Unjuk rasa di Kota Sorong, Papua Barat, kembali berlanjut pada hari ketiga, Rabu (21/8/2019). Aksi sekitar 1.500 orang untuk merespons penghinaan bernada rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur itu kini berakhir damai.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
SORONG, KOMPAS — Unjuk rasa di Kota Sorong, Papua Barat, kembali berlanjut pada hari ketiga, Rabu (21/8/2019). Aksi merespons penghinaan bernada rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur itu diikuti peserta yang lebih banyak dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Aksi tersebut berakhir damai.
Massa yang terkonsentrasi dari sejumlah titik tersebut bergerak menuju Kantor Wali Kota Sorong sekitar pukul 12.00 WIT. Peserta aksi diperkirakan lebih dari 1.500 orang, sementara sehari sebelumnya sekitar 1.000 orang. Mereka kembali menyampaikan orasi secara bergantian dari tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat, hingga tokoh perempuan.
”Kami minta jangan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua di tempat lain. Pihak-pihak yang menghina mahasiswa Papua harus diproses hukum,” teriak beberapa orator. Tuntutan semacam itu sudah sering disampaikan selama aksi sejak Senin (19/8/2019).
Kami minta jangan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua di tempat lain. Pihak-pihak yang menghina mahasiswa Papua harus diproses hukum.
Lebih dari 300 personel gabungan dari TNI dan Polri membentuk barikade untuk mencegah agar peserta aksi tidak mendekat ke gedung kantor wali kota. Hingga aksi berakhir, tidak terjadi bentrok. Anggota aksi sempat melempar botor air mineral, tetapi berhasil diredam sehingga tidak merembet ke peserta lain.
Wali Kota Sorong Lamberthus Jitmau menemui demonstran. Ia berhasil menenangkan mereka seraya berjanji akan menyampaikan tuntutan itu kepada pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi.
Ia juga mengimbau warga agar menjaga keamanan dan ketertiban, termasuk tidak merusak fasilitas publik. ”Gedung, fasilitas publik ini, adalah milik orang-orang Papua. Kita harus jaga,” katanya disambut tepuk tangan.
Lamberthus menyampaikan terima kasih kepada peserta aksi yang telah menyampaikan tuntutan mereka dengan damai. ”Terima kasih. Saya bahagia sekali,” ujarnya. Pada aksi Selasa lalu, Lamberthus dan sejumlah pejabat dilempari dengan batu, potongan kayu, dan botol air mineral oleh peserta aksi.
Polisi lalu membubarkan massa secara paksa menggunakan tembakan gas air mata dan tembakan peringatan. Tembakan gas air mata bahkan terdengar hingga Selasa malam. Di beberapa titik, massa sempat melakukan perlawanan. Kondisi yang terjadi pada Rabu ini semakin baik.
Ucapan terima kasih kepada peserta aksi juga disampaikan oleh Wakil Kepala Polda Papua Barat Komisaris Besar Tatang. Tatang yang datang dari Manokwari, ibu kota Papua Barat, memimpin langsung proses pengamanan tersebut. ”Demo hari ini aman. Kondisi Sorong kondusif,” katanya.
Secara keseluruhan, kondisi di Papua Barat mulai kondusif. Kerusuhan pertama kali terjadi di Manokwari pada Senin pagi dan di Sorong mulai Senin sore. Kondisi di Manokwari dan Sorong sudah kondusif. Di beberapa kabupaten juga sempat ada gesekan, seperti Fakfak, Rabu pagi. ”Situasi sudah dikendalikan aparat,” katanya.