak Imin tersebut.
Sehari sebelum muktamar, Cak Imin kembali menjelaskan mengenai dipilihnya lebah itu. ”Muktamar kali ini simbolnya adalah hewan lebah karena kami punya kesadaran bahwa lebah ini hewan yang sangat bermanfaat. Hidupnya solid, bergerombolan, menginduk kepada pimpinan yang loyal, dan sekarang akan memilih induknya pada muktamar ini,” ucapnya.
Pemilihan ketua umum
Ya, salah satu agenda utama Muktamar PKB 2019 adalah memilih ketua umum. Muhaimin Iskandar yang telah menjabat dua periode atau sejak 2009 akan ditentukan nasibnya di muktamar.
Namun, jika merujuk pada pernyataan sejumlah elite di PKB, besar kemungkinan Muhaimin akan terpilih kembali. Apalagi sebelum gelaran muktamar, nyaris tak terdengar suara di luar Muhaimin untuk menjabat ketua umum dari pengurus-pengurus PKB di daerah yang memiliki hak suara saat muktamar. Mereka disebut solid menginginkan Muhaimin terpilih kembali.
”Sebagai kader terbaik di PKB, Cak Imin berhasil memimpin partai selama dua periode dan memperoleh hasil signifikan,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PKB Daniel Johan menjelaskan alasan para lebah menginginkan Muhaimin memimpin PKB periode 2019-2024.
Peneliti politik Islam dari Australian National University, Greg Fealy, dalam tulisannya, Nahdlatul Ulama and the Politics Trap, Juli 2018, menyatakan, salah satu keunggulan Muhaimin selama memimpin PKB adalah ia mampu mengonsolidasikan kekuatan basis pemilih tradisional PKB, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: Menanti Gerakan Politik Muhaimin
Tidak hanya mengonsolidasikan basis pemilih NU hingga solid, Muhaimin juga terkenal dengan strategi uniknya.
Ketika sejumlah ketua umum partai politik mengajukan diri sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilu Presiden 2014, Cak Imin justru mempromosikan orang lain menjadi capres dari PKB. Ada tiga tokoh yang waktu itu gencar dipromosikan PKB. Ketiganya adalah musisi dangdut Rhoma Irama, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan Jusuf Kalla yang saat itu menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).
Strategi ini berbuah hasil karena ketiganya gencar menemui masyarakat. Tidak hanya mempromosikan diri, tetapi juga PKB. Alhasil, pada Pemilu 2014, raihan suara PKB naik menjadi 9,04 persen dari raihan suara pada Pemilu 2009 sebesar 4,95 persen.
Kenaikan itu sekaligus menjadi titik balik kebangkitan PKB. Sebab, menjelang Pemilu 2009, konflik mendera internal partai yang membuat raihan suara partai anjlok ke titik terendah sejak dideklarasikan tahun 1998.
Kenaikan suara partai terus berlanjut pada Pemilu 2019 dengan raihan 9,69 persen. Partai berhasil melanjutkan tren positif di tengah kontestasi yang begitu ketat pada Pemilu 2019. Ditambah lagi sistem pemilu yang berubah, yaitu pemilu legislatif dan presiden yang digelar serentak.
Kenaikan juga buah dari strategi Cak Imin. Jauh sebelum Pemilu 2019 digelar, dengan penuh percaya diri, Muhaimin mempromosikan diri sebagai bakal calon wakil presiden dari calon presiden petahana, Joko Widodo. Ia konsisten mengampanyekan ”Join”, akronim dari ”Jokowi-Muhaimin”.
Baca juga : Kepemimpinan Muhaimin Hampir Pasti Berlanjut
Secara psikologis, strategi Muhaimin itu dinilai efektif membakar semangat kader di akar rumput, mengangkat pamor PKB, sekaligus memaksimalkan efek ekor jas (coattail effect) dari sosok Jokowi.
Strategi untuk 2024
Apa lagi strategi PKB dan Cak Imin jika berhasil terpilih kembali dalam muktamar agar partai lebih dipercaya publik pada Pemilu 2024? Ini juga akan menjadi salah satu agenda Muktamar PKB.
Yang jelas, menurut Daniel Johan, PKB bakal meluaskan basis pemilih. Salah satunya, PKB akan menggarap pemilih di luar Jawa dengan serius. Sebab, selama ini mayoritas pemilih PKB berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini karena dua provinsi tersebut basis Nahdlatul Ulama.
”Ikhtiar untuk ke arah itu akan terefleksi dari kepengurusan baru di muktamar . Struktur kepemimpinan yang kemungkinan akan kembali dipimpin Cak Imin itu bakal merefleksikan semua unsur kebangsaan,” katanya.
Baca juga: Puja dan Puji Cak Imin untuk Jokowi
Selain itu, Cak Imin berhasrat agar PKB mendekati pemilih muda. Untuk itu, PKB bakal intens masuk di media sosial tempat kaum muda banyak menghabiskan waktunya. Keinginan ini jelas berangkat dari banyaknya pemilih muda pada 2024.
Menurut data Badan Pusat Statistik 2018, penduduk Indonesia yang berumur 15-34 tahun mencapai 85,7 juta. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan penduduk berumur 35-54 tahun yang berjumlah 71,7 juta. Pada saat yang sama, penduduk berumur 10-14 tahun ada 22,8 juta atau hampir dua kali lipat dari penduduk berumur 55-59 tahun (12,3 juta).
Masih terkait kepentingan menggaet pemilih muda, anggota Dewan Syuro PKB, Maman Imanulhaq, mengatakan, besar kemungkinan Lembaga Pemenangan Pemilu PKB dipimpin oleh kader muda PKB.
Baca juga: Munas Ulama Evaluasi Cara Berdakwah
Apalagi setelah mencermati banyaknya kader muda yang terpilih menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2019. Kader-kader itu, katanya, rerata merupakan aktivis di lembaga swadaya masyarakat. Mereka ini diharapkan menjadi corong PKB dalam meraup suara, selain mengandalkan politisi senior.
Di samping itu, Muhaimin melanjutkan, PKB juga bakal menggarap pemilih di lini sektoral, seperti petani, nelayan, dan guru.
”Jadi, sudah tidak dilihat lagi NU atau bukan NU-nya,” kata Cak Imin.
Amendemen konstitusi
Hal lain yang akan dibahas saat muktamar terkait isu terkini yaitu wacana amendemen Undang-Undang Dasar 1945 untuk menghidupkan kembali Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Wacana ini sebelumnya intens disuarakan oleh PDI-P. Salah satunya saat Kongres V PDI-P, pekan lalu.
Menurut Wakil Sekjen PKB Ahmad Iman, muktamar akan melahirkan panitia khusus yang mengkaji wacana amendemen tersebut. Panitia akan dipimpin seorang profesor yang identitasnya masih dirahasiakan.
Kerja dari panitia ini penting agar PKB bisa melihat secara utuh positif atau negatif dari amendemen. Hasil kajian panitia bakal dijadikan pedoman PKB dalam menentukan sikap, mendukung atau menolak rencana tersebut.
Baca juga : Niat Amendemen Terbatas Ditentang
Munas alim ulama
Kemudian, sebelum gelaran muktamar dibuka malam nanti atau persisnya mulai pukul 14.00 WITA, hari ini, PKB akan menggelar forum Munas Alim Ulama Se-Indonesia. Forum akan menghadirkan 1.000 kiai dari berbagai pelosok negeri.
”Munas Alim Ulama Se-Indonesia membahas masalah-masalah kebangsaan, baik politik, demokrasi, budaya, maupun keagamaan.” ujar Koordinator Munas Alim Ulama Saifullah Maksum.
”Para kiai juga akan membuat rekomendasi kepada pemerintah untuk terus memperkuat basis Islam yang moderat dan seruan keagamaan alim ulama yang akan disebut dengan Watsiqah (Piagam) Bali,” tambahnya.
Baca juga: Buntut Konflik Internal PKB, Dua Mantan Sekjen Tak Diundang Muktamar
Melalui forum tersebut, akan muncul rekomendasi yang dapat menciptakan terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang damai di tengah ancaman radikalisme dan intoleransi.