Unjuk Karya Perupa Yogyakarta di Pentas ArtJog

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Berbagai karya dari 39 seniman seni rupa ditampilkan pada perhelatan Artjog di Jogja National Museum, Yogyakarta, 25 Juli 2019. Festival seni rupa kontemporer tahunan ini berlangsung hingga Minggu (25/8/2019).

Bersamaan dengan penyelenggaraan pameran seni rupa ArtJog pada Juli-Agustus ini, para perupa Yogyakarta ramai-ramai unjuk karya dengan beragam cara. Ada yang mengikuti pameran di galeri, ada yang membuka studio mereka untuk publik, ada pula yang berjualan karya seni dengan harga diskon.

Selama beberapa bulan terakhir, pelukis Januri (42) harus membagi waktu, tenaga, dan kreativitasnya untuk menyiapkan beberapa karya sekaligus. Di studionya yang berlokasi di wilayah Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ia secara intensif menggarap sejumlah lukisan untuk sejumlah pameran seni rupa yang digelar hampir bersamaan.

Pada Juli-Agustus ini, Januri berpartisipasi dalam tiga pameran di Yogyakarta dan sekitarnya. Pameran pertama adalah Borobudur Today di Limanjawi Art House, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada 23 Juli-20 Agustus 2019.

Sehari setelah pembukaan pameran Borobudur Today, Januri mesti mengikuti pameran Yogya Annual Art #4 di Sangkring Art Space, Yogyakarta. Pameran bertajuk ”Incumbent” dibuka pada Rabu (24/7/2019), diikuti banyak perupa Indonesia dari sejumlah kota.

Malam hari setelah pembukaan pameran Yogya Annual Art #4, Januri harus mengikuti pembukaan pameran Oeroep di Bentara Budaya Yogyakarta. Dalam pameran yang digelar pada 24-30 Juli itu, Januri memamerkan lukisannya beserta enam perupa lain yang tergabung dalam kelompok Oerip.

”Bulan-bulan ini memang agak sibuk karena saya ikut beberapa pameran sekaligus,” kata Januri, Sabtu (3/8/2019).

Kesibukan semacam itu sebenarnya bukan hanya dirasakan Januri. Selama Juli-Agustus, para perupa Yogyakarta memang disibukkan dengan banyak pameran seni rupa. Pameran-pameran itu digelar dalam waktu berdekatan dengan ArtJog yang pada tahun ini berlangsung pada 25 Juli-25 Agustus 2019. Berdasarkan data di buku Jogya Art Weeks, ada sekitar 60 pameran seni rupa di Yogyakarta dan sekitarnya pada Juli-Agustus.

Selama beberapa tahun terakhir, ArtJog menjadi pameran yang paling ditunggu para pencinta seni rupa Indonesia. Bahkan, penyelenggaraan ArtJog kerap disebut sebagai ”Hari Raya Seni Rupa Indonesia”.

Kondisi itu kemudian dimanfaatkan para seniman dan lembaga seni di Yogyakarta. Mereka berlomba-lomba menggelar pameran dan acara seni pada waktu yang berdekatan dengan ArtJog.

Studio terbuka

Selain mengikuti pameran di galeri, sejumlah perupa Yogyakarta juga berinisiatif menggelar kegiatan open studio atau studio terbuka pada Juli-Agustus. Dalam kegiatan itu, studio pribadi para seniman—yang kadang dikesankan sebagai ruang tertutup nan-privat—diperbolehkan dikunjungi publik.

”Dengan berkunjung ke studio, publik bisa lebih dekat dengan seniman dan tahu bagaimana proses berkarya,” ujar Januri, perupa lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu.

Pematung Komroden Haro (53) juga membuka studionya yang berada di wilayah Kasihan, Bantul. Selama 15 Juli-31 Agustus 2019, Komharo Art Studio milik Komroden jadi ruang terbuka bagi para pencinta seni.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Berbagai karya dari 39 seniman seni rupa ditampilkan pada perhelatan Artjog di Jogja National Museum, Yogyakarta, 25 Juli 2019. Festival seni rupa kontemporer tahunan ini berlangsung hingga Minggu (25/8/2019).

Di Komharo Art Studio, para pengunjung bisa melihat proses Komroden mengerjakan pembuatan patung yang rutin ia lakukan. Di studio itu pula pencinta seni bisa melihat karya-karya lama Komroden yang sangat berbeda dengan karya-karya kontemporernya. Ketika berkunjung ke studio, Jumat (2/8/2019), Kompas juga menyaksikan sejumlah karya Komroden yang ia persiapkan untuk pameran tunggal.

Secara terbuka, Komroden mengakui, aktivitas open studionya digelar berdekatan dengan waktu pelaksanaan ArtJog. ”Kalau dibilang aji mumpung, iya sih. Tetapi, kan, memang ada aktivitas rutin yang bisa saya tampilkan di studio ini,” katanya.

Belanja barang seni

Sementara itu, Syahrizal Pahlevi (54) mempunyai cara unik untuk menggaet para pencinta seni. Seniman sekaligus pemilik galeri Miracle Prints, Yogyakarta, ini menggelar pasar murah karya seni yang bertajuk ”Super Print Sale”. Dalam acara itu, Syahrizal memberi diskon 20 persen untuk karya-karya seni yang dijual di galerinya.

Sesuai namanya, Super Print Sale lebih banyak menjual karya-karya grafis buatan para pegrafis nasional dan internasional. Harga karya-karya itu variatif, dari Rp 8.000 hingga jutaan rupiah.  ”Ada karya grafis yang harga aslinya Rp 10.000, tetapi karena diskon 20 persen, ya, jadi Rp 8.000,” katanya.

Menurut Syahrizal, ia sengaja mengambil istilah ”super sale” yang kerap digunakan di pusat perbelanjaan untuk menarik perhatian para pencinta seni. ”Saya mengambil cara orang dagang di mal-mal. Dengan acara ini, kami ingin mengajak masyarakat berbelanja karya seni,” ujarnya.

Menurut pengamat seni rupa Kuss Indarto, ArtJog jadi magnet utama bagi kolektor dan pencinta seni rupa dari dalam dan luar negeri. Namun, selama berada di Yogyakarta, para kolektor dan pencinta seni itu tak hanya datang ke ArtJog, tetapi juga berkunjung ke sejumlah galeri dan studio seniman.

Menurut Kuss, para kolektor itu biasanya pergi secara berkelompok dengan dipandu kolektor senior asal Indonesia. Sejumlah galeri di Yogyakarta menangkap peluang itu, termasuk menyasar ceruk pasar yang tak terwadahi dalam Artjog.

Selama beberapa tahun terakhir, ArtJog memang lebih banyak menampilkan karya media baru yang eksperimentatif sehingga dinilai ”kurang ramah” bagi kolektor pemula. Oleh karena itu, ada ruang-ruang seni lain yang menghadirkan lukisan lebih marketable (layak jual) dan pas bagi kolektor pemula.

”Bercandanya orang Yogyakarta, karya-karya itu disebut kemedolable (mudah dijual),” kata Kuss.