Perjumpaan dengan orang dari berbagai latar belakang mengubah hidup Lilik Gunawan (38). Selama 104 hari perjalanan dari Jambi hingga New Delhi, India, ia banyak bertukar pikiran yang diakuinya membuatnya kaya akan pengalaman.
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·3 menit baca
Perjumpaan dengan orang dari berbagai latar belakang mengubah hidup Lilik Gunawan (38). Selama 104 hari perjalanan dari Jambi hingga New Delhi, India, ia banyak bertukar pikiran yang diakuinya membuatnya kaya akan pengalaman.
New Delhi bukanlah tujuan akhir perjalanannya bersepeda motor dengan putranya, Achmadi Balda (4). Bapak-anak ini hendak menuntaskan perjalanan menuju Mekkah untuk bertemu Raja Salman.
Lilik berencana menyerahkan ke Raja Salman buku-buku berisi catatan pengalaman orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan ini tentang ibu mereka. Buku pengalaman itulah yang diharapkannya ditukar dengan tiket haji untuk ibunya, Sumiyati (63), dan istrinya, Mardiani Gunawan (38).
Ia menargetkan ada 1.000 orang dari beragam latar belakang yang menuliskan latar belakang mereka di buku itu. Hingga Senin (19/8/2019) siang, sudah lebih 800 orang yang menerakan pengalaman mereka di enam buku yang dibawa Lilik dari Jambi.
Tentu saja, saat meminta orang-orang untuk mencatatkan pengalaman tentang ibu mereka, Lilik harus membuka percakapan. Saat itulah, tak jarang ia harus berbagi pengalamannya bersepeda motor ke Mekkah.
Diskusi dengan orang-orang yang baru ditemui di perjalanan itu tak jarang berkembang menjadi lebih luas dan dalam. Terakhir, sebelum masuk New Delhi dan bermalam di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) New Delhi, Lilik mengaku terlibat diskusi yang intens dengan orang India dan Kongo tentang keimanan masing-masing.
”Itu luar biasa sekali. Diskusi itu membuat mereka meminta saya tinggal di rumah mereka. Jadilah saya bermalam sampai 3 hari di sana sebelum ke KBRI,” katanya.
Beberapa kali, kata Lilik, dia bertemu orang baik yang memberinya tumpangan untuk istirahat atau makan sekadarnya. Ada pula yang memberikan uang atau jajanan kepada anaknya. Uang dari aneka mata uang ini disimpan Lilik untuk anaknya.
Kali lain, ia bertemu media mancanegara dan mendapatkan pemberitaan. Berita di media itu membuatnya banyak orang mengenalnya. Ini pula yang membawa Lilik menjumpai berbagai kebaikan orang dari berbagai suku, agama, dan ras di perjalanan ini.
Kebaikan banyak orang itu juga membuat Lilik menghemat uang untuk perjalanan. Dari prediksi Rp 60 juta yang bakal dikeluarkannya selama perjalanan ini, Lilik baru mengeluarkan uang sekitar Rp 12 juta untuk perjalanan sekitar 8.000 kilometer dari Jambi hingga New Delhi. Uang itu kebanyakan untuk membuat visa.
Padahal, waktu perjalanan sudah molor dari rencana semula. Awalnya, bapak tiga anak ini menargetkan menyelesaikan rute Jambi-Mekkah dalam 60 hari. Namun, perjalanan itu molor, salah satunya karena ia banyak menghabiskan waktu dengan bertukar pikiran dengan orang lain di perjalanan.
Terkait anaknya, Balda, Lilik mengaku tidak bisa berpisah jauh dengan keluarganya. Karena itu, ia memutuskan membawa serta anaknya. Kelengkapan perjalanan bagi anak balita dibawanya, antara lain jaket penghangat, jaket penahan angin, dan mantel. Tali pengaman juga dipasangkan ke Balda agar anaknya tetap aman duduk di depan saat tertidur di perjalanan.
Lilik mengatakan, rata-rata ia menempuh perjalanan 400 kilometer sehari, dengan 1-2 kali istirahat. Teorinya, jarak ke New Delhi terselesaikan dalam 20 hari. Namun, lewat 100 hari, dia baru tiba di ibu kota India itu. Salah satunya karena ia memilih berdiskusi dengan banyak orang.
Menurut rencana, pengalaman itu akan dituliskannya menjadi buku. Bilamana buku berisi pengalaman dengan ibu itu tidak bisa ditukarkan menjadi tiket haji untuk orangtua dan istrinya, Lilik akan menjual buku berisi pengalamannya untuk mendapatkan dana naik haji.
Pertemuan dan diskusi dengan banyak orang itu, menurut Lilik, memperkaya pengalaman batinnya. Perjalanan ribuan kilometer yang ditempuhnya tidaklah sia-sia.
”Saya merasa menjadi orang dengan perjalanan ini,” katanya.