Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue 2019 pada satu sisi makin membuka peluang, sekaligus tantangan. Selama dua hari pelaksanaan IAID di Nusa Dua, Badung, Bali, 20-21 Agustus, terungkap aneka dinamika investasi di Afrika, benua dengan jumlah penduduk 1,1 miliar itu, di antaranya bagaimana membuka celah pasar dan masuk ke negara-negara Afrika hingga niat memberikan nilai tambah besar bagi masyarakat Afrika.
”Tidak sekadar masuk dan ambil, gali, gali, dan gali, lalu pergi,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di depan ratusan peserta dialog yang menyambutnya dengan tepuk tangan.
Menurut Luhut, hal itu disampaikannya agar Afrika tidak mengalami sejumlah pengalaman pahit Indonesia, di mana sejumlah perusahaan raksasa masuk, tetapi kurang memberikan efek langsung, khususnya bagi masyarakat sekitar di mana investasi dilakukan.
”Mungkin saat ini perusahaan-perusahaan kami tidak sebesar perusahaan-perusahaan itu. Tapi, kami datang tidak dengan cara mereka. Kami ingin memberikan aneka nilai tambah,” kata Luhut.
Penegasan serupa disampaikan Komisaris Utama Medco Energi Muhammad Lutfi. Ia menyebut perusahaan-perusahaan Indonesia tidak rakus, tetapi sebaliknya, membawa tawaran kolaborasi. Ditegaskannya, perusahaannya tidak akan mengambil komoditas dasar di Afrika.
”Saling bertukar pengertian pun menjadi sangat vital. Kita ingin mencapai kondisi saling menguntungkan. Kita duduk bersama, berkolaborasi, mencari aneka cara, memerangi kemiskinan,” kata Lutfi.
Di sisi lain diakui bahwa pendanaan menjadi masalah utama saat proses penjajakan peluang kerja sama. Investor tidak akan masuk dan ”membakar” modal tanpa jaminan soal keamanan dan kontinuitas hasil investasi di satu negara.
Alternatif solusi adalah pembiayaan melalui Indonesia Eximbank mencapai maksimal Rp 3 triliun dan jika dijumlah dengan pembiayaan dari bank-bank lain secara nasional akan mencapai Rp 5 triliun. Indonesia Eximbank adalah lembaga keuangan khusus milik Pemerintah RI yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 untuk menjalankan pembiayaan ekspor nasional.
Diplomasi ekonomi Indonesia itu dinilai positif oleh sejumlah negara di Afrika. Mereka menunggu inisiatif-inisiatif semacam ini, yang membawa pendekatan baru demi keuntungan bersama sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi Afrika.
Bagi Afrika, Indonesia dinilai sebagai mitra alternatif di tengah tawaran kerja sama-kerja sama dari negara-negara besar lainnya. Mereka melihat peran penting diplomat RI. Selain pembuka jalan, kerap kali mereka menjadi jembatan penghubung bagi para pihak. Pengalaman baik dibagikan Chief Investment Officer Energi Mega Persada Taufan Rotorasiko. Menurut Taufan, masyarakat setempat di Afrika awalnya tidak mengenal perseroan RI dan rencana-rencananya. Berkat diplomat-diplomat RI, mereka lalu tahu dan persepsi warga berubah semakin positif.
Bagi Afrika, Indonesia dinilai sebagai mitra alternatif di tengah tawaran kerja sama-kerja sama dari negara-negara besar lainnya.
Afrika sendiri berupaya lebih baik, tidak mau mengulangi kesalahan mereka. Pertumbuhan ekonomi tidak semata dinikmati para elite, tetapi wajib membawa kemakmuran bagi masyarakat secara luas.
”Negara kami, juga seperti Mesir, Pantai Gading, dan Ghana, senang melihat hubungan baik Afrika dengan Indonesia. Hubungan sejarah yang baik itu wajib berlanjut dengan hubungan ekonomi berkelanjutan pula,” kata Cheikh Kante, wakil Pemerintah Senegal.
Ia meyakinkan, Afrika saat ini mengalami aneka perubahan positif. Afrika kini bukan Afrika era 1960-an yang dikatakan tidak akan berkembang. Disebutkan Kante, Afrika kini Afrika baru yang ingin maju seperti negara-negara di benua lain karena dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang bervisi panjang dan tidak korup.
Adanya sistem pemerintahan dan pengawasan yang semakin baik tidak memungkinkan lagi adanya pemimpin-pemimpin negara yang semaunya sendiri. ”Korupsi, kolusi dan nepotisme terus dihapus. Sudah tidak ada lagi presiden-presiden yang memperkaya diri seperti zaman-zaman sebelumnya,” kata Kante.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, pergelaran IAID 2019 menambah keyakinan tekad Pemerintah RI dalam diplomasi di Afrika. Apalagi, kepercayaan negara-negara Afrika kepada Indonesia semakin kuat. Hal itu memperkokoh fondasi kedekatan Indonesia dengan negara-negara Afrika.
Mengoptimalkan itu, kini kepala-kepala perwakilan RI di Afrika diberi waktu satu bulan memetakan aneka potensi kerja sama hingga opsi-opsi mekanisme yang dapat dijajaki, termasuk opsi pembiayaan kerja sama perdagangan. Seperti ditegaskan Presiden Joko Widodo, persaudaraan dan solidaritas Indonesia-Afrika diharapkan mendorong lompatan lebih jauh bagi kemakmuran warga.