Sebanyak 268 warga binaan LP Kota Sorong, Papua Barat, masih belum kembali setelah LP itu menjadi sasaran aksi massa pada Senin (19/8/2019). Mereka diimbau agar kembali ke LP dan tidak akan diberikan sanksi apa pun.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Sebanyak 268 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Sorong, Papua Barat, masih belum kembali setelah LP itu menjadi sasaran aksi massa pada Senin (19/8/2019). Mereka diimbau agar kembali ke lapas dan tidak akan diberikan sanksi apa pun. Sejumlah pintu keluar Sorong kini dalam pengawasan petugas.
Demikian disampaikan Nunus Ananto, Kepala LP Kelas II B Kota Sorong, Jumat (23/8/2019). LP tersebut ikut terbakar saat aksi massa yang terjadi di hampir semua titik penting di Kota Sorong, Senin. Saat LP terbakar, semua narapidana yang berjumlah 543 orang keluar menyelamatkan diri.
Artinya, hampir 50 persen warga binaan belum kembali ke LP.
”Dari jumlah itu, sebanyak 275 orang sudah kembali. Artinya, hampir 50 persen warga binaan belum kembali ke LP,” kata Nunus. Menurut rencana, pihak LP akan menyampaikan imbauan melalui siaran radio pada satu atau dua hari mendatang.
”Kami akan menerima mereka. Tidak ada sanksi, tidak ada kekerasan,” ujarnya. Saat itu, petugas sedang mendekati keluarga narapidana yang belum pulang.
Pada Jumat siang, ada warga binaan yang diantar keluarga menyerahkan diri ke LP. Salah satunya adalah Mardan Latumury yang sudah empat tahun menjalani hukuman. ”Dia harus kembali untuk menyelesaikan masa hukuman. Tinggal satu tahun lebih lagi dia sudah bebas. Kalau lari, pasti tidak tenang. Nanti akan ditangkap dan dikasih sanksi lagi,” kata salah seorang keluarga Mardan.
Nunus menambahkan, kondisi bangunan LP yang kini dipasangi garis polisi itu sebagian masih diperbaiki secara darurat. Jendela yang terbakar ditambal dengan seng. Beberapa sisi tembok yang jebol telah dibangun kembali, tetapi belum permanen. Hingga Jumat malam, LP tersebut masih dijaga oleh 10 personel TNI. Pihak LP segera mengusulkan perbaikan itu kepada Kementerian Hukum dan HAM.
Pemulihan
Asisten II Pemerintah Kota Sorong Anton Sagrim mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan sejumlah langkah pemulihan yang akan dikerjakan pada pekan depan. Pemulihan Kota Sorong dan sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat akan dibantu oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial, termasuk ganti rugi. Selain fasilitas umum, fasilitas milik masyarakat juga banyak yang dirusak.
Menurut pantauan Kompas pada Jumat, kondisi di Kota Sorong sudah kembali pulih. Jalan ramai dengan kendaraan, aktivitas jual-beli di pasar juga marak. Kegiatan belajar-mengajar dan perkantoran juga kembali berlangsung normal. Penerbangan di Bandara Domine Eduard Osok berjalan lancar. Meski demikian, di beberapa titik, aparat masih berjaga. Belum ada rencana aksi lagi oleh massa.
Aparat TNI, Polri, Pemerintah Kota Sorong, dan sejumlah komunitas masyarakat sipil turun ke sejumlah titik di Kota Sorong melakukan pembersihan sisa-sisa dampak unjuk rasa. Kegiatan tersebut juga untuk membangkitkan kembali psikologis masyarakat Sorong yang terguncang akibat unjuk rasa berujung kekacauan, beberapa hari lalu.
Kegiatan turun ke jalan itu dipimpin oleh Komandan Komando Distrik Militer 1802/Sorong Letnan Kolonel (Inf) Budiman, Jumat pagi. Aksi diikuti 350 personel TNI, 200 personel Polri, 200 aparatur sipil negara, dan 300 orang masyarakat sipil. Aksi berlangsung di 10 titik. Di beberapa titik, seperti di Kilometer 10, warga setempat ikut membantu menyingkirkan batang pohon, batu, dan bekas pembakaran ban.
”Sisi psikologis ini yang mau disentuh. Psikologis masyarakat harus dibangkitkan. Ini meyakinkan bahwa Kota Sorong sudah aman. Ini juga memberi pesan bahwa ada kebersamaan setelah kejadian kemarin. Mari kita jaga kondisi tanah Papua ini agar tetap damai,” kata Budiman.
Angelico Stefanus dan teman-temannya dari Komunitas Maluku Satu Rasa Salam Sarani juga ikut membersihkan jalanan di Kilometer 10. ”Kami ikut bergabung karena inisiatif sendiri. Kami menginginkan kondisi di Sorong kembali aman seperti dulu. Saling sapa dan salam. Sorong ini punya kita semua” kata pemuda asal Pulau Kisar, Provinsi Maluku, itu.