Ada banyak faktor pemicu gangguan sistem teknologi informasi untuk pelaporan penumpang di bandara, antara lain perangkat keras, perangkat lunak, dan instalasi listrik. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah prosedur antisipasi jika sistem teknologi informasi mengalami gangguan.
Oleh
mediana
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Manajemen sistem teknologi informasi prasarana layanan publik dilengkapi dengan prosedur antisipasi gangguan andal. Dengan demikian, proses pemulihan cepat dilakukan sehingga operasionalisasi layanan tetap berjalan.
Board of Advisor Indonesian Digital Empowerment Community Mochamad James Falahuddin, Jumat (23/8/2019), di Jakarta, mengatakan, ada banyak faktor pemicu gangguan sistem teknologi informasi untuk pelaporan penumpang di bandara. Faktor itu antara lain perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan instalasi listrik.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah prosedur antisipasi jika sistem teknologi informasi mengalami gangguan. Prosedur yang dia maksud biasa disebut business continuityplan (BCP)atau disaster recovery plan (DRP).
”Apabila mempunyai prosedur antisipasi, layanan terhadap pelanggan masih bisa dilakukan meskipun gangguan berada dalam level yang darurat. Untuk kasus gangguan check in di Bandara Soekarno-Hatta, kami melihat pengelola Angkasa Pura memiliki BCP/DRP cukup baik sehingga hanya dalam beberapa jam layanan sudah kembali normal,” tuturnya.
Apabila mempunyai prosedur antisipasi, layanan terhadap pelanggan masih bisa dilakukan meskipun gangguan berada dalam level yang darurat.
Sekretaris Indonesia Cyber Security Forum Satriyo Wibowo menjelaskan, dari kasus gangguan sistem check in Bandara Soekarno-Hatta dapat diukur tingkat ketahanan bisnis pengelola bandara. Organisasi mempunyai kemampuan menyikapi insiden yang tidak diinginkan dan tetap menjaga operasionalisasi bandara.
Dalam konteks BCP, organisasi harus andal mengidentifikasi risiko, ancaman, kerentanan, dan kemampuan merespons insiden.
Menurut Satriyo, sistem teknologi informasi bandara rentan keterlambatan karena perencanaan waktunya ketat dan punya banyak subsistem yang saling terkait. Salah satu subsistem terganggu dapat berakibat panjang bagi lainnya.
”Keterlambatan pengambilan keputusan bisa berbuntut panjang, bahkan menimbulkan kerugian materi yang sangat besar,” katanya.
Sebelumnya, Jumat ini sejak pukul 03.00, sistem teknologi informasi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta mengalami gangguan sehingga menyebabkan fasilitas check in tidak berfungsi. Akibatnya, calon penumpang harus melakukan check in manual.
Pelaksana Harian Senior Vice President Corporate Secretary and Legal PT Angkasa Pura II (Persero) Achmad Rifai, dalam siaran pers, mengatakan, sistem check in yang tidak berfungsi hanya terjadi di tiga penerbangan internasional. Tim segera mengidentifikasi masalah dan berkoordinasi dengan pihak terkait sehingga dalam waktu cepat kondisi kembali normal. Adapun sistem check in semua penerbangan domestik aman.
”Terminal 3 memiliki sistem teknologi informasi yang dapat melakukan pemulihan cepat sebagai kontingensi apabila terdapat gangguan. Pada pukul 04.50, gangguan sistem sudah teratasi,” ujarnya.