Upaya mengakhiri pergolakan di Papua dan Papua Barat perlu dilakukan secara cepat, tepat, dan bijak karena memiliki sensitivitas dari kepentingan kesatuan bangsa.
Presiden Joko Widodo menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk menjaga kehormatan dan kesejahteraan tanah Papua. Suka atau tidak, pergolakan telah mencoreng, bukan saja wajah Papua dan Papua Barat, melainkan wajah Indonesia secara keseluruhan di mata bangsa sendiri dan lebih-lebih di mata dunia internasional.
Tidak sedikit orang benar-benar terperangah atas proses ketegangan yang memicu pergolakan di sejumlah kota di tanah Papua. Sejauh diberitakan, pergolakan dipicu oleh ujaran kebencian yang bernada rasis terhadap mahasiswa asal tanah Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Mungkin saja, para anggota organisasi kemasyarakatan dan aparat yang sempat mengepung mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang tak menduga insiden itu secara cepat dan serempak bisa diketahui masyarakat Indonesia, termasuk Papua, bahkan dunia internasional, karena peran media digital.
Praktis tidak ada yang benar-benar dapat disembunyikan di bawah kekuatan teknologi media digital, yang digambarkan sebagai kediktatoran global yang sulit dikendalikan. Oleh media sosial, persoalan tanah Papua sebagai masalah domestik Indonesia dengan begitu mudah dapat ditarik-tarik ke panggung internasional, lebih-lebih karena memiliki sensitivitas, terutama terkait dengan isu hak asasi manusia.
Masalah tanah Papua tentu perlu ditangani secara saksama agar tidak terus-menerus menguras perhatian. Bayangkan, insiden di Surabaya dan Malang maupun pergolakan di tanah Papua berlangsung di tengah kegembiraan perayaan kemerdekaan 17 Agustus 2019. Tidak sedikit orang berkomentar, tantangan yang dihadapi bangsa ini ada-ada saja.
Semula berbagai kalangan mengharapkan keadaan Indonesia menjadi lebih kondusif setelah melaksanakan kampanye dan pemilihan umum serempak, terutama pemilu presiden, yang sangat melelahkan. Namun, di luar dugaan tiba-tiba terjadi insiden di Surabaya dan Malang maupun pergolakan di Papua. Tentu sangat diharapkan pergolakan itu segera berakhir agar aktivitas kembali berlangsung normal. Lebih jauh lagi, tentu saja persoalan tanah Papua perlu ditangani secara lebih serius. Taruhannya tidaklah kecil sebab tuntutan pemisahan diri masih muncul meskipun terdengar sayup-sayup. Jikalau persoalan Aceh bisa diselesaikan dengan jalan damai, mengapa tanah Papua tidak?
Mungkin ada yang berpandangan, Papua sudah mendapat perlakuan istimewa dengan otonomi khusus, bahkan pembangunan infrastruktur yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Semua itu sangatlah penting, tetapi tak kalah pentingnya mendorong perdamaian, menjaga kehormatan, saling menghargai, melindungi hak asasi manusia, dan menciptakan keadilan sosial.