Sebagian warga Tangerang Selatan, Banten mulai kekurangan air bersih di musim kemarau. Persediaan air sumur maupun dari perusahaan daerah air minum berkurang drastis. Sementara bantuan air bersih dari pemerintah belum cukup memenuhi kebutuhan warga.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY / *
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Sebagian warga Tangerang Selatan, Banten mulai kekurangan air bersih di musim kemarau. Persediaan air sumur maupun dari perusahaan daerah air minum berkurang drastis. Sementara bantuan air bersih dari pemerintah belum cukup memenuhi kebutuhan warga.
Salah satu lokasi yang mengalami krisis air itu berada di Kampung Koceak, Kelurahan Kranggan, dan Perumahan Pesona, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu. Pantauan Kompas, Kamis (22/8/2019), sumur galian maupun sumur bor milik warga Kampung Koceak mulai mengering. Adapun di kampung ini belum tersedia jaringan pipa dari perusahaan daerah air minum.
Seperti tampak pada sumur milik Sardani Naning (42), warga RT 03/RW 01. Air di sumur sedalam 15 meter itu hanya bisa disedot dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari. Selain berkurang, air sumur juga berlumpur. "Airnya butek, sudah dikuras tetap saja begitu. Kalau dipaksa (sedot air) maka lumpur yang tersedot," ucap Sardani.
Sardani beserta lima anggota keluarga menggunakan air sumur hanya untuk keperluan mencuci dan mandi. Itupun harus bersabar sampai lumpur mengendap. Sementara untuk konsumsi dan memasak, mereka menggunakan air kemasan.
Apabila air tidak cukup, mereka memanfaatkan aliran Sungai Cisadane untuk mencuci. Sardani pun mandi di sungai agar air sumur cukup untuk anggota keluarganya. Sebagian besar dari 140 keluarga di kampung ini mengandalkan air sumur.
Ketua RT 03/RW 01 Nuraeni memastikan, belum ada sumur milik warganya yang kering total. Walakin, jika hujan tidak turun selama sebulan maka sumur-sumur akan kering. Pemandangan berbeda ada di RT 06/RW 02. Banyak sumur milik warga telah mengering. Mereka bergantung pada sumur milik musala dan tetangga yang belum kering.
Abdul Salam (38) salah satunya. Dua sumur miliknya sedalam 15 meter telah mengering. "Benar-benar kering sebulanan ini. Hari-hari ambil air dari musala atau mandi di rumah saudara. Ambil tiga ember berukuran besar," ucap Abdul.
Menurutnya, sumur bor tambahan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan air yang terjadk berulang. "Sudah ada MCK (mandi-cuci-kakus) umum dan bak penampungan, tetapi tidak ada sumur bor sebagai sumber air," ujarnya.
Nasuha (42) menambahkan, setiap sore warga mulai mengantre air di musala maupun di rumah warga yang sumurnya belum kering. Apabila tidak kebagian air, maka warga membeli air galon untuk keperluan sehari-hari. Menurut Nasuha, warga juga memanfaatkan air di saluran air dari perumahan di sekitar permukiman warga untuk mencuci maupun mandi. "Ngeri kena sakit kulit, tetapi air susah. Mau tidak mau pakai saja," kata Nasuha.
Kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari juga dirasakan warga Perumahan Pesona. Minarsih (44), pengurus perumahan menyebutkan, pasokan air berkurang sebulan terakhir dan airnya keruh bercampur tanah. “Biasanya tangki air sudah penuh dalam waktu dua jam. Sekarang empat jam juga belum penuh. Warga ada yang mandi di fasilitas umum,” kata Minarsih.
Kurang
Warga sudah meminta bantuan pemerintah kota untuk memasok air bersih. Walakin, bantuan tersebut belum cukup. “Bantuan tiga tengki air jujur tidak menutupi karena konsumen air di perumahan ini kan 197 kepala keluarga. Satu tengki berisi 4000 liter air,” ucapnya.
Hal serupa dialami warga Kampung Koceak. Nasuha mengatakan, dua tangki pasokan air bersih tidak mencukupi kebutuhan satu RT. Warga harus mengantre panjang dan belum tentu kebagian air. Berkaitan dengan itu, warga mengharapkan solusi permanen dengan penambahan sumur bor.
Umi (47), Ketua RW perumahan menyebutkan, solusi untuk mengurangi kekeringan bagi warga ialah melakukan pengeboran tanah. “Jadi saya ingin ada tindak lanjut masalah bor air, supaya warga tidak kekurangan air setiap malam. Kalau hanya mengandalkan pasokan air dari pemerintah akan sulit,” kata Umi.
Tahunan
Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tangerang Selatan, Ade Wahyudi menjelaskan, kekeringan merupakan persoalan tahunan. Pemerintah pun telah menyiapkan penanggulangan jangka pendek dan panjang. "Jangka pendek dengan mengirimkan bantuan air bersih kepada wilayah terdampak," kata Ade.
Dalam penanganan kekeringan, BPBD berkoordinasi dan bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah terkait. Salah satunya BPBD menggunakan satu mobil tangki milik Dinas Bangunan dan Penataan Ruang untuk distribusi air bersih. Ade menambahkan, sumur bor menjadi program penanggulangan jangka panjang. "Akan membuat titik sumur bor baru atau menambah kedalaman pada sumur bor yang sudah ada," ujarnya. (*)