BANGLI, KOMPAS - Pebalap tim Kinan Cycling Team, Thomas Lebas, sejak awal sudah mengincar gelar juara umum ajang balap sepeda internasional Bank BRI Tour d’Indonesia 2019. Ia tidak tergoda untuk menghabiskan lebih banyak energi demi menjuarai sebuah etape melainkan memilih untuk konsisten memburu catatan total waktu tercepat.
Kegigihan Lebas menjaga konsistensi pun terbayar pada akhir etape kelima atau etape terakhir Tour d’Indonesia (TdI) 2019 di kawasan Batur Geopark, Kintamani, Bangli, Bali, Jumat (23/8/2019). Pebalap asal Perancis ini hanya finis di urutan ke-8 tetapi mampu mencatat total waktu tercepat untuk kelima etape, yakni 20 jam 7 menit dan 32 detik. Ia pun berhak menyandang gelar juara umum dan memakai jersey hijau.
Pada klasemen umum, Angus Lyons dari Oliver’s Real Food Racing tampil pada peringkat kedua di bawah Lebas dengan selisih waktu 1 menit 31 detik dan Jeroen Meijers dari Taiyuan Miogee Cycling Team pada peringkat ketiga.
“Saya harus membuat pilihan. Kalau ingin menjadi juara umum, saya harus bekerja keras dan tidak mengejar juara etape. Kalau saya memang menargetkan juara etape, saya akan berlomba dengan cara berbeda,” kata Lebas.
Dengan pilihannya untuk mengejar gelar juara umum itu, Lebas akhirnya tidak pernah menjuarai satu etape pun dalam TdI 2019 yang digelar sejak Senin (19/8/2019). Pada etape pertama dan ketiga, ia bahkan tercecer di luar peringkat 10 besar. Namun, Lebas tetap mampu mempertahankan catatan waktu terbaik dengan menguasai etape-etape lainnya yang penuh dengan tanjakan.
Meski finis pada urutan ke-16 pada etape pertama, Lebas mengatakan bahwa etape pertama itu sangat krusial untuk meraih gelar juara umum. Pada etape pertama itu, Lebas bertahan dalam peloton dan mampu menjaga selisih waktu yang kecil dengan kelompok terdepan. “Jika saya tertinggal sembilan menit, maka saya tidak akan bisa juara pada hari ini,” katanya.
Senjata penting lainnya yang dimiliki Lebas adalah kemampuannya melahap tanjakan. Kemampuan ini sangat menguntungkan karena enam tanjakan tersedia pada tiga dari lima etape yang ada. Salah satunya adalah etape keempat (Jember-Banyuwangi) yang memiliki tiga titik perebutan poin King of Mountain (KoM). Meski etape itu memiliki tanjakan ekstrem di lereng Gunung Ijen, Lebas mampu finis pada urutan kedua.
Pada etape kelima kemarin, trek mulai menanjak pada kilometer ke-100. Pendakian tidak terlalu terjal tetapi panjang dan terdapat trek menurun sebelum garis finis. Lebas pun mampu finis pada urutan ke-8 sedangkan juara etape tersebut diraih oleh Benjamin Dyball dari Team Sapura Cycling.
Oleh karena itu, Lebas tidak hanya pulang membawa jersey hijau tetapi juga jersey biru yang diperuntukkan bagi sang raja tanjakan. “Saya memang fokus untuk mendapatkan jersey hijau dan jersey biru ini adalah bonus,” ujarnya.
Kemenangan Lebas ini sekali lagi membuktikan bahwa ajang TdI masih merupakan surga bagi para raja tanjakan. Cara Lebas mendapatkan gelar juara umum itu mirip cara Ariya Phounsavath (Thailand Contintental Cycling Team) pada TdI 2018. Keduanya sama-sama tidak pernah memenangi etape tetapi tampil sebagai juara umum dan raja tanjakan. Mereka bisa mengambil banyak keuntungan pada etape-etape dengan trek menanjak.
Adapun Phounsavath pada tahun ini gagal mempertahankan gelar juara. Pebalap asal Laos itu berada pada urutan ke-17 dalam klasemen umum. “Lomba tahun ini jauh lebih berat karena ada banyak tim-tim yang kuat. Namun, ini tetap menjadi persiapan yang baik bagi saya sebelum menghadapi SEA Games 2019,” ujarnya.
Patokan Atlet Indonesia
Secara keseluruhan, TdI 2019 berjalan lancar dan mampu menghadirkan persaingan yang ketat karena pemenang setiap etape selalu berbeda. Kehadiran pebalap-pebalap tangguh yang menciptakan persaingan ketat pun membuat para atlet Indonesia kedodoran. Tidak ada satu pun atlet tuan rumah yang berhasil masuk lima besar pada setiap etape.
Pencapaian terbaik atlet Indonesia pada ajang ini diraih Aiman Cahyadi dari PGN Road Cycling Team. Aiman tampil sebagai runner up pebalap terbaik Asia di bawah Choon Huat Goh (Terengganu INC TSG Cycling Team). Pada daftar klasemen umum, Aiman tampil pada urutan ke-9. “Masuk tiga besar (Asia) saja sudah bagus karena lawan-lawannya bukan orang biasa,” katanya.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari mengatakan hasil ini akan memotivasi para atlet Indonesia untuk tampil lebih baik lagi. Setidaknya para atlet sudah memiliki patokan untuk mengukur kemampuannya saat ini. “Saya optimistis para atlet (Indonesia) di sini akan memiliki level yang lebih tinggi lagi pada dua atau tiga tahun mendatang,” katanya.