Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan ancaman bencana kekeringan pada musim kemarau yang kering saat ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berdasarkan analisis tanggal 20 Agustus 2019 merilis peringatan dini bahwa seluruh zona musim di DKI Jakarta dan Banten memasuki musim kemarau. Hari tanpa hujan di sebagian besar wilayah Banten dan Jakarta ada yang lebih dari 20 hari hingga lebih dari 60 hari. Beberapa daerah berpeluang hujan, tetapi dengan curah hujan sangat rendah.
Ancaman bencana kekeringan bukan hanya di Banten dan Jakarta. Daerah lain Indonesia juga mengalami masalah sama. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi lagi di Sumatera dan Kalimantan. Penanganan yang cepat membuat ancaman kebakaran lebih luas dapat ditanggulangi.
Salah satu penyebab musim kemarau yang kering adalah fenomena El Nino, yaitu fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampak El Nino di sejumlah daerah Indonesia adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Sebagai negara tropis di garis khatulistiwa, Indonesia mengalami siklus musim kemarau dan hujan, selain fenomena iklim lain. Dua di antaranya El Nino dan La Nina. Fenomena La Nina ditandai curah hujan lebih tinggi dari normal.
Kejadian iklim di atas relatif telah kita ketahui meskipun belum optimum mengelola pengaruhnya. Yang masih luput kita sikapi dengan sangat serius dan menyeluruh adalah perubahan iklim.
Sebagian anggota masyarakat belum percaya telah terjadi perubahan iklim. Hampir semua pemerintah daerah juga belum menanggapi serius. Kebijakan nasional menanggapi perubahan iklim juga belum terdiseminasi luas.
Berbagai hasil penelitian dan bukti-bukti nyata di lapangan memperlihatkan telah terjadi pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Harian Kompas (22/8/2019) menampilkan foto melelehnya gunung-gunung es di Greenland, Denmark. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Indonesia sebagai negara kepulauan juga mulai merasakan pengaruh perubahan iklim. Air laut mulai merendam permanen rumah-rumah di tepi pantai.
Kita perlu menanggapi perubahan iklim dengan serius. Kekeringan saat ini dan kemudian saat musim hujan tiba dampaknya dapat diminimalkan bila ada manajemen pengelolaan air, penyediaan pangan, dan penanganan karhutla.
Salah satu penyebab masalah lingkungan kita adalah eksploitasi alam secara berlebihan. Sudah saatnya pemerintah, dunia bisnis, dan masyarakat bersama-sama menghitung eksternalitas dari kegiatan ekonomi dan bisnis. Dampak terhadap lingkungan harus masuk di dalam perhitungan laba-rugi bisnis dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam mendorong investasi, sudah waktunya pemerintah juga memasukkan insentif dan disinsentif lingkungan di dalam perhitungan bisnis dan produk domestik bruto kita.