Musim kemarau yang mencapai puncaknya mengakibatkan luasan sawah yang terdampak kekeringan di wilayah Kabupaten Tangerang semakin luas. Pertanaman padi yang terdampak seluas 1.560 hektar atau bertambah seluas 115 ha dibandingkan dengan pekan lalu.
Oleh
PINGKAN ELITA DUBDU
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Musim kemarau yang mencapai puncaknya mengakibatkan luasan sawah yang terdampak kekeringan di wilayah Kabupaten Tangerang semakin luas. Pertanaman padi yang terdampak seluas 1.560 hektar atau bertambah 115 ha dibandingkan dengan pekan lalu.
Tim Posko Utama Mitigasi Kekeringan Kabupaten Tangerang, Banten, mencatat, dari luasan tersebut, 660 ha di antaranya mengalami kekeringan ringan, sedang (411 ha), dan kekeringan berat seluas 288 ha. Adapun seluas 201 ha puso atau gagal panen.
Selain itu, kekeringan makin menyebar. Awalnya 11 kecamatan dan kini meningkat menjadi 26 kecamatan. Kecamatan yang terdampak yakni Cisoka, Solear, Tigaraksa, Jambe, Cikupa, Panongan, Curug, Legok, Pagedangan, Cisauk, Pasar Kemis, dan Sindang Jaya. Juga Kecamatan Balaraja, Jayanti, Sukamulya, Kresek, Gunung Kaler, Kronjo, Mekar Baru, Mauk, Kemiri, Rajeg, Sepatan, Pakuhaji, Teluknaga, dan Kosambi.
”Kami sudah melakukan berbagai macam cara untuk meminimalkan dampak kekeringan ini, terutama area persawahan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Azis Gunawan, Selasa (20/8/2019), di Tigaraksa.
Azis menjelaskan, luas pertanaman padi sawah di Kabupaten Tangerang 25.122 ha. Sementara luas yang terdampak sampai saat ini adalah 6,2 persen. Tim tersebut, kata Azis, juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Bina Marga dan SDA, BPBD, dan Penanggung Jawab Upaya Khusus ke Pertanian dan Kodim 0510/Tangerang.
”Setiap ada perkembangan selanjutnya kami selalu update setiap Minggu, Jumat, dan Senin. Semua perkembangan kami laporkan kepada Pak Bupati,” ujar Azis.
Sejauh ini, kata Azis, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah, di antaranya mengidentifikasi berbagai kantong air dan mengalirkan ke lokasi pertanaman.
Selain itu, meninjau saluran irigasi di beberapa titik di mana debit air sudah sangat berkurang sehingga pasokan air ke areal persawahan hampir tidak ada.
Sampai saat ini, ujar Azis, tim mitigasi kekeringan terdiri dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Banten, unsur Koramil, Dinas Bina Marga dan SDA, serta BPP Kabupaten Tangerang. Tim ini juga masih melanjutkan pendataan areal yang terdampak dan mencari solusi lain yang mungkin dilakukan serta memanfaatkan alat yang ada di Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Kabupaten Tangerang.
Sejauh pengamatan, kekeringan lebih banyak terjadi di wilayah pantai utara Kabupaten Tangerang.
Sawah yang kering di lahan yang tidak terdapat irigasi dan penampungan air. Meski terlihat masih hijau dan ada buliran padi, hal itu tidak menjamin kalau padi tersebut dalam kondisi siap dipanen.
”Memang sepintas tanaman terlihat hijau dan ada buliran padi, tapi begitu dipegang ternyata padinya kopong, enggak ada isinya,” kata petani penggarap Desa Sukadiri, Kecamatan Mauk, Irin (60).
Selain itu, setiap kali kekeringan terjadi, tanaman padi tampak kurus dan kering.
Irin sudah sejak 1970 menggarap sawah tadah hujan dengan petani pekerja lainnya seluas 7.000 hektar.
Menurut Irin, kekeringan yang berujung gagal panen ini terus terjadi setiap tahun.
”Dalam kondisi normal ada hujannya, sekali panen bisa mendapatkan 2 ton padi. Biasanya hasilnya dibagi dua dengan buruh pekerja. Kemarau ini hanya bisa panen baik sekitar 60 persen. Sisanya 40 persen lain gagal panen. Saya sudah pasrah,” kata Irin, pekan lalu.
Pemandangan ini berbeda dengan sawah di sekitar lahan yang terdapat saluran irigasi dan penampungan air yang tampak subur dan hijau.
43 pompa air
Pemerintah Kabupaten Tangerang, menurut Azis, telah membagikan 43 pompa air di 18 kecamatan dan membantu pembuatan tiga sumur pantek di daerah yang terkena dampak kekeringan.
Pembagian pompa air dan pembuatan sumur pantek ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang meminimalkan dampak musim kemarau yang berkepanjangan, terutama area persawahan dan perkebunan.
Pembuatan sumur pantek di tiga kecamatan, yaitu Gunung Kaler, Curug, dan Kronjo. Terkait dengan pengadaan pompa air, lanjut Azis, pihaknya telah bekerja sama dengan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Banten untuk mengupayakan pinjaman pompa air.