Inovasi Pemerintah untuk Menyejahterakan Warga Lansia Belum Berkembang
Oleh
M Zaid Wahyudi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan kelanjutusiaan masih bersifat karitatif, reaktif, dan musiman. Cara itu hanya membuat warga lanjut usia makin tak berdaya. Upaya antisipasi atas kondisi dan persoalan warga lansia pada masa kini dan pada era mendatang yang berlangsung di tengah lonjakan jumlah warga lansia justru belum banyak dilakukan.
Program pembangunan bagi warga lanjut usia atau lansia umumnya melihat warga lansia sebagai kelompok penerima manfaat yang harus dikasihani. Karena itu, program yang banyak digadang pemerintah pusat dan daerah umumnya berupa pemberian makanan, perbaikan layanan dan perluasan jaminan kesehatan, serta pemberian tempat tinggal bagi warga lansia telantar.
”Selain membebani negara, pola itu juga tidak memberdayakan warga lansia yang sebenarnya masih bisa produktif,” kata Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Na Endi Jaweng di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Berbagai program yang bersifat karitatif itu mudah ditemukan di banyak daerah. Di Surabaya, Jawa Timur, setiap hari ada 20.000 warga lansia yang mendapat makanan gratis. Program bagi warga lansia yang hidupnya bergantung pada orang lain itu untuk mencegah mereka menjadi pengemis jalanan demi memenuhi kebutuhan harian.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, hampir 5.000 warga lansia memanfaatkan Kartu Gandrung (Gerakan Asuhan Nyata pada penyandang disabilitas, risiko tinggi, warga usia lanjut, veteran, pensiunan, dan gravida) yang memungkinkan mereka mendapat layanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan tanpa antre.
”Kami sudah tua. Kalau harus menanti lama di rumah sakit, bukannya tambah sehat, melainkan malah sakit,” kata Hoetomo Seokarto (80), warga Singotrunan, Banyuwangi.
Sementara di Kota Yogyakarta, ada program tunjangan gizi bagi warga lansia dan layanan kesehatan khusus warga lansia. Namun, Purwoyono (64) dan Wasilah (84), dua warga Kelurahan Gedongkiwo, berharap program itu perlu rutin dilakukan tiap bulan.
Upaya menampung warga lansia telantar juga dilakukan sejumlah pemerintah daerah. Namun, umumnya daya tampung panti penampungan itu jauh lebih kecil dibandingkan jumlah warga lansia yang telantar.
Memang tidak ada yang salah dengan program karitatif bagi warga lansia tersebut. Rendahnya pendidikan dan tingkat kesehatan sejak bayi hingga menjelang tua membuat sebagian warga lansia memang membutuhkan program tersebut.
Namun, seiring melonjaknya jumlah warga lansia dan meningkatnya kualitas kesehatan dan kesejahteraan, program-program karitatif, reaktif, dan musiman itu tentu tidak cukup. Warga lansia yang masih produktif yang jumlahnya lebih besar perlu dilatih dan diberdayakan hingga mereka tetap bisa mandiri.
”Pemberdayaan warga lansia agar jadi tangguh dan produktif bisa memperpanjang masa bonus demografi, mengurangi beban bagi penduduk usia produktif, serta meningkatkan pendapatan bangsa,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, M Yani.
Pemberdayaan warga lansia agar jadi tangguh dan produktif bisa memperpanjang masa bonus demografi, mengurangi beban bagi penduduk usia produktif, serta meningkatkan pendapatan bangsa.
Sejumlah pemda sebenarnya sudah menggagas program inovatif untuk warga lansia. Hal itu mulai dari memberikan pekerjaan bagi warga lansia untuk membersihkan rambu lalu lintas di Surabaya atau pelatihan membatik dan membuat keset di Jawa Tengah.
Beberapa pemda, seperti Surabaya, menggalang pertemuan khusus warga lansia sebulan sekali di balai kelurahan yang bisa jadi sarana sosialisasi dan bercengkerama. Forum itu juga bisa dijadikan media pemeriksaan kesehatan bagi warga lansia.
Di Yogyakarta, pemerintah menyelenggarakan aktivitas sosial bersama bagi warga lansia. Kegiatan yang mereka lakukan beragam, mulai belajar bercocok tanam, senam lansia, hingga bermain musik bersama. ”Aktivitas sosial itu penting karena banyak warga lansia kesepian ditinggal anaknya,” kata Kepala Dinas Sosial DI Yogyakarta Untung Sukaryadi.
Fasilitas publik
Sejumlah daerah juga mulai menyediakan fasilitas publik yang ramah bagi warga lansia, seperti ramp atau lantai miring di puskesmas dan kantor pemerintah hingga taman lansia. Namun, transportasi publik yang ramah bagi warga lansia masih jadi persoalan besar di banyak daerah.
Program yang belum banyak dilakukan untuk memberdayakan warga lansia adalah memberi pelatihan kerja atau menciptakan peluang kerja yang sesuai bagi warga lansia. Di sejumlah negara, warga lansia didorong membentuk usaha kecil menengah yang mengerjakan bagian dari produk-produk perusahaan besar, baik industri garmen maupun otomotif.
Di Indonesia, upaya memberi pelatihan produktif itu masih terpaku pada pemuda dan penduduk usia produktif. Pemberian peluang kerja bagi warga lansia masih dianggap sebagai saingan bagi penduduk produktif.
Yani mengakui, kecepatan langkah pemerintah, baik di pusat maupun daerah, dalam menjalankan program bagi warga lansia belum sama. Karena itu, kesadaran bahwa investasi pembangunan bagi warga lansia sama pentingnya dengan investasi untuk anak dan penduduk produktif belum terbangun.
”Swasta, keluarga, dan masyarakat juga perlu peduli dengan warga lansia,” katanya, nebambahkan. Kelompok ini sering terabaikan dalam pembangunan warga lansia. Padahal, kepedulian mereka sangat memengaruhi kesejahteraan warga lansia. Pelibatan mereka makin penting di tengah menurunnya nilai-nilai dan penghormatan terhadap warga lansia.
Upaya membangun kepedulian bersama terhadap warga lansia itu diharapkan akan lebih terarah setelah Strategi Nasional Kelanjutusiaan ditandatangani presiden.
Direktur Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Maliki berharap strategi itu bisa meningkatkan koordinasi lintas sektor yang menangani warga lansia.
Meski demikian, Strategi Nasional Kelanjutusiaan itu tidak otomatis menyelesaikan semua persoalan warga lansia. Namun, Yani berharap acuan itu bisa memberi panduan bagi pemerintah pusat dan daerah menyambut lonjakan jumlah warga lansia. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY/NIKOLAUS HARBOWO/KRISTIAN OKA PRASETYADI/AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI/ADITYA PUTRA PERDANA/NINO CITRA ANUGRAHANTO/HARIS FIRDAUS/ANGGER PUTRANTO/SONYA HELLEN SINOMBOR)