Kebakaran Diduga Bermula dari Bagian Dek Kendaraan
Kebakaran yang melanda KM Santika Nusantara rute Surabaya-Balikpapan diduga berawal dari bagian dek kendaraan. Api bermula dari salah satu kendaraan yang diangkut kapal. Penyelidikan rinci penyebab kebakaran akan dilakukan KNKT.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kebakaran yang melanda Kapal Motor Santika Nusantara rute Surabaya-Balikpapan diduga berawal dari bagian dek kendaraan. Api bermula dari salah satu kendaraan yang diangkut kapal. Penyelidikan rinci penyebab kebakaran akan dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Taruna Siaga Bencana (Tagana) Masalembu yang ikut mengevakuasi penumpang, Syaiful Bahri, saat dihubungi dari Surabaya, Sabtu (24/8/2019), mengatakan, tidak semua bagian KM Santika Nusantara terbakar. Kebakaran paling parah berada di bagian car deck atau tempat kendaraan bermotor yang terletak di buritan kapal. ”Banyak kendaraan yang terbakar,” ujarnya.
Manajer PT Jembatan Nusantara yang mengoperasikan KM Santika Nusantara Sutarto menuturkan, berdasarkan keterangan dari nakhoda, api berasal dari salah satu kendaraan yang berada di bagian dek kendaraan. Anak buah kapal sempat melakukan pemadaman menggunakan alat pemadam api ringan, tetapi upaya pemadaman tidak berhasil. Penumpang kemudian dievakuasi menggunakan sekoci.
Dia menduga, salah satu dari 84 kendaraan di kapal ada yang membawa bahan mudah terbakar. Barang tersebut kemudian memicu api yang melahap bagian dek kendaraan, termasuk sejumlah mobil dan kendaraan lain di tempat tersebut.
Selama ini, lanjut Sutarto, muatan dalam kendaraan tidak melalui pemeriksaan fisik ataupun sinar-x. Operator kapal akhirnya tidak bisa memastikan kapal bebas dari keberadaan bahan yang mudah terbakar dan meledak. ”Selama tidak ada pemeriksaan muatan kendaraan, kejadian ini bisa menimpa kapal apa pun. Ini seperti bom waktu,” ujarnya.
Dia menegaskan, KM Santika Nusantara pada kondisi laik jalan. Kapal buatan Jepang tahun 1997 tersebut baru saja melakukan perawatan rutin tiga bulan lalu. ”Kami akan menarik kapal menuju Gresik dan siap untuk mengikuti penyelidikan yang akan dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi,” kata Sutarto.
Selama tidak ada pemeriksaan muatan kendaraan, kejadian ini bisa menimpa kapal apa pun. Ini seperti bom waktu.
Vice President Corporate Communication PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Wilis Aji Wiriawan mengatakan, pihaknya siap melakukan pemeriksaan muatan asalkan ada landasan hukumnya. Selama ini, pemeriksaan hanya dilakukan kepada penumpang menggunakan alat pendeteksi metal di pelabuhan.
Sebelumnya, Kamis (22/8/2019) sekitar pukul 20.49, KM Santika Nusantara yang berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Pelabuhan Semayang, Balikpapan, terbakar. Lokasi kapal saat terbakar berada sekitar 13 kilometer sebelah tenggara Pulau Masalembu. Jika ditempuh dari Sumenep, perjalanan butuh sekitar 18 jam. Berdasarkan manifes, kapal itu mengangkut 111 penumpang dan 84 kendaraan.
Kepala Kantor SAR Surabaya Prasetya Budiarto menuturkan, hingga Sabtu pukul 11.00, ada 303 penumpang dan anak buah kapal yang sudah dievakuasi. Tiga orang di antaranya meninggal, yakni seorang anak buah kapal bernama Bekti Tri Setyono serta dua penumpang bernama Asfani dan satu penumpang lain yang belum diketahui identitasnya.
Penumpang tersebut dievakuasi menggunakan KM Dharma Fery 7 (64 orang) dan KM Spill Citra (23 orang) menuju Surabaya. Adapun evakuasi menggunakan KMP Putra Tunggal 8 (161 orang) dengan tujuan Sumenep. Sisanya, 55 orang, tiga orang di antaranya meninggal, dievakuasi oleh nelayan ke Pulau Masalembu.
”Penumpang yang dievakuasi ke Masalembu sudah dibawa menuju Surabaya menggunakan KN Cundamani,” kata Prasetya.
Syaiful menambahkan, saat ini SAR gabungan dari Banjarmasin, Tagana, dan nelayan masih melakukan pencarian. Sebab, diduga masih ada korban yang belum dievakuasi.
Sekitar pukul 11.00, nelayan dari Rembang kembali menemukan lima penumpang dalam kondisi selamat. Mereka berada di satu sekoci yang berada sekitar 32 kilometer arah barat daya Masalembu. ”Lima penumpang sudah dievakuasi ke Masalembu. Kami kesulitan mengirim informasi karena sinyal internet sangat sulit, hanya bisa pesan teks,” kata Syaiful.