PT Asuransi Kredit Indonesia atau Askrindo (Persero) Tbk kembali mengeluarkan layanan baru berbasis teknologi informasi setelah meluncurkan produk digital Digiask tahun lalu. Perusahaan pelat merah ini fokus untuk menggarap digitalisasi bisnis.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Asuransi Kredit Indonesia atau Askrindo (Persero) Tbk kembali mengeluarkan layanan baru berbasis teknologi informasi setelah meluncurkan produk digital Digiask tahun lalu. Perusahaan pelat merah ini fokus untuk menggarap digitalisasi bisnis.
Askrindo, Rabu (21/8/2019), di Jakarta, meluncurkan portal korporasi terbaru, New Corporate Portal Askrindo. Portal ini berguna untuk memberikan informasi terkait produk, manajemen, pencapaian, dan kegiatan perusahaan. Ke depannya, layanan ini juga akan mendukung penjualan produk dan pengajuan klaim.
Direktur Utama Askrindo Andrianto Wahyu Adi mengatakan, peluncuran layanan digital ini menunjukkan keseriusan perusahaannya untuk bersaing di era digital. Mereka tidak ingin tertinggal dari perusahaan asuransi swasta lain yang sudah berkecimpung dengan bisnis digital.
”Kami berupaya terus-menerus melakukan pengembangan dan inovasi, terutama dalam hal digitalisasi. Soft launching New Corporate Portal Askrindo ini menandakan bahwa kami telah siap untuk bersaing di era industri 4.0 yang serba digital dan bergerak sangat cepat,” ujarnya di Graha Askrindo, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Pada 2018, Askrindo telah mengeluarkan layanan asuransi digital DigiAsk yang merupakan produk asuransi kecelakaan pribadi (personal accident insurance). Aplikasi tersebut dapat diunduh langsung di ponsel melalui Google Play Store.
Selain New Corporate Portal Askrindo, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) ini juga memperkenalkan sistem berbasis teknologi informasi lainnya yang mempermudah proses bisnis. Sistem itu adalah Askrindo Core System (ACS), Customer Relationship Management (CRM), dan Askrindo Internal Rating (AIR).
Menurut Andrianto, ACS yang berbasis situs itu akan menunjang proses operasional bisnis asuransi. Sistem itu mengakomodasi proses akseptasi, klaim, subrogasi, reasuransi, dan keuangan.
”ACS adalah sebuah platform teknologi yang kita bentuk guna memudahkan customer bertransaksi, mulai dari transaksi polis hingga proses di keuangannya, semua akan dilakukan secara digital,” ucapnya.
Keseriusan Askrindo dalam mengaplikasikan digitalisasi bisnis tecermin pada rencana belanja teknologi informasi mereka. Dalam tiga tahun ke depan, Askrindo menyiapkan sekitar Rp 300 miliar untuk pengembangan sektor digital. Prioritasnya adalah membangun infrastruktur digital.
”Kami meyakini digitalisasi dapat mendorong pertumbuhan bisnis. Askrindo juga memiliki tantangan untuk membangun ekosistem digital yang terintegrasi dengan pihak regulator, mitra perbankan, mitra asuransi lain, e-commerce, fintech, insurtech, nasabah prioritas, dan mitra bisnis lainnya,” jelasnya.
Lewat digitalisasi bisnis, Askrindo menargetkan perolehan premi Rp 5,6 triliun pada 2019 atau bertumbuh 106 persen secara tahunan. Saat ini perolehan premi sudah mencapai Rp 3,2 triliun.
Perbankan
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga serius menggarap bisnis perbankan digital. Dalam waktu dekat, BNI akan mengakuisisi perusahaan modal ventura untuk memperkuat lini bisnis digital mereka.
”Akuisisi tetap sesuai rencana. Dengan akuisisi ini, kita bisa beradaptasi dengan disrupsi digital. Kita, kan, perlu start up company untuk mendukung bisnis sekarang, tetapi BNI ada batasan, tidak boleh bekerja sama dengan perusahaan yang bukan di industri keuangan. Karena itu, butuh modal ventura,” kata Direktur Manajemen Risiko BNI Bob Tyasika Ananta.
Menurut Bob, saat ini, perbankan tidak bisa membentuk sendiri ekosistem digital. Cara terbaik untuk beradaptasi adalah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan teknologi yang potensial.
Adapun BNI telah menyiapkan anggaran Rp 600 miliar untuk mengakuisisi perusahaan modal ventura. Rencana akuisisi ditargetkan rampung pada semester II tahun 2019.