BASEL, JUMAT - Sebelum tampil pada perempat final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di St Jakobshalle, Basel, Swiss, Jumat (23/8/2019), Greysia Polii/Apriyani Rahayu diberi pesan oleh pelatih, jangan kalah aura dari lawan, Chen Qingchen/Jia Yifan. Pesan yang diperlihatkan melalui penampilan penuh semangat sepanjang laga itu mengantarkan Greysia/Apriyani ke semifinal.
Greysia/Apriyani mengalahkan salah satu rival berat asal China itu, 25-23, 23-21. Mereka pun mendekati target bisa melampaui pencapaian Kejuaraan Dunia 2018 ketika tampil pada semifinal.
Tahun lalu, di Nanjing, China, ganda Indonesia peringkat kelima dunia itu, juga, menghentikan Chen/Jia pada perempat final, 23-21, 23-21. Itu menjadi kemenangan terakhir mereka atas Chen/Jia sebelum kalah pada tiga pertemuan berikutnya, termasuk dalam dua persaingan pada 2019.
Tahun ini, Greysia/Apriyani kalah di perempat final All England dan semifinal Australia Terbuka. Kekalahan itu membuat mereka tertinggal, 2-5, dalam statistik pertemuan sebelum bersaing di Basel.
Atas dasar itulah, pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Eng Hian memberi satu pesan pada anak didiknya tersebut. “Saya bilang, jangan kalah aura sama Chen. Artinnya, Greysia/Apriyani tidak boleh kalah mental dari mereka,” kata Eng Hian.
Eng Hian menyebut khusus nama Chen karena pemain yang mendapat julukan “Dora” (tokoh kartun film anak-anak) dari penggemar bulu tangkis Indonesia itu selalu tampil ekspresif. Berteriak sambil meloncat-loncat dan mengepalkan tangan, hampir setiap kali memenangi poin, menjadi cara dia memperlihatkan kepercayaan dirinya. Mental lawan bisa runtuh karenanya.
Di lapangan, pesan dari Eng Hian itu diperlihatkan Greysia/Apriyani dengan cara yang sama seperti Chen. Permainan mereka tak kendor meski tertinggal, 8-13, pada gim pertama. Setiap meraih poin, mereka berteriak sambil mengepalkan tangan, memperlihatkan rasa percaya diri.
Greysia/Apriyani juga mempertahankan fokus pada perebutan poin yang berlangsung lebih ketat pada gim kedua. Pada gim ini, hanya dua kali terjadi selisih dua poin sebelum pertandingan selesai, yaitu saat Greysia/Apriyani unggul, 9-7 dan 12-10. Selebihnya, kedua pasangan bergantian unggul satu poin.
“Alhamdulillah senang dan bangga buat hasil hari ini. Kami boleh bangga dengan hasil hari ini, tapi kami masih ada pertandingan besok (Sabtu ini). Main lagi, prepare lagi, tetap enjoy, satukan pikiran, satukan hati. Pokoknya siap buat besok,” kata Apriyani usai pertandingan dikutip dari PBSI.
Dengan kemenangan ini, ganda Indonesia yang mulai berpasangan sejak pertengahan 2017 tersebut mendekati target melampaui pencapaian pada Kejuaraan Dunia 2018. Saat itu, mereka mencapai semifinal namun dihentikan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang) yang akhirnya menjadi juara.
Lawan yang sama berpeluang dihadapi kembali pada semifinal, Sabtu, jika Matsumoto/Nagahara bisa mengalahkan rekan mereka, Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto, pada perempat final sesi sore waktu Basel atau Jumat tengah malam WIB.
Tunggal putra gagal
Perempat final menjadi hasil maksimal yang diperoleh tunggal putra Indonesia dengan kekalahan Jonatan “Jojo” Christie. Langkah Jojo dihentikan Sai Praneeth (India), 22-24, 14-21, yang juga mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting pada babak ketiga. Target minimal semifinal pun gagal diwujudkan nomor tersebut.
Kehilangan gim pertama menjadi kunci kekalahan Jojo yang menjadi unggulan keempat. Padahal, Praneeth banyak membuat kesalahan, terutama smesnya sering membuat kok jatuh di luar lapangan.
Persaingan ketat pada gim ini, dengan perbedaan hanya 1-2 poin, menuntut konsentrasi penuh kedua pemain. Jojo bisa menggagalkan game point lawan ketika Praneeth unggul, 20-19. Tetapi, Jojo juga gagal memanfaatkan peluang saat tinggal membutuhkan satu poin lagi untuk memenangi gim pembuka, 21-20.
Setelah kehilangan gim pertama, alih-alih berusaha keras untuk membuat terjadinya gim ketiga, Jojo kehilangan akurasi pukulan, termasuk saat mendapat peluang untuk meraih poin dengan mudah. Salah satunya ketika kok yang dipukul di atas net jatuh di belakang lapangan.
Jojo mengatakan, penampilannya terganggu oleh cedera engkel kaki kiri. Itu pula yang membuat performanya menurun pada gim kedua.
“Cukup disayangkan, saat poin 22-22 saya ada problem sedikit di engkel. Karena sebelumnya ada pengalaman seperti itu, jadi sempat trauma. Agak ngilu juga saat melakukan gerakan refleks atau menjangkau bola jauh,” ujar Jojo, dalam laman resmi PP PBSI, yang merasakan sakit pada engkel sejak Indonesia Terbuka, Juli.
Kekalahan Jojo menjadi akhir perjalanan tunggal putra Indonesia di Basel. Pemain lainnya, Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto, masing-masing, tersingkir pada babak ketiga dan kedua.
“Cukup disayangkan karena semifinal merupakan salah satu target saya. Apalagi, pelatih juga mengatakan hal itu. Untuk ke depan, saya akan fokus memulihkan kaki dulu karena ada target lolos Olimpiade,” kata Jojo.
Hasil perempat final pada paruh atas undian ini memunculkan kejutan dengan lolosnya Praneeth ke semifinal. Padahal, Praneeth yang merupakan tunggal putra peringkat ke-19 dunia merupakan pemain nomor tiga dari negaranya. Dia berada di bawah Kidambi Srikanth dan Sameer Verma.
Pada semifinal, Praneeth akan berhadapan pemain nomor satu dunia, Kento Momota (Jepang). Momota selangkah lebih dekat untuk mempertahankan gelarnya setelah menghentikan pemain Malaysia, Lee Zii Jia, 21-12, 21-18.