PEKANBARU, KOMPAS Awan hujan mulai bermunculan di beberapa wilayah Riau, terutama di bagian barat, utara, dan pesisir timur. Untuk mempercepat terjadinya hujan, Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan Riau mengoptimalkan penebaran garam untuk menyemai awan hujan. Pesawat Cassa 212 telah menebar 1.000 kilogram garam di awan di wilayah Bengkalis, Meranti, dan Siak. Hingga Rabu masih ada 13.000 kg garam di posko satgas yang siap disebar.
”Kebakaran masih di beberapa lokasi di Riau. Tim satgas darat dan udara terus memadamkan. Kami optimalkan teknologi modifikasi cuaca dengan menebar garam,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger saat dihubungi di Pekanbaru, Rabu (21/8/2019).
Secara terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Kantor Stasiun Meteorologi Pekanbaru Marzuki mengungkapkan, pertumbuhan awan hujan di Riau memang menunjukkan peningkatan. Namun, musim kemarau Riau belum berlalu. Saat ini, hampir setengah wilayah Riau, seperti Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Siak, dan Meranti, sudah mulai hujan. Hanya saja, setengah wilayah lain, seperti Pelalawan dan Indragiri Hilir, tanpa hujan lebih dari 10 hari.
Dari pantauan satelit pada Rabu pagi, terdeteksi 59 titik panas di tujuh kabupaten dan kota di Riau. Titik panas terbanyak di Pelalawan (23 titik), disusul Indragiri Hilir (19).
Edwar menyebut, kebakaran lahan di Pelalawan tersebar di beberapa wilayah kecamatan, salah satunya di dalam areal Taman Nasional Tesso Nilo, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui. Kebakaran di habitat gajah sumatera itu masih belum dapat dikendalikan.
Di provinsi lain
Di Sumatera Selatan, kebakaran di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, masih terjadi meski sudah mereda dibandingkan hari sebelumnya. Sekitar 21 kilometer dari 36 kilometer sekat bakar telah dibangun mencegah kebakaran meluas.
Pantauan Kompas dari udara, Rabu (21/8), kebakaran masih terjadi di beberapa titik, terutama di Dusun V dan Dusun IX, Desa Muara Medak. Lidah api tertahan di sekat bakar yang telah dibangun selebar 8-12 meter dengan total panjang 21 kilometer. Tujuh heli bom air turut memadamkan api. Beberapa titik terbakar berimpit perkebunan sawit baru.
Di Aceh, sepanjang Juni-Agustus 2019, total luas lahan terbakar mencapai 369 hektar. Luas lahan terbakar kemungkinan bertambah karena titik api di beberapa lokasi masih terdeteksi.
Di Pulau Kalimantan, wilayah konservasi di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, juga terbakar. Lahan 30 hektar dilalap api. Pembasahan kawasan masih dilakukan.
Di Kalimantan Barat, kebakaran dengan luasan besar terkonsentrasi di Kabupaten Mempawah dan Ketapang. Kebakaran belum teratasi. Data BPBD Mempawah, kebakaran lahan gambut di Dusun Sejegi, Mempawah Timur, seluas 350-500 hektar dan belum padam. (SAH/RAM/AIN/ESA/IDO)