Transmisi Suku Bunga Acuan Diharapkan Berlangsung Cepat
Transmisi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia terhadap suku bunga perbankan dinilai akan berlangsung cepat. Selain biaya dana menjadi lebih murah, pemangkasan suku bunga BI juga diiringi penurunan suku bunga penjaminan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transmisi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia terhadap suku bunga perbankan diyakini akan berlangsung cepat. Selain biaya menjadi lebih murah, pemangkasan suku bunga BI juga diiringi penurunan suku bunga penjaminan.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen. Penurunan sebesar 25 bps juga dilakukan pada suku bunga lending facility (pinjaman rupiah bank dari BI) menjadi 6,25 persen, dan suku bunga deposit facility (simpanan rupiah bank di BI) menjadi 4,75 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, penurunan suku bunga acuan diharapkan diikuti penurunan biaya dana (cost of fund). Rendahnya biaya dana akan memudahkan perbankan lakukan penyesuaian terhadap suku bunga kredit dan suku bunga deposito.
Di samping itu, Wimboh menilai, pemangkasan suku bunga penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 25 bps akhir Juli 2019, dari 7 persen menjadi 6,75 persen, mempercepat transmisi penurunan suku bunga kredit. ”Bank-bank bisa memberikan suku bunga kredit dan deposito yang lebih rendah dampak dari penurunan cost of fund, ditambah lagi LPS bulan lalu menurunkan suku bunga penjaminan,” ujar Wimboh di Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Berdasarkan data uang beredar BI pada Juni 2019, suku bunga kredit tercatat 10,73 persen turun 3 bps dibandingkan pada bulan sebelumnya. Demikian juga rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan yang turun jadi 6,76 persen dari sebelumnya 6,82 persen.
Adapun suku bunga simpanan dengan tenor 6 bulan turun menjadi 7,26 persen dari sebelumnya 7,31 persen. Suku bunga simpanan berjangka tenor 3 bulan tercatat relatif stabil sebesar 6,79 persen. Sementara suku bunga simpanan berjangka waktu 12 bulan naik menjadi 7,05 persen dan 24 bulan meningkat menjadi 7,34 persen.
Darmin optimistis suku bunga acuan BI tetap bakal menggenjot investasi. Namun, dampak pertumbuhan investasi akibat pemangkasan suku bunga acuan baru bisa terlihat dalam jangka panjang.
Hal tersebut disebabkan penurunan suku bunga tengah menjadi tren kebijakan moneter global sehingga berdasarkan selisih imbal hasil obligasi Indonesia masih lebih menarik dari negara lain. ”Jadi jangan langsung melihat dampaknya terhadap capital outflow karena negara lain berdasarkan tren juga sedang mengarah turun,” ujarnya.
Bank Indonesia mencatat bahwa aliran modal asing yang masuk ke Indonesia sejak awal Januari 2019 sampai 8 Agustus 2019 sebesar Rp 179,6 triliun. Nilai ini terdiri dari Rp 113,7 triliun untuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 65,9 triliun dari pasar saham.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Ekonom Regional ASEAN HSBC Joseph Incalcaterra mendeteksi kebijakan moneter BI mulai fokus untuk meminimalkan risiko perlambatan ekonomi domestik demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.
Hal tersebut terindikasi dari langkah BI menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali dalam dua bulan beruntun setelah sebelumnya selama delapan bulan berturut-turut (November 2018-Juni 2019) BI mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen.
”Sebelumnya sejak awal tahun 2019, fokus BI cenderung terfokus pada upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dari paparan sentimen negatif yang berasal dari global,” ujarnya.
Sejalan dengan orientasi BI, HSBC memprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada bulan September, sebelum kembali memangkas kembali suku bunga acuan sebesar 25 bps pada triwulan IV-2019. BI juga diprediksi kembali memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada triwulan I-2020.