”Engaging with Indonesia 2020-2024”, Wadah Tukar Pengalaman Australia-Indonesia
Australia melalui The University of Melbourne menjajaki kerja sama dengan Indonesia dalam lintas disiplin ilmu. Kerja sama tersebut juga menjadi salah satu peluang bagi Indonesia dalam mewujudkan visi mencetak sumber daya manusia yang unggul.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Australia melalui The University of Melbourne menjajaki kerja sama dengan Indonesia dalam lintas disiplin ilmu. Kerja sama tersebut juga menjadi salah satu peluang bagi Indonesia dalam mewujudkan visi mencetak sumber daya manusia yang unggul.
Direktur Asia Institut The University of Melbourne Vedi Hadis mengatakan, kerja sama dengan Indonesia bertajuk ”Engaging with Indonesia 2020-2024” adalah bentuk kepedulian Australia dalam membantu mengatasi masalah global, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Australia juga membutuhkan Indonesia untuk bertukar pengalaman dalam menghadapi permasalahan di Australia.
”Karena kondisi geografisnya, tidak mungkin bagi Australia dan Indonesia untuk tidak peduli satu sama lain,” katanya di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Menurut Vedi, Australia juga akan belajar banyak hal dari Indonesia, misalnya mengenai pengelolaan lingkungan, mengatasi krisis penyediaan pangan atau air bersih, serta pemenuhan layanan kesehatan untuk masyarakat terpencil. Masalah tersebut diidentifikasi menjadi masalah kedua negara.
”Kami berupaya menawarkan bantuan, sekaligus belajar bersama untuk menangani masalah dalam negeri,” katanya.
Kerja sama tersebut dijalin melalui banyak cara, misalnya mengundang mahasiswa Indonesia belajar ke The University of Melbourne atau sebaliknya. Bentuk lainnya adalah kolaborasi riset hingga publikasi dan pertukaran staf atau pelatihan pengelolaan perguruan tinggi.
Kerja sama bisa dijalin melalui banyak cara, misalnya mengundang mahasiswa Indonesia belajar ke The University of Melbourne atau sebaliknya.
Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron menilai, kerja sama ini menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selama ini, kerja sama melalui pertukaran mahasiswa dan riset sudah terjalin dengan baik.
Kerja sama dengan The University of Melbourne bisa dikaitkan dengan program retooling untuk dosen sekolah vokasi di Indonesia.
Ghufron juga berharap Indonesia bisa memanfaatkan laboratorium yang tersedia di sana dengan memanfaatkan diaspora. ”Laboratorium yang ada di dalam negeri akan terus didorong untuk tumbuh sembari kita bisa memanfaatkan laboratorium universitas luar,” katanya.
Ghufron berharap, melalui kerja sama ini, pengelolaan sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia juga bisa berkaca dari Australia. Tidak hanya untuk mengatasi defisit, tetapi juga menghasilkan pertumbuhan secara berkelanjutan. Hal serupa bisa diterapkan untuk pertumbuhan ekonomi makro.
Salah satu bidang kerja sama yang juga dijajaki Australia dengan Indonesia berkaitan dengan pengelolaan kebudayaan. Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, kerja sama di bidang kebudayaan tersebut meliputi akademik dan industri.
”Studi-studi akademik terkait kebudayaan dan sejarah selama ini sudah banyak dilakukan,” ujarnya.
Menurut Hilmar, yang belum banyak dilakukan selama ini terkait dengan pengembangan industri kebudayaan. Desain kerja sama yang akan dijalin ke depan misalnya anak-anak lulusan sekolah kejuruan di bidang media dikirimkan untuk melanjutkan studi berbasis praktik di Australia, bukan lagi teori.
Ia menambahkan, terkait hilirisasi hasil-hasil penelitian, perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia juga bisa belajar banyak dari The University of Melbourne. Hal ini khususnya dalam menghubungkan antara kebutuhan masyarakat, industri, dan pembuat kebijakan dengan pengembangan riset yang dilakukan.