Astagaaaa...! Ya ampuuun...! Ungkapan spontan itu terucap dari mulut beberapa penumpang sesaat setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 607 mendarat di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8/2019) petang.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
Astagaaaa...! Ya ampuuun...!
Ungkapan spontan itu terucap dari mulut beberapa penumpang sesaat setelah pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 607 mendarat di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8/2019) petang.
Penumpang yang terbang dari Ambon, Maluku, itu panik dengan kiriman pesan gambar dan video kekacauan di bandara tersebut.
Petugas darat yang berdiri di dekat pintu keluar pesawat menjadi sasaran para penumpang melontarkan tanya. ”Aman ka tidak?” tanya seorang ibu. Belum sempat menjawab, penumpang lain memberondong dengan sejumlah pertanyaan dan wajah panik. ”Bagaimana nasib penumpang? Anak saya baru turun dari Jayapura tadi,” timpal seorang ibu.
Turun dari tangga menuju tempat pengambilan bagasi, puluhan orang duduk dengan wajah loyo. Mereka adalah penumpang dari sejumlah daerah yang baru saja mendarat di bandara tersebut. Mereka duduk sambil bersandar pada barang bawaan. Tak ada yang berani keluar terminal.
Beberapa petugas yang ditanya tentang kondisi bandara hanya menunduk sambil menggelengkan kepala.
Kompas menuju pintu kedatangan. Pecahan kaca berhamburan. Dinding kaca banyak yang bolong.
Tak ada yang berani keluar terminal.
Di ruang kamera pemantau (CCTV), ada batu besar yang dilempar menembus kaca. Sebagian dinding kaca dihajar dengan benda tumpul. Monitor yang ada di dalamnya hancur tak bisa diselamatkan.
Di halaman parkir, satu mobil polisi dan tiga sepeda motor hangus terbakar. Puluhan mobil dan sepeda motor dirusak bagian kacanya.
Sekitar pukul 17.00 WIT itu, tak terlihat lagi massa. Aparat TNI dari Marinir sudah berjaga.
Unjuk rasa berujung tindakan anarkistis terjadi di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8). Ada penerbangan yang batal mendarat.
Otoritas bandara berencana menutup operasional bandara tersebut pada Selasa jika aksi unjuk rasa kembali terjadi. ”Kenapa bisa jadi begini? Kami takut jadi sasaran,” kata Widya, warga Manokwari yang hendak mengunjungi keluarganya di Sorong.
Banyak penumpang yang baru mendarat tertahan di dalam bandara hingga pukul 19.00 WIT. Mereka tidak mau keluar dengan alasan keselamatan. Beberapa yang terpaksa harus keluar dari bandara meminta pengawalan dari anggota Marinir.
Kepala Seksi Keamanan Penerbangan Bandar Udara Domine Eduard Osok, Ardi Istamar Rasyid, mengatakan, aksi tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIT dan berlangsung selama lebih kurang 25 menit. Puluhan orang merangsek masuk ke area bandara melewati pos polisi yang ada di gerbang, bahkan ada yang masuk ke konter check in.
Saat kerusuhan terjadi di bandara, pesawat Lion Air dari Jayapura yang hendak mendarat memutuskan batal mendarat. Beberapa penerbangan berikutnya, termasuk dari Ambon, diizinkan mendarat setelah massa meningggalkan bandara.
Melihat kondisi itu, operasional bandara tersebut pada Selasa kemungkinan ditutup jika aksi kembali terjadi. Demi keamanan pula, pesawat yang menginap di bandara itu diminta bergeser. Dalam satu hari, terdapat 40 penerbangan dari dan menuju bandara tersebut. Jumlah penumpang per hari berkisar 2.000-3.000 orang.
Bandar Udara Domine Eduard Osok merupakan gerbang masuk ke Papua dan Papua Barat.