Masih ada enam kampung di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, yang sampai sekarang belum terjangkau jaringan listrik. Pemerintah Provinsi Kepri dan Perusahaan Listrik Negara menargetkan seluruh wilayah Kota Batam akan dialiri listrik pada 2020.
Oleh
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Masih ada enam kampung di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, yang sampai sekarang belum terjangkau jaringan listrik. Pemerintah Provinsi Kepri dan Perusahaan Listrik Negara menargetkan seluruh wilayah Kota Batam akan dialiri listrik pada 2020.
Salah satu lokasi di Pulau Galang yang belum terjangkau aliran listrik adalah Kelurahan Galang Baru. Warga di sana sampai saat ini masih menggunakan mesin diesel yang hanya mampu mengalirkan listrik selama enam jam dari sore hingga malam hari.
Pelaksana Tugas Gubernur Kepri Isdianto, Selasa (20/8/2019), di Batam, mengatakan, jaringan listrik untuk warga di Kampung Baru dan Kampung Air Lingka di Kelurahan Galang Baru sudah rampung dibangun. Dalam hitungan hari sebanyak 270 keluarga di kedua kampung tersebut sudah bisa menikmati listrik.
"Pemerintah dan PLN akan bekerja sama agar listrik bisa secepatnya menjangkau semua warga di wilayah Kepri. Target kami adalah menyediakan pelayanan terbaik bagi warga," kata Isdianto.
Baca juga: PLN Dituntut Lebih Transparan
Lokasi kedua kampung itu jaraknya hanya 70 kilometer dari pusat Kota Batam. Akses jalan darat ke Pulau Batam juga sudah ada sejak Jembatan Batam-Rempang-Galang rampung dibangun pemerintah Otorita Batam pada 1998.
Namun, warga harus menunggu 21 tahun kemudian untuk bisa menikmati aliran listrik dari Batam menjangkau tempat tinggal mereka. Padahal, mayoritas warga yang berprofesi sebagai nelayan sangat bergantung pada listrik untuk mengawetkan hasil tangkapannya.
Pemerintah dan PLN akan bekerja sama agar listrik bisa secepatnya menjangkau semua warga di wilayah Kepri. Target kami adalah menyediakan pelayanan terbaik bagi warga
Sabtu (38), salah satu nelayan di Kampung Air Lingka, mengatakan, berencana akan segera membeli mesin pendingin setelah jaringan listrik menjangkau rumahnya. Mesin itu akan digunakan untuk mengawetkan ikan dan kepiting tangkapan agar kualitasnya tidak menurun saat dijual.
Hal serupa juga dinyatakan salah satu pedagang di Kampung Baru, Emi (58). Tersedianya aliran listrik selama 24 jam akan memungkinkan dia menjual minuman dingin dan berbagai jenis makanan segar lainnya di warung kelontong miliknya.
"Sekarang dari diesel listrik cuma ngalir pukul 18.00 sampai pukul 24.00. Kalau siang gak ada listrik, kulkas dan alat elektronik lain enggak bisa dipakai," kata Emi.
Di Kampung Air Lingka dan Kampung Baru, setiap keluarga harus membayar Rp 10.000 per hari untuk biaya operasi mesin diesel. Pembayaran biasanya dilakukan setiap satu minggu sekali. Hal itu sudah berlangsung lebih kurang selama 5 tahun terakhir.
"Yang jadi persoalan utama sebenarnya bukan biaya operasional. Jika diesel itu rusak biaya perbaikannya bisa sampai puluhan juta, kami enggak mampu bayar," kata Sabtu.
Direktur Bisnis dan Pengembangan Usaha Bright PLN Batam Buyung Abdul Zalal mengatakan, pembangunan jaringan listrik di Kelurahan Galang Baru membutuhkan waktu cukup lama karena jaraknya dengan PLTG Panaran mencapai 60 km. Sekarang proses pembangunan sudah rampung dan tinggal menyelesaikan pemasangan meteran listrik di rumah-rumah warga.
"Selain Kampung Air Lingka dan Kampung Baru, masih ada empat kampung lagi di Pulau Galang yang belum tersambung listrik. Kami menargetkan pada 2020 semua wilayah bisa tersambung dengan jaringan listrik PLN," kata Buyung.