Pesantren Diharapkan Terus Berkontribusi untuk Bangsa
Pesantren memiliki kontribusi yang besar dalam mencerdaskan bangsa. Santri lulusan pesantren turut menjadi tokoh-tokoh yang menentukan arah bangsa. Orangtua tidak perlu ragu untuk mengirimkan anak-anaknya di pesantren.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
JOMBANG, KOMPAS – Pesantren berkontribusi besar mencerdaskan bangsa. Santri lulusan pesantren turut menjadi tokoh-tokoh yang menentukan arah bangsa. Orangtua tidak perlu ragu mengirimkan anak-anaknya ke pesantren.
Hal itu mengemuka saat Seminar Pendidikan bertajuk "Peran dan Sumbangsih Pesantren Dalam Mencerdaskan Bangsa" di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (23/8/2019). Seminar ini menjadi rangkaian peringatan Harlah 120 tahun Pesantren Tebuireng.
"Sekarang yang kita lihat banyak lulusan dari pesantren yang menjadi pejabat negara. Misalnya, dari Pondok Pesantren Gontor ada Hasyim Muzadi, Din Syamsudin, dan sebagainya. Tebu Ireng juga, misalnya ada Ali Mustafa Yaqub, dan sebagainya. Cukup banyak," kata Pengasuh Pesantren Tebuireng, Kiai Salahuddin Wahid.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren selalu ikut berkontribusi dalam perkembangan bangsa. Selain melahirkan tokoh-tokoh nasional, pemikiran dari pesantren ikut menjadi rujukan masyarakat.
Saat ini, lanjut Salahuddin, pesantren terus diminati masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari jumlah pesantren di Indonesia yang terus bertambah. Jika pada awal tahun 2000-an, jumlah pesantren sekitar 10.000 unit, kini meningkat hampir tiga kali lipat menjadi sekitar 28.000 unit.
Melihat perkembangan pesantren yang terus meningkat, Salahuddin berharap pondok pesantren bisa terus menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, orangtua menjadi tidak ragu mengirimkan anaknya menuntut ilmu di pondok pesantren.
“Pendidikan di pesantren tidak kalah dibandingkan pendidikan formal. Selain kualitas yang baik, perilaku santri juga dijauhkan dari narkoba, rokok, minuman keras, dan pergaulan bebas,” tuturnya.
Pendidikan di pesantren tidak kalah dibandingkan pendidikan formal. Selain kualitas yang baik, perilaku santri juga dijauhkan dari narkoba, rokok, minuman keras, dan pergaulan bebas
Agar terus diminati masyarakat, lanjut Salahuddin, pondok pesantren Tebuireng yang kini memiliki santri lebih dari 3.000 orang terus menyiapkan diri untuk menghadapi tuntutan zaman, di antaranya mendirikan pesantren sains, yaitu mengajarkan soal sains yang dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran.
"Ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kecintaan mereka terhadap ilmu alam. Paling tidak nanti mereka tertarik menjadi ilmuwan yang bisa memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara," kata Salahuddin.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Ahmad Zayadi mengatakan, pesantren memiliki keunggulan dibanding sekolah formal. Jika di sekolah formal anak-anak hanya mempelajari ilmu alam dan agama, di pesantren bahkan diajarkan beragama, bagaimana kehidupan," ujar Ahmad.
"Pesantren itu subkultur dari kehidupan sosial bermasyarakat. Makanya kulturnya berbeda di dalam pesantren dengan di luar pesantren. Ini yang membuat pendidikan langsung diaplikasikan. Ini kekuatan mendasar dari pondok pesantren," ujar Ahmad.
Keunggulan lainnya adalah jiwa kepemimpinan yang lebih menonjol di pesantren dibanding sekolah formal. Di pesantren, kharisma para kiai dengan ketulusannya mendidik dan mendoakan santri-santrinya untuk sukses, lebih besar dibanding di sekolah formal.