Pemerintah mendorong swasta untuk berperan dalam penelitian, pengembangan, pengkajian dan sekaligus penerapan hasil inovasi. Ini agar inovasi bisa selaras dengan kebutuhan industri. Selain itu, agar setiap inovasi yang dilahirkan bisa betul-betul dinikmati oleh masyarakat.
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah mendorong swasta untuk berperan dalam penelitian, pengembangan, pengkajian dan sekaligus penerapan hasil inovasi. Ini agar inovasi bisa selaras dengan kebutuhan industri. Selain itu, agar setiap inovasi yang dilahirkan bisa betul-betul dinikmati oleh masyarakat.
“Jadi, tidak sekadar pengembangan dan penelitiannya, tapi juga penerapannya seperti apa,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Naim dalam Seminar Nasional bertajuk “Inovasi untuk Negeri” yang diselenggarakan oleh Shell Indonesia, di Jakarta, Senin (20/8/2019).
Dia melihat, selama ini kegiatan penelitian lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan peneliti dan belum benar-benar dinikmati oleh masyarakat.
Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) yang baru disahkan pada Kamis (16/8/2019), terdapat klausul-klausul yang mendorong proses hilirisasi penelitian tersebut.
“Dengan begitu, hilirisasi hasil-hasil penelitian tersebut bisa sampai ke industri untuk diproduksi masal,” ujarnya.
Ainun menyadari, hilirisasi hasil riset tidaklah mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui seperti pengujian tingkat kesiapan inovasi, kesiapan pasar, dampak pada keselamatan manusia dan sebagainya. Apalagi dibutuhkan biaya yang tidak murah. Untuk itu, peran swasta dibutuhkan karena swasta yang berani mengambil risiko.
Badan Riset Nasional
Selain itu, kolaborasi juga penting untuk mendukung pengembangan hingga hilirisasi hasil penelitian. Berkaca pada hal itu, pemerintah akan segera membentuk badan riset nasional yang akan mengoordinir kegiatan penelitian dan pengembangan antarlembaga.
Berdasarkan UU Sisnas Iptek, pemerintah juga menjanjikan insentif pajak kepada sektor swasta yang terlibat. Bukan hanya itu, insentif juga dijanjikan kepada perusahaan yang mau mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan vokasi.
“Selain diperbolehkan menambah biaya, perusahaan juga diperkenankan mengurangi pendapatan kena pajak,” katanya.
Dalam hal ini, Ainun juga mendorong agar muncul lebih banyak lagi sektor swasta yang membangun pusat pelatihan atau bahkan politeknik. Menurutnya, tidak sedikit politeknik yang berkembang berkat dukungan dari swasta. Dia mencontohkan Telkom yang melahirkan Universitas Telkom.
Peran kompetisi
Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto mengatakan, salah satu cara untuk mendorong ide dan inovasi Iptek khususnya dari mahasiswa adalah melalui kompetisi pengembangan iptek. Dalam hal ini, pihak swasta juga bisa mengambil peran sebagai fasilitator.
Dia mencontohkan Micro Bubble Generator, hasil inovasi dari Tim Mino UGM yang menjadi pemenang dalam Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSALI) di Kamboja pada 2016. Saat ini, produk tersebut sudah diproduksi massal berkat bantuan investor.
“Mahasiswa yang terlibat dalam bidang itu semangat risetnya semakin tinggi. Sekarang sudah mendapatkan beasiswa dari pemerintah ke Swedia,” ujarnya.
Menurut Deendarlianto, Micro Bubble Generator juga menjadi contoh proses hilirisasi hasil riset yang ideal. Selain produk dari inovasi yang bisa diterima dengan baik oleh pasar, investornya juga berasal dari dalam negeri. Adapun Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada produk tersebut sebesar 93 persen.
“Saat dibandingkan dengan produk impor yang sejenis, ternyata efisiensinya 30 persen lebih bagus dan konsumsi energinya 32 persen lebih rendah,” katanya.
Kompetisi pengembangan Iptek serupa kini diselenggarakan oleh Shell Indonesia bekerja sama dengan Energy Academy Indonesia (Ecadin). Kompetisi bernama “Think Efficiency 2019” itu dimulai 1 April 2019, dan telah menjaring sejumlah inovasi bidang energi dan tribologi dari 140 partisipan.
Direktur Pelumas PT Shell Indonesia Dian Andyasuri mengatakan, Shell Indonesia akan berupaya menghubungkan hasil riset dari pemenang Think Efficiency itu dengan mitra-mitra perusahaan. Shell Indonesia akan selalu mencari peluang untuk proses hilirisasi inovasi tersebut.